"Kesalahan terbesar yang aku buat adalah lahir ke dunia.."
_Glory Marseille Osmond_
________
Sesampainya di rumah Glory langsung berlari menuju ke kamar Maria. Ia ingin bertanya langsung kepada ibunya itu, bahwa apa yang di katakan Hugo sungguh tidak benar.
Saat membuka pintu, Glory mendapati ibunya tengah berdandan di sana. Tanpa mengetuk pintu atau memberi salam Glory langsung masuk begitu saja, Maria cukup terkejut saat melihat Glory dari pantulan cermin di depannya.
Maria menoleh ke belakang. "Apa kamu tidak bisa masuk dengan mengetuk pintu terlebih dahulu?" tanya Maria. Glory tidak perduli.
"Apa benar, Mama punya hubungan dengan Om Broto?" tanya Glory tanpa basa-basi lagi, pertanyaan itu rupanya berhasil membuat Maria menoleh menatapnya.
"Itu semua nggak benar kan, Ma?" tanya Glory bergetar, ia hanya berharap Maria akan menjawab 'tidak benar'
"Dari mana kamu tau? Mama belum pernah mengenalkan pacar Mama itu pada kamu maupun Bara," ucap Maria tenang. "Apa Hugo yang memberitahu mu? Ah, bagaimana bisa aku melupakan itu."
Ekspetasi Glory nyatanya tidak sesuai kenyataan, jawaban yang diinginkan nya begitu bertolak belakang dengan jawaban Maria.
"Mama bohong, kan Ma?" Glory masih yakin jika semua ini hanyalah kebohongan.
"Glory, setelah cerai dengan Papa kamu, Mama akan bertunangan dengan-nya. Kamu harus bisa menerima dia sebagai Papa kedua mu. Lagi pula dia tidak sebejat Papa mu," ucap Maria lalu melanjutkan aktivitasnya tadi.
"Mama tau sendiri kan kalau Kak Hugo dan aku itu punya hubungan? Apa Mama juga sekarang tega merusak kebahagiaan aku, Ma?" tanya Glory dengan air mata yang sudah tidak bisa di tahannya lagi.
"Mama tau itu dan Mama akan tetap mempertahankan hubungan Mama. Glory, kalian akan menjadi saudara nantinya, jadi lupakan hubungan cinta-cintaan kalian itu!"
"Dia itu semangat aku, Ma! Dia benci sama aku gara-gara Mama! Hubungan kami putus itu semua gara-gara Mama, apa Mama nggak bisa sedikit aja kasi aku kebahagiaan, Ma?"
"Dari aku kecil Ma, dari aku kecil Mama udah nggak pernah berikan aku kebahagiaan sedikit pun, Mama selalu egois. Aku nggak minta banyak, sedikit aja Ma, sedikit aja aku minta Mama kasi aku kebahagiaan dengan mengakhiri hubungan Mama," ucap Glory. Maria berdiri menatap kesal Glory.
Plak!!
Glory memegang pipinya yang berdenyut akibat sakitnya tamparan yang di dapatnya.
"Kamu itu harusnya mikir, kamu nggak kasian melihat rumah tangga Mama hancur gara-gara kamu?"
"KAMU YANG SUDAH MENGHANCURKAN RUMAH TANGGA KU, GLORY! KARENA KEHADIRAN KAMU, SUAMI KU JADI MEMBENCI KU!"
"Jadi lupakan saja soal hubungan mu dengan Hugo demi Mama!"
"LALU BAGAIMANA DENGAN KU, MA? APA MAMA NGGAK MIKIR GIMANA TERSIKSA NYA AKU HIDUP DI KELUARGA INI? SEMUA KESALAHAN YANG NGGAK PERNAH AKU BUAT JATUH MENIMPAH AKU SEOLAH-OLAH AKU YANG SALAH!! DAN SAAT AKU UDAH NEMUIN KEBAHAGIAAN AKU, SEMANGAT AKU, MAMA TEGA MERUSAK SEMUANYA," teriak Glory menatap ibunya tajam.
Maria geram sendiri menatap putrinya itu, lagi, dan lagi ia menampar Glory.
"ANAK DURHAKA KAMU! APA KAMU TIDAK INGIN MAMA BAHAGIA? YANG EGOIS ITU BUKAN MAMA TAPI KAMU!" Maria balas berteriak.
Glory tidak sempat menjawab, Maria langsung menarik rambut Glory. Ibu dua anak itu sungguh tidak perduli teriakan kesakitan dari sang anak.
"KAMU ITU HARUSNYA SADAR! DI RUMAH INI KAMU ITU HANYA SAMPAH! PAHAM KAMU!" ucap Maria sebelum ia benar-benar melepaskan rambut Glory.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) okay
Teen FictionMengubah diri itu perlu, walaupun terkesan jahat di mata orang lain