"aku akan menunggu sampai kapanpun itu.."
_Glory_
Glory berlari keluar dari rumahnya saat dirasa dirinya akan telat lima menit lagi. Bodoh! Umpatnya dalam hati. Bisa-bisa nya ia tidak bangun cepat pagi ini, Glory menekan tombol yang ada di samping gerbang, secara otomatis pintu gerbang itu perlahan-lahan terbuka. Cewek itu lalu berlari di depan kompleks untuk mencari taksi atau mungkin angkot yang lewat.
Belum sampai di depan kompleks Bara sudah menghentikan motornya di samping Glory.
"Buruan naik," ucap Bara membuat Glory bingung, tapi ia tidak punya waktu untuk bertanya. Glory segera naik di jok belakang motor Bara.
"Pegangan," ucap Bara lagi dan Glory menurutinya.
Cowok itu segera melajukan motornya membela kota Jakarta dengan kecepatan tinggi, ia tau jika adiknya itu akan telat jika ia tidak ngebut. Tepat lima menit mereka sampai di depan gerbang SMA Lentera Bangsa yang sudah setengah tertutup.
"PAK!! JANGAN DI TUTUP DULU!!" teriak Glory yang baru saja turun dari motor Bara, satpam itu langsung menghentikan aktivitasnya menutup gerbang.
"Makasih Kak." Hanya itu yang cewek itu ucapkan, setelahnya Glory berlari masuk ke dalam halaman sekolah.
Bara segera pergi dari sana untuk menunju kampus. Glory masuk ke dalam kelas dengan berlari, untungnya guru pelajaran pertama belum masuk. Cewek itu ditatap bingung teman-temannya, namun ia tidak perduli.
"Nggak biasanya lo telat," ucap Ail saat Glory sudah duduk di kursinya.
"Gue telat bangun," ucap Glory cengengesan.
"Untung aja lo cepat masuk, kalau keduluan Bu Asti bisa gawat." Glory mengangguk, benar apa yang dikatakan Ail, guru killer itu pasti tidak akan mengampuninya.
"Untungnya juga tadi Kak Bara nganterin gue, kalau nggak bisa mampus gue," ucap Glory membuat Ail menatap Glory penuh tanda tanya.
"Bang Bara? Nganterin lo? Tumben."
"Nggak tau, lagi kesambet mungkin."
Ail memperhatikan wajah Glory lekat-lekat. "Lo ada masalah semalam?" tanya Ail tiba-tiba.
Glory mengerutkan kening lalu menggeleng.
"Nggak usah boong, mata lo keliatan sembab kayak habis nangis." Ail jelas melihat tanda-tanda baru habis menangis dari cewek itu, Ail adalah tempat curhat untuk Glory selain sahabat mereka juga tetanggaan jadi Ail tau betapa rusaknya keluarga Glory.
"Kemarin mama pulang," ucap Glory.
"Berantem lagi sama Om Rey?" Glory mengangguk pelan.
"Udah ah, gue nggak mau ingat-ingat itu lagi," ucap Glory berusaha menghindar dari percakapan mereka.
Ail mengangguk menyetujui, daripada cewek itu akan sedih lagi nanti mending mereka membahas hal lain saja.
"Eh tau nggak, kemarin gue pulang bareng Kak Hugo loh," ucap Glory memberitahu Ail dengan antusias.
"Ada kemajuan berarti," ucap Ail membuat Glory mengangguk lagi.
"Tapi saran gue jangan terlalu berharap, nanti jatuhnya sakit." Ail memperingati, cewek itu cukup kasihan juga melihat nasib sahabatnya itu. Glory lagi-lagi mengangguk, benar kata Ail bisa saja kan nanti Hugo akan suka sama cewek lain yang lebih pintar, cantik, dan nggak buat dia malu.
Bu Asti masuk ke dalam kelas XI IPA 2 dengan ekspresi datar, guru yang tengah hamil itu duduk di kursinya. Ketua kelas mulai memberikan salam begitupun dengan yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) okay
Teen FictionMengubah diri itu perlu, walaupun terkesan jahat di mata orang lain