"Musuh yang paling berbahaya adalah seorang sahabat."
_Glory Marseille Osmond_
Bara terus saja menatap jam tangan miliknya, sudah hampir dua jam menunggu ia belum juga melihat tanda-tanda Glory muncul dari balik pintu. Cowok itu meloloskan nafas kasar lalu meraih hp nya, entah sudah berapa kali ia menelfon Glory tapi tetap saja tidak di angkat, semoga saja kali ini Glory mau menerima panggilan dari nya.
Tidak di angkat.
Bara mencoba untuk sabar, apa Glory belum kapok di bawa secara paksa dari apartemen Hugo saat itu, sekarang adiknya itu sedang menguji kembali kesabaran Bara.
"Oke, satu menit lo nggak muncul gue pastikan lo nyesal udah buat kesabaran gue habis," ucap Bara dengan terus menatap pintu utama itu.
Detik demi detik berlalu, pintu itu masih tertutup rapat. Belum sampai satu menit Bara langsung berdiri, sudah cukup! Kesabaran cowok itu sudah habis.
Bara mengambil kunci motor lalu memakai jaket dan helm nya. Ia membawa motornya keluar dari pekarangan rumahnya. Namun, baru sampai di depan gerbang ia melihat mobil Lio yang baru juga keluar dari pekarangan rumahnya.
Bara membawa motornya pelan menghampiri mobil itu. Melihat Bara mendekat Lio langsung menghentikan mobilnya lalu menurunkan kaca mobil tersebut.
"Ail sudah pulang?" tanya Bara tanpa basa-basi lagi.
"Belum, kenapa?" tanya Lio. "Lo nyariin Glory?" Belum sempat Bara menjawab Lio bertanya kembali seperti tau apa maksud dari pertanyaan Bara tadi.
"Gue nggak yakin sih, tapi siapa tau aja mereka ada di rumah Zanna," ucap Lio tampak ragu, pasalnya cowok itu memang tidak terlalu tau teman-teman terdekat Ail, yang ia tau hanya Glory dan Zanna.
Apalagi Bara, saat Lio menyebut nama Zanna otak cowok itu seperti mencakar rumus matematika saking susahnya.
"Aaakkhh!" Bara mengacak rambutnya frustasi.
"Lo ada nomornya?" tanya Bara pada Lio.
"Nggak ada Bar, tapi gue tau alamatnya di mana," ucap Lio.
Lima menit Bara menghabiskan waktunya untuk mencari alamat rumah milik Zanna. Saat tiba di depan gerbang rumah cewek itu, Bara turun dari motornya. Pintu gerbang yang setinggi dadanya itu tertutup rapat.
Baru akan mengeluarkan suaranya untuk berteriak, memang cowok itu tidak memiliki kesabaran yang tebal. Matanya langsung fokus pada pintu rumah sederhana itu terbuka, menampakkan seorang gadis tengah menghirup udara segar malam hari.
Zanna menyadari sesuatu, ada Bara yang tengah berdiri di depan gerbang rumahnya. Apa ini mimpi? Batin Zanna. Zanna membalikkan badannya membelakangi Bara dengan tangan yang menepuk-nepuk pipinya, bisa di bilang Zanna adalah pengagum cowok tampan termasuk Bara salah satunya.
"Demi apa! Demi apa, itu benaran Bara? Aldebara? Abang nya Glory?" tanya Zanna pada dirinya sendiri.
"Oii!" panggil Bara. "Siapa sih nama lo!" tanya nya.
Zanna kembali menghadap Bara, dengan langkah pelan ia menghampiri cowok yang ada di balik pintu gerbang itu.
Saat membuka pintu gerbang, jantung Zanna seperti akan melompat dari tempatnya saat melihat betapa kerennya cowok itu.
"Apa Glory di sini?" tanya Bara tanpa basa-basi.
"Hah?" Zanna seketika bingung. Tapi sejurus kemudian ia langsung menggeleng.
"Glory emang belum pulang?" tanya Zanna.
Bara mengumpat dalam hati, ia meramas rambutnya frustasi. "Aarrkkhh!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) okay
Teen FictionMengubah diri itu perlu, walaupun terkesan jahat di mata orang lain