"Aku ulang tahun hanya sekali dalam setahun, tapi entah kenapa aku selalu di diberikan kejutan setiap harinya."
_Glory Marseille Osmond_
______
Matahari sore tidak begitu cantik untuk di pandang Glory saat ini, bahkan suasana sejuk itu tidak membuat Glory berhenti menangis, Glory menangis sepanjang jalan. Ia juga tidak berniat untuk pulang naik ojek atau angkutan umum, langkah kaki kecilnya terus membawa cewek itu menjauh dari sekolah. Tatapan bingung orang-orang selalu menyertai Glory.
Glory menghentikan langkahnya saat rasanya sudah leleh, fisik nya lelah, hati nya pun lelah. Cewek itu menangis sejadi-jadinya di sana, tidak ada yang berani bertanya pada nya soal apa yang membuatnya menangis.
Hatinya sesak saat melihat Hugo bersama Dini tadi, cewek itu berjongkok sembari menangisi nasib malangnya hari ini.
"Glory?" Bara langsung turun dari motornya saat melihat Glory menangis di tepi jalan. Ia menghampiri adiknya itu.
"Glory, lo kenapa?" tanya Bara pada Glory. Cowok itu ikut berjongkok menatap adiknya.
Glory menggeleng kuat, terasa kaku untuk cewek itu berucap. Tangisannya makin menjadi-jadi, Bara mengepalkan tangannya kuat, wajahnya memerah menahan emosi. Entah siapa yang membuat Glory menangis tapi ia berjanji tidak akan membiarkan orang itu hidup dengan tenang.
"Siapa yang buat lo kayak gini? Jawab gue Glory?" tanya Bara mengintrogasi adiknya itu.
Glory mengangkat kepalanya menatap Bara. Sorot mata Bara tidak bisa menyembunyikan betapa khawatir dan marahnya ia saat ini. Apa Bara benar sayang kepadanya? Atau hanya rencananya? Pikir Glory.
+++++
Hugo masuk ke dalam rumah mewah bernuansa abu-abu gelap itu, dari luar sudah terlihat banyak sepeda motor para anggota inti Aderfia dan juga beberapa mobil milik penghuni rumah itu.
Wajah datar, tatapan dingin, dan pikiran yang kacau menyertai cowok itu. Matanya menatap teman-temannya yang asik mengobrol satu sama lain sementara sang pemilik rumah sibuk dengan hp nya, Keano langsung menyimpan hp miliknya saat merasakan kedatangan Hugo.
"Gue kira lo nggak datang, Hug," ucap Uilliam pada Hugo.
Cowok pendiam itu tidak menjawab, ia hanya duduk di samping Uilliam dan diam seperti hal nya patung. Pikirannya kacau seperti kapal pecah, masalah dengan ayahnya semalam dan masalah baru datang seperti tidak memberikan ia istrahat.
Uilliam menyenggol lengan Stefan, ia memberikan kode pada cowok itu seolah bertanya 'Hugo kenapa?'
"Kayak baru tau Hugo aja lo, udah biarin aja," ucap Stefan pada Uilliam.
"Hug, tadi Glory nanyain lo," ucap Keano pada Hugo.
"Tadi udah ketemu," jawab Hugo membuat Keano mengangguk. Cowok itu sebenarnya kepo apa hubungan Hugo masih baik-baik saja, tapi ia tidak berani untuk bertanya. Akhir-akhir ini Hugo sangat sensitif jika teman-temannya membahas Glory.
"Am, maunya tadi lo bawa gitar," ucap Yonatan memperhangat suasana yang mencekam.
"Nah, gue mau ambil tapi Stefan suruh gue cepat ya gue lupa jadinya," ucap Uilliam pada Yonatan.
"Gue kalau ikut audisi nyanyi udah di pastikan bakal lolos," ucap Yonatan dengan bangganya.
"Iya, lolos ke pintu keluar. HAHAHHA!" ucap Stefan tanpa dosa. Ia bahkan sudah tertawa melihat raut wajah kesal Yonatan.
"Monyet lo!" umpat Yonatan sembari melempar bantal sofa pada Stefan.
Stefan balas melempar Yonatan dengan bantal sofa, dan terjadilah aksi kejar-kejaran antara Stefan dan Yonatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) okay
Teen FictionMengubah diri itu perlu, walaupun terkesan jahat di mata orang lain