"Jika kalian tau betapa berantakannya rumah ku, apa kalian tetap mau tinggal di dalamnya?"_Glory Marseille Osmond_
Makan malam yang biasanya diiringi obrolan dan gelak tawa orang rumah dari sang ayah hingga sampai pada anaknya akan bercerita bagaimana mereka menjalani kegiatan hari ini, namun itu tidak berlaku di keluarga Rey Osmond. Itupun sangat jarang mereka makan malam bersama seperti malam ini.
Maria, Glory, dan Bara duduk di kursi masing-masing dengan di hadapkan banyak hidangan di atas meja, sementara Rey masih sibuk di kantor. Tidak ada satupun yang bersuara, sepi itu yang terasa saat ini. Mereka hanya fokus pada makanan mereka tanpa ada yang berniat untuk membuka suara, hanya suara sendok yang beradu dengan piring yang terdengar.
Suara pintu depan terbuka hingga membuat Glory menoleh, itu pasti Rey. Ayahnya memang ketika pulang tidak akan menekan bel untuk meminta Bi Jayem membukakan pintu untuknya. Benar dugaan Glory, Rey berhenti, menatap ke arah meja makan. Tumben Maria mau makan bersama anak-anak, pikir Rey.
"Papa nggak makan?" tanya Glory pada Rey.
"Papa tidak lapar," jawab Rey cuek lalu lanjut melangkah masuk ke kamar.
Glory hanya menatap nanar punggung Rey yang perlahan-lahan menghilang dari balik pintu.
"Gimana kuliah kamu hari ini sayang?" tanya Maria pada Bara.
"Baik," jawab Bara seadanya.
"Nanti temani Mama shopping yuk," ucap Maria pada Bara, Glory menoleh menatap bara, dilihatnya cowok itu hanya mengangguk.
"Habis makan Mama langsung siap-siap."
Suasana kembali hening, Glory menatap Maria ragu.
"Ma," ucap Glory sembari memegang sendoknya kuat-kuat, ia semakin ragu untuk berucap karena Maria tidak menyahutinya sama sekali, sebenci itu kah ia kepada putrinya?
"Glory ... Boleh ikut nggak?" tanya Glory ragu.
"Boleh dong, Mama nggak larang kok," ucap Maria dengan senyum manis di wajahnya, Glory tidak dapat mengartikan senyum itu sendiri. Apa itu senyum palsu atau bukan, yang jelasnya Maria mengizinkan jika ia ikut, itu sudah lebih membuat Glory senang.
"Makasih ya Ma, kalau gitu aku siap-siap dulu. Aku janji kok bakalan cepat." Setelah mengatakan itu, Glory langsung berlari menuju kamarnya.
++++++
Glory menatap punggung Maria dan Bara yang jalan lebih dulu. Tadi Maria menunjukkan senyum saat mengizinkan Glory untuk ikut sekalian tapi sekarang ibu dua anak itu hanya sibuk dengan Bara seperti tidak pernah menganggap Glory ada di sana. Maria menunjukkan senyum sembari memilih gaun indah, lalu bertanya kepada Bara apa itu bagus atau tidak.
"Ma," ucap Glory membuat Maria yang menggandeng tangan Bara menoleh.
"Aku tunggu di luar aja ya," ucap Glory membuat Maria mengangguk singkat dan kembali memilih gaun yang akan ia beli.
Glory melangkahkan kaki untuk keluar dari tokoh khusus wanita itu, cewek itu duduk di kursi panjang yang ada di dalam Mall. Jika ia tau akan begini sudah tentu ia memilih untuk duduk di rumah saja, daripada harus ikut tapi tidak dianggap.
Ting
Dengan malas Glory membuka tas kecil yang ia pakai untuk mengambil benda yang baru saja mengeluarkan bunyi itu. Matanya membelalak melihat pesan Hugo di layar kunci hp nya. Apa ini mimpi? Hugo mengirimkan ia pesan? H U G O ? Sungguh?
Dengan cepat-cepat Glory membuka layar kunci hp nya yang tidak menggunakan pin, ia membuka WhatsApp dan melihat pesan Hugo berada paling atas di antara pesan-pesan lain. Glory tidak bermimpi ataupun berhalusinasi, itu benar Hugo.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) okay
Teen FictionMengubah diri itu perlu, walaupun terkesan jahat di mata orang lain