23 | PANTAI

497 43 8
                                    

"Mendapatkan maaf itu tidak semudah berbuat kesalahan."


_Glory Marseille Osmond_









______

Saat pulang dari sekolah Glory di kejutkan dengan keberadaan Dilan di depan rumahnya. Cewek itu langsung berhenti, tidak berniat melangkah untuk mendekati Dilan.

"Lo ngapain ke sini?" tanya Glory ketus.

Cowok itu berdiri, hendak menghampiri Glory tapi Glory langsung melangkah mundur untuk menjauh. Dilan yang sadar itu langsung berhenti, ia tertawa, menertawakan kebodohan dirinya sendiri.

"Glo, lo setega ini sama gue?" tanya Dilan pada Glory. "Gue yang lebih dulu cinta sama lo, tapi lo nggak pernah hargai perasaan gue sedikit pun! Lo malah jadian sama Hugo! Lo mikirin nggak sakit hati gue, Glo!"

"Setega ini? Lo tanya setega ini gue sama lo? Lalu bagaimana lo yang hampir lecehin gue? Apa itu nggak tega?" tanya Glory balik membuat Dilan diam. "Gue jadian sama cowok bukan tentang siapa yang lebih dulu cinta sama gue, tapi tentang dia yang bisa hargai gue, yang bisa lindungi gue, dan yang bisa buat gue nyaman!"

Dilan makin tersulut emosi. Cowok itu berteriak frustasi.

"Kenapa sih, Glo. Gue juga akan berusaha buat lo nyaman, lindungi lo, ha_."

"LINDUNGI? LO NGGAK SALAH NGOMONG?" teriak Glory dengan mata berkaca-kaca.

"LO SADAR NGGAK DENGAN PERBUATAN LO?"

"Maka dari itu, Glo. Gue mau mulai semuanya lagi dari awal." Dilan masih berusaha untuk bertahan pada pendiriannya.

"Udah telat, Kak," ucap Glory kecewa.

"Beri gue kesempatan Glory. Gue janji nggak akan ulangi lagi," ucap Dilan menghampiri Glory.

Glory menggeleng. "Kesempatan nggak datang dua kali."

Dilan berdiri tepat di hadapan Glory, sorot matanya menyimpan rasa penyesalan yang begitu besar untuk Glory. Cowok itu bahkan ingin gila rasanya saat ini.

"Glo, gue tau gue salah. Tapi gue bisa perbaiki itu semua, dan waktu itu bukan semata-mata kesalahan gue!" Glory menatap Dilan tak percaya.

"Apa?" tanya Glory dengan setetes air mata lolos membasahi pipinya.

"Coba aja waktu itu lo mau jadi pacar gue, gue pasti nggak akan nekat buat nyelakahin lo!"

"Gue benar-benar nggak ngerti sama apa yang lo pikirin!" ucap Glory lalu menghapus air matanya kasar. "Tapi gue bersyukur, karena nggak jadi pacar lo. Belum jadi pacar aja lo udah berbuat seperti itu, gimana kalau gue jadi pacar lo?"

Glory berlalu pergi meninggalkan Dilan yang menahan marah di sana. Saat hendak membuka pintu, Glory di kejutkan dengan teriakan frustasi dari Dilan.

"LO DENGAR, GLO! GUE NGGAK AKAN PERNAH BERHENTI BUAT NGEJAR LO WALAUPUN LO UDAH JADI MILIK HUGO!" tangan Glory bergetar hebat, ia takut tapi sebisa mungkin ia terlihat kuat.

"GUE AKAN LAKUKAN BERBAGAI MACAM CARA AGAR LO PUTUS SAMA HUGO!"

Glory tidak tahan lagi mendengarnya, cewek itu segera mendorong pintu untuk masuk. Mendengar ucapan Dilan hanya akan membuatnya gila.

"GLORY!!!" teriak Dilan.

Dilan menendang motor nya kesal, ia tidak henti-hentinya berteriak seperti orang gila di sana. Namun, tidak lama setelahnya ia melihat mobil Maria memasuki pekarangan rumah.

Dilan diam sampai akhirnya ia melihat ibu dari Glory itu keluar dari mobilnya.

"Tante," ucap Dilan sembari menyalimi Maria.

I'm (not) okayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang