"Nyatanya, yang terlihat bahagia di hadapan orang-orang belum tentu bahagia di depan sebuah cermin.."
_Glory Marseille Osmond_
_____
Glory menatap kue ulang tahunnya itu dengan senyum yang tidak pernah pudar di bibirnya, untungnya tadi pagi ia masih sempat untuk memberitahu Bi Ani untuk memesankan ia kue ulang tahun yang sederhana. Glory duduk melantai di ruang keluarga, di hadapkan kue dengan satu lilin yang tertancap di atas kue.
Glory mulai menyanyikan lagu ulang tahun dirinya sendiri.
"Happy birthday to me, happy birthday to me, happy birthday, happy birthday, happy birthday to me!" Setelah selesai bernyanyi Glory mulai berdoa dan langsung meniup lilin nya.
"Yeeeyy!!" ucapnya girang sembari bertepuk tangan.
Glory tidak perlu pisau lagi, ia langsung mencubit kue itu.
"Suapan pertama untuk ..." ucapnya, dengan girang akan memasukkan kue itu kedalam mulutnya namun langsung di cegah. Dilihatnya Hugo sudah duduk manis di samping nya sembari memegang tangan Glory. Yang membuat Glory bingung adalah bukankah kakinya sakit? Bagaimana bisa ia berada di sana secepat itu, apa ia di bohongi tadi?
"Suapan pertama untuk Hugo," ucap Hugo dan tanpa permisi memakan kue dari tangan Glory hingga membuat lamunan Glory buyar.
"Dan suapan kedua untuk ... Si cantik milik Hugo," ucap Hugo sembari mencubit kue itu dan hendak menyuapi Glory.
Glory malah diam menatap Hugo lekat. "Ayo, sayang. Di makan," ucap Hugo pada Glory.
Glory membuka mulutnya dan memakan kue dari tangan Hugo. Ternyata seperti ini rasanya di suapi seseorang saat ulang tahun, Glory baru merasakannya karena selama ini ia hanya sendirian ketika memotong kue ulang tahun.
"Bahagia selalu," ucap Hugo.
Glory tersadar. "Apaan sih!" ucapnya sinis.
"Gue kira lo bohong soal ulang tahun lo, ternyata memang benar," ucap Hugo pada Glory.
"Gue punya lagu buat lo," ucap Hugo. "Khusus."
"Oh ya? Coba, gue mau dengar."
Hugo mengambil gitar yang memang di siapkannya. Cowok itu mulai memetik senar gitar dengan jari jemarinya. Sembari menatap cewek itu dengan penuh cinta.
"Jika kau tak mau kan ku buat kamu mau, jika kau tak cinta kan ku buat kamu cinta. Tenang saja, tenang saja ku pastikan kau jadi pacarku m___." Belum menyelesaikan lagunya, mulut Hugo sudah di sumbat dengan kue ulang tahun oleh Glory.
"Mimpi!" ucapnya. Sepertinya Hugo gagal merayu Glory lewat lagu. Glory terkekeh melihat mulut Hugo di penuhi kue, Hugo tidak mau kalah ia akhirnya mencolek kue itu dan di berikannya di pipi Glory. Cewek itu berhenti tertawa dan memegang pipinya.
"Ohh ngajak berantem!" Merasa tidak terima, Glory memegang kue itu hingga penuh tangannya dan langsung menempelkan tangannya di wajah Hugo. Tepat satu wajah di penuhi kue, Glory tidak mampu menahan tawanya jangan harap Hugo juga akan pasrah, cowok itu malah mengambil kue yang menempel di wajahnya lalu membalas pada Glory.
Perang lempar-lemparan kue pun terjadi, mereka menikmati itu di sertai tawa renyah. Sungguh, Hugo merindukan tawa cewek itu, ingin rasanya ia memeluk Glory dan berbisik padanya untuk kembali menjadi dirinya yang dulu.
Arash, ia sedari tadi sangat menikmati mimpi indahnya namun akibat kegaduhan kedua adik tirinya dengan terpaksa ia berjaga. Langkahnya membawa ia hingga sampai di ambang pintu kamar, Arash sangat membenci orang yang menganggu saat ia sedang istirahat namun melihat Hugo dan Glory di sana membuatnya tidak jadi marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) okay
Teen FictionMengubah diri itu perlu, walaupun terkesan jahat di mata orang lain