"Selalu ada kisah di balik rintik hujan yang terlanjur jatuh. Entah itu kecupmu, entah itu lukaku yang membiru."
_Glory Marseille Osmond _
_______
Ramainya kota Jakarta menjadi saksi betapa bahagianya Glory saat ini. Tadi di sekolah sudah dibuat baper dengan sikap Hugo yang tiba-tiba menciumnya, tersenyum lebih banyak kepadanya, meminta maaf atas apa yang sudah dikatakannya kemarin dan di ajak pulang bareng.
Hugo melajukan motornya membawa Glory bersamanya membela kota Jakarta. Langit mendung pertanda sebentar lagi akan hujan di tambah angin menyapa seluruh penghuni kota membuat suasana semakin dingin. Belum sampai pada tujuan mereka gerimis sudah melanda.
Hugo menepikan motornya di depan warteg. Cowok itu melepas helm yang berada di kepalanya sementara Glory masih menatap di sekelilingnya bingung.
"Kita makan dulu," ucap Hugo membuat Glory mengangguk lalu turun.
Hugo masuk ke dalam warteg diikuti Glory di belakangnya. Cowok itu berhenti lalu menatap Glory, Glory balas menatapnya dengan penuh tanda tanya.
"Kenapa?" tanya Glory.
"Kita nggak pa-pa makan di sini?" tanya Hugo pada Glory.
Glory terkekeh mendengar pertanyaan aneh dari Hugo. Ia duduk di salah satu kursi yang ada di sana sementara Hugo masih berdiri menatapnya.
"Emang kenapa kalau di sini?" tanya Glory balik.
"Siapa tau aja lo nggak biasa makan di pinggir jalan," ucap Hugo mengingat Glory yang bukan dari keluarga sembarangan. Glory tertawa jadinya.
"Emang gue anak sultan apa?" tanya Glory tidak sadar diri. "Lagian apa bedanya di sini sama restoran? Menurutku sama aja, malahan mending makan di sini selain hemat, makanan nya juga enak-enak." Hugo mengangguk setuju.
Cowok itu jadi lega karena Glory tidak terlalu memilih tempat untuk makan.
"Mau makan apa?" tanya Hugo masih setia berdiri di sana.
"Terserah Kak Hugo aja," jawab Glory dengan jawaban yang sering kaum hawa gunakan yaitu kata 'terserah'
Hugo mengangguk lagi lalu melangkah menghampiri pemilik warteg untuk memesan. Tidak lama ia kembali dan duduk di kursi yang ada di sebrang Glory. Cowok itu mengeluarkan hp nya dari dalam tas, suasana menjadi canggung karena Hugo memainkan hp nya sementara Glory sibuk menatap cowok itu.
Hujan turun dengan deras mengguyur kota di sertai angin membuat suasana makin dingin. Glory merasa rambutnya basah akibat gerimis tadi, ia mengambil pengikat dari dalam tas nya.
Hugo menekan aplikasi kamera, ia sedikit memundurkan tubuhnya agar bisa menyesuaikan kamera pada Glory yang tengah sibuk mengikat rambutnya. Hugo menarik senyum dan menekan tombol untuk mengambil gambar cewek itu.
"Kak Hugo," panggil Glory. Hugo berdehem lalu mematikan hp nya, ia menyimpan kembali di dalam tas.
"Kalisa itu temannya Kak Hugo ya?" tanya Glory menatap Hugo mengharapakan jawaban dari cowok itu.
"Iya," jawab Hugo singkat.
"Oh, gitu. Teman dekat?"
"Bukan," jawab Hugo lagi.
"Amm." Glory tampak berfikir, pertanyaan apa lagi yang akan ia tanyakan.
"Tapi ... Keliatannya Kak Hugo sama Kalisa terlihat akrab." Hugo menatap Glory lekat, terlihat jelas dari raut wajah cewek itu kalau dia tengah menahan cemburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) okay
Teen FictionMengubah diri itu perlu, walaupun terkesan jahat di mata orang lain