18 | HIBURAN DADAKAN

640 76 52
                                    


"Lelah! Bahkan mau menangis pun rasanya air mata sudah kering. Tidak tau harus melakukan apa untuk melawan takdir..."


_Glory Marseille Osmond_









____________

Tok

Tok

Tok


Terdengar suara ketukan pintu depan membuat keduanya kompak menoleh ke arah pintu. Hugo mengambil tiga helai tisu untuk membersihkan pinggiran mulutnya. Suara ketukan pintu terus saja terdengar bahkan semakin keras.

Glory menghentikan aktivitas makan-nya, dengan perasaan gugup ia berdiri menatap takut ke arah pintu. Bagaimana jika itu Bara, apa yang akan ia lakukan, sudah tentu Hugo akan ikut dalam bahaya.

Hugo memutar kenop pintu lalu menariknya ke dalam. Objek pertama yang dilihat Hugo adalah cowok jakun, dengan rahang tegap, hidung mancung, alis tebal, wajahnya memiliki sedikit kemiripan dengan Glory. Cowok itu tengah berdiri di sana menatap Hugo datar.

Cowok dengan setelan kaos hitam ditutupi jaket kulit hitam itu membawa pandangannya ke dalam. Dilihatnya cewek berambut panjang itu tengah berdiri tidak jauh di belakang Hugo, itu yang di cari Bara.

Bara kembali melempar tatapan datar nya pada Hugo. "Berani lo umpatin Glory!"

Glory melangkah hingga ia berhenti di depan Hugo, cewek itu tidak ingin ada keributan apalagi Bara begitu marah saat ini, bisa saja cowok itu akan memukul Hugo.

"Bukan dia yang ngumpatin gue! Tapi gue yang mau sembunyi dari Kak Bara!" bela Glory pada Hugo.

"Pulang sekarang!" tegas Bara.

"Nggak!"

"Pulang sekarang!" tegas Bara sekali lagi.

"Gue nggak mau Kak Bara!"

Teman-teman Bara mulai bermunculan keluar dari lift, tidak terlalu banyak di sana hanya ada Arash, Rio, Dika, Matt, Nicol, dan terakhir Dilan. Bisa di pastikan teman-temannya yang lain berada di bawah sana.

Bara mengusap wajahnya kasar. Adiknya begitu keras kepala hingga membuatnya ingin memukul seseorang untuk bisa meluapkan emosi nya.

"Ikut gue sekarang, mumpung gue masih pake cara baik-baik!" ucap Bara memberikan peringatan.

"Kalau gue tetap nggak mau? Kak Bara bakal lakuin apa ke gue?"

"Ohh, nggak mau? Mau gue bilang ke Papa kalau anak gadisnya sekarang udah jual diri?"

Hugo terkejut begitu pun dengan teman-teman Bara. Glory tau jika Bara tidak suka dengan nya tapi ini untuk yang pertama kalinya ia mendengar Bara secara tidak langsung menyebutnya perempuan tidak benar.

Plak!!

Tamparan yang cukup keras di dapatkan Bara dari sang adik. Sorot mata Glory menyimpan kebencian yang begitu besar untuknya, bibir cewek itu bergetar di sertai air mata yang lolos begitu saja membasahi pipinya.

"Gue tau kalau gue itu beban di hidup Kak Bara tapi gue nggak serendah yang ada di pikiran Kak Bara!" ucap Glory pada Bara.

"Kak Bara sama aja kayak Papa! Gue benci Kak Bara, sangat, sangat benci!"

Bara meloloskan nafas kasar, jika sudah marah ia memang suka tidak bisa mengontrol ucapan nya lalu setelah itu ia akan menyesal karena sudah menyakiti hati Glory.

Bara menggendong Glory di pundaknya layaknya menggendong karung beras.

"Kak Bara!! Turunin gue!!" teriak Glory memukul punggung Bara.

I'm (not) okayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang