"Terkadang aku sedih ketika ada orang yang menceritakan kebahagiaan suasana keluarganya. Mungkin aku iri."
_Glory Marseille Osmond_
_______
Glory menatap takut-takut ke arah pintu yang ada di depannya. Ia menelan ludah susah lalu menghamburkan pandangnya di sekelilingnya. Masih sangat membekas di ingatan nya saat pertama kali ia ke sini mengikuti Hugo secara diam-diam dan berakhir di kejutkan dengan kedatangan pasien rumah sakit ini.
"Jangan takut, Mama baik." Hugo mencoba meyakinkan Glory, ia tau walaupun Glory bilang tidak takut tapi dari raut wajahnya ia tidak bisa berbohong.
"I-iya nggak kok," ucap Glory sembari tersenyum. "Yuk."
Hugo mengangguk lalu membuka pintu. Glory meloloskan nafas beratnya lalu ikut melangkah masuk bersama Hugo.
"Ma, Mama," ucap Hugo pada wanita yang tengah tidur itu.
Dilihat dari jarak sedekat itu membuat Glory benar-benar insicure. Walau Hugo sudah berumur 18 tahun tapi ibu nya masih terlihat muda.
"Kak, kita pulang aja, yuk. Kasian Mama nya Kak Hugo masih istrahat," ucap Glory pada Hugo.
"Ma, Hugo datang," ucap Hugo tak menghiraukan ucapan Glory.
"Kak," panggil Glory.
Glory mengurungkan niatnya untuk berucap lebih lanjut saat melihat pergerakan dari Hanin. Hugo tersenyum dan membantu wanita itu beranjak duduk. Glory tampak kasian melihat wanita itu, matanya sembab, wajahnya kusut, dia benar-benar tidak baik-baik saja.
"Ma, Hugo kangen sama Mama." Tidak ada jawaban apa-apa. Hugo duduk di pinggir ranjang Hanin. menatap lekat wajah itu penuh kerinduan.
Wanita itu hanya diam menatap kosong ke depan . Sejahat itu kan pria yang berstatus suaminya? Tega sekali dia membuat wanita secantik itu menjadi seperti ini.
"Mama." Melihat Hugo seperti itu membuat Glory ikut sakit.
Ia mengusap punggung Hugo untuk menenangkan cowok itu. Hugo menoleh menatap Glory yang tersenyum kepadanya, sedetik kemudian ia menatap lagi ibunya.
"Ma, Mama harus liat siapa yang Hugo bawa." Glory menatap Hanin dengan menampakkan senyum kaku.
Namun wanita yang di panggil Mama oleh Hugo itu tidak menoleh sama sekali. Glory makin gugup dibuatnya, apa ibu cowok itu membencinya?
"Iya. Dia teman Hugo, dia cantik ya Ma." Glory menatap Hugo tak percaya. "Selain cantik dia juga baik. Ma, Mama pernah kan bilang sama Hugo kalau nanti Hugo cari pacar yang baik, bukan hanya cantik, iya, kan? Coba Mama liat, Mama pasti akan suka dengan dia," ucap Hugo lalu menatap Glory.
Glory tidak dapat menggambarkan bahagianya ia saat ini, Hugo membawanya kemari untuk memperkenalkan ia kepada ibunya sebagai calon pacar nya.
"Hai, Tante. Nama ku Glory, aku temannya Kak Hugo," ucap Glory ragu.
"Mama dengar kan? Namanya Glory," ucap Hugo kali ini air matanya lolos begitu saja.
Tanpa di sangka-sangka Hanin menoleh menatap Hugo. Hugo tersenyum bahagia, ibunya kini menatap ia lagi, ibunya kini menatap putranya setelah tiga tahun lamanya.
"Ma, Mama. Ini Hugo, Ma," ucap Hugo.
Tidak ada respon apapun. Hanin menoleh lagi menatap Glory yang berdiri di samping Hugo. Glory memberikan senyumnya sebaik mungkin, Hugo berdiri saat Hanin akan turun dari tempat tidurnya. Wanita itu berdiri tegak menatap Glory, cewek itu menelan ludah susah dengan senyum yang tidak pernah pudar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) okay
Teen FictionMengubah diri itu perlu, walaupun terkesan jahat di mata orang lain