47 | JALAN RAHASIA

333 41 56
                                    

"Glory hanya milik Hugo, titik!"

_Hugo Damian Adhitama _










Tok

Tok

"Iya, Ma!" ucap Glory terkejut, ia langsung membalikkan badan menatap siapa yang mengetuk pintu.

"O-oh, Kak Arash?"

"Iya, gue."

Glory hampir di buat jantungan dengan keberadaan Arash yang berdiri di ambang pintu, ia kira jika itu adalah Maria namun perkiraan nya salah. Jantungnya berdegup kencang takut akan ketahuan Arash bahwa ia menyembunyikan Hugo di kamarnya, mungkin itu akan lebih parah. Berulang kali Glory menghilangkan rasa gugupnya, tangannya yang tadi kering kini jadi basah akibat keringat.

"Lo kaget, ya? Haha maaf-maaf. Lo udah kayak liat hantu aja," ucap Arash membuat Glory tertawa pelan agar cowok itu tidak curiga.

"Ah, hahaha! Benarkah? Gu-gue kaget aja liat Kak Arash tiba-tiba ke sini. Btw ada apa, Kak?" tanya Glory mencoba santai.

"Gue cuman mau nanya, gaimana teman baru lo?"

"Maksud Kak Arash, Monica, ya?" Arash mengangguk singkat.

"Ah, dia baik, kok."

"Lo nyaman berteman dengan dia?" Glory diam sejenak tapi tidak lama setelahnya ia mengangguk.

"Tentu saja, dia teman yang baik. Kak Arash harusnya nggak perlu repot-repot untuk mencarikan teman buat gue," ucap Glory membuat Arash terkekeh.

"Bukan gue yang nyariin, tapi Bara." Glory diam mencerna baik-baik ucapan Arash barusan.

"Bara nggak mau ada yang ganggu lo di sekolah itu, seenggaknya dengan berteman dengan Monica lo akan aman di sana." Lagi dan lagi Glory di buat diam, Bara pasti hanya ingin melindungi Glory agar kejadian di sekolah lamanya tidak terulang kembali lagi.

"Oh, gitu ya," ucap Glory pelan.

"Syukurlah kalau lo nyaman berteman dengan Monica. Gue mau keluar sama Bara, nanti bilang sama Papa kalau dia nyariin gue," ucap Arash membuat Glory mengangguk pelan.

Namun baru selangkah pergi cowok itu kembali lagi. "Glory, apa Hugo sudah pulang?" Glory kembali di buat dag dig dug.

"Ah itu, belum kayaknya," jawab Glory gugup.

"Tapi motornya sudah ada di garasi," ucap Arash. Glory menelan ludah susah.

"B-benarkah? Mungkin di kamarnya." Arash mengangguk pelan.

"Mungkin, oke kalau gitu gue pamit. Lo hati-hati di rumah, kalau ada apa-apa jangan sungkan-sungkan untuk minta bantuan sama Hugo, atau nggak lo bisa telfon gue," jelas Arash membuat Glory mengangguk pelan. Arash tersenyum singkat, kalian tau? Cowok itu sebenarnya tau keberadaan Hugo yang di sembunyikan Glory bagaimana tidak Glory tidak terlalu menutup bagian kaki Hugo hingga menampakkan sepatu cowok itu, namun Arash memilih untuk diam saja.

Arash berlalu pergi. Glory bernafas lega saat itu juga, ia bahkan sudah merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur hingga tidak sadar jika ia berbaring di atas Hugo yang tertutup oleh selimut.

"Aman, aman Glory," gumam Glory. Sedetik kemudian ia merasakan ada yang melingkar di perutnya. Sadar dengan posisinya Glory hendak duduk tapi Hugo menariknya ke samping hingga ia berpindah posisi. Kini cewek itu berada di bawah tubuh Hugo, mata teduh Hugo menatap lekat manik mata Glory. Cowok itu tersenyum sembari menyingkirkan anak rambut Glory yang menutupi wajahnya.

"Lo nggak akan pernah bisa lari dari gue, Glory," ucap Hugo.

"Sekali milik gue, maka akan tetap menjadi milik gue."

I'm (not) okayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang