"Hidup itu sungguh tidak bisa di tebak akan berbentuk apa."
_Glory Marseille Osmond_
Glory berpamitan pada Aira untuk pulang, ini sudah malam dan Algra juga sudah tidur kembali. Setelah salim, Aira menangkap sebuah objek yang tidak asing di pergelangan tangan Glory.
"I-itu," ucap Glory mencoba menjelaskan.
Wanita itu tersenyum, terlihat sangat bahagia padahal Glory sudah takut jika ia akan marah.
"Berbahagialah selalu, nak," ucapnya lalu mengusap lembut pipi Glory.
"Terima kasih Tante."
"Sama-sama, hati-hati di jalan, ya cantik." Glory mengangguk antusias lalu memeluk Aira lagi.
Di sisi lain, Hugo terus memandangi jam tangannya karena dari tadi cewek yang di tunggu nya belum juga keluar dari rumah sakit itu. Tadi Hugo sudah menghubungi Glory jika ia akan datang menjemputnya, tidak mungkin kan jika Glory sudah pulang duluan padahal cewek itu juga setuju tadi.
Tidak cukup lima menit akhirnya yang di tunggu-tunggu menampakkan diri. Hugo membukakan pintu mobil untuk Glory, Glory hanya masuk dan duduk manis tanpa menolak lagi di perlakukan seperti itu oleh Hugo.
Hugo sengaja membawa mobil karena cuaca malam ini cukup dingin, ia tidak ingin Glory akan sakit nantinya. Sepanjang perjalanan, sepanjang itu juga Glory diam sembari menatap ke luar kaca mobil. Hugo sesekali melirik Glory, ia membiarkan Glory begitu saja tanpa bertanya atau mengajak ia ngobrol. Mungkin, sedang banyak yang dia pikirkan.
Mata Glory turun melihat gelang yang sudah melingkar sempurna pada pergelangan tangannya.
"Dari siapa?" tanya Hugo membuka pembicaraan. Cowok itu sangat penasaran hingga membuatnya tidak tahan untuk tidak bertanya.
"Algra," jawab Glory singkat.
"Kalian sudah berteman?"
"Bisa di bilang begitu," ucap Glory membuat Hugo mengangguk paham. Ia juga tidak bisa melarang Glory untuk berteman dengan siapapun.
Saat tiba, Glory turun lebih dulu. Baru akan masuk ke dalam kamarnya, ia menghentikan langkahnya lalu menoleh pada Hugo yang baru juga akan masuk.
"Hugo," panggil Glory.
"Hm?"
"Apa menurutmu, Algra akan sembuh?" tanya Glory. Hugo diam beberapa detik namun setelahnya ia tersenyum.
"Itu pasti, dia pasti sembuh!"
Glory mengangguk yakin. "Ya, benar. Dia pasti sembuh."
"Bagaimana bisa aku meragukannya," gumam cewek itu lalu melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar.
++++++
Ulangan semester ganjil tahun ini telah di mulai. Nilai mereka akan menentukan hasil kerja keras mereka selama setengah tahun ini di kelas XI. Dan itu juga akan menentukan apakah kelas mereka yang akan mendapatkan juara umum kali ini?
Glory dan Ayu sama-sama mengerjakan soal Kimia pada buku cetak mereka. Mereka juga membahas banyak tentang materi-materi yang sudah mereka pelajari dalam beberapa bulan ini.
Saat Glory sibuk dengan cakarannya, Ayu langsung menyenggol lengan cewek itu.
"Kenapa?" tanya Glory pada Ayu.
"Menurut lo, Algra akan datang hari ini?" tanya Ayu, Glory ikut diam mendengar nya lalu ia menoleh pada bangku Algra yang masih kosong.
"Sudah lima hari dia nggak masuk sekolah, gue rasa kondisinya semakin memburuk," ucap Ayu lagi. Saat Ayu mengatakan itu Glory merasa tak terima, ia yakin jika Algra akan sembuh, dia juga memiliki gelang keberuntungan itu sudah pasti dia akan sembuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) okay
Teen FictionMengubah diri itu perlu, walaupun terkesan jahat di mata orang lain