"kita sama-sama dari keluarga yang berantakan, apa salah jika kita saling mencintai?"
_Glory_
______
Lima menit berada di halte SMA Lentera Bangsa hanya kesunyian yang menyelimuti kedua manusia yang tengah berdiri di sana. Mereka sama-sama menunggu taksi atau mungkin angkot jika ada yang lewat. Jika biasanya Glory akan bercerita panjang lebar ketika bersama Hugo kini cewek itu hanya diam. Glory menoleh malas ke arah Hugo yang tengah memasang wajah datar plus dingin itu.
"Kenapa Kak Hugo ngikutin gue?" tanya Glory jutek.
Bukan GeEr, tapi dari kelas cewek itu Hugo terus mengekor pada Glory. Bukankah dia punya motor? Kenapa harus mengikuti Glory coba. Apa karena ia belum mendapatkan maaf dari cewek itu?
"Gue mau naik taksi," jawab Hugo datar, lalu cowok itu menoleh menatap lekat mata Glory.
"Bareng lo," ucap Hugo membuat Glory tertegun mendengar itu.
"Gue nggak bawa motor tadi," ucap cowok itu lagi seperti tau kebingungan di wajah Glory.
"Tapi kenapa harus bareng sama gue? Kan bisa cari taksi yang lain," ucap Glory cuek.
"Kalau gue maunya sama lo?" tanya Hugo sembari menatap Glory.
"Gue yang nggak mau," ucap Glory lalu duduk di kursi panjang tempat orang biasa menunggu angkot, bus, taksi atau mungkin jemputan.
"Kak Hugo kenapa sih? Tadi sama Kalisa, sekarang sama gue. Mau Kak Hugo itu apa?" ucap Glory pada Hugo.
Hugo ikut duduk di sebelah Glory, Glory geser ke samping agar menjauh dari Hugo.
"Maka dari itu lo dengar dulu penjelasan gue. Jangan langsung marah-marah," ucap Hugo terkekeh.
"Apa? Siapa juga marah? Ogah banget!" ucap Glory buang muka.
"Tadi emang nggak marah?" tanya Hugo dengan terus memperhatikan cewek itu.
"Nggak," jawab Glory singkat.
Entah kenapa hari ini taksi ataupun angkot tidak ada yang lewat. Glory makin dingin karena cuaca mendung di tambah ia tidak enak badan, kepalanya juga sudah pusing apalagi saat ini ada Hugo di sana. Cewek itu benar-benar tidak mau bicara dengan Hugo.
"Gue sama Kalisa nggak ada hubungan apa-apa," ucap Hugo menjelaskan, padahal Glory dari tadi hanya diam dan tidak mempertanyakan tentang Kalisa. Memang cewek itu ingin bertanya, tapi ia berfikir lagi kalau ia bukan siapa-siapa nya Hugo, dan ia juga cukup malas untuk membicarakan itu sekarang.
Glory memeluk dirinya sendiri saat hujan mulai turun mengguyur kota Jakarta. Angin serta hujan membuat Glory makin kedinginan.
"Dia hanya partner olimpiade gue. Tidak lebih," ucap Hugo lagi, entah mengapa cowok itu tidak ingin Glory salah paham.
"Gue minta maaf. Bukan gue nggak ingat janji semalam, tapi tadi Bu Susi kasi gue soal untuk kami pelajari. Jadi gue nggak sempat buat nemuin lo."
"Gue benar-benar minta maaf, Glory."
Merasa cewek di sampingnya itu tidak menyahut, cowok itu langsung menoleh. Hugo terkejut saat melihat Glory menggigil di tempatnya.
"Glory, lo sakit?" tanya Hugo memegang tangan Glory.
Glory tidak menjawab, rasa dingin begitu menguasai cewek itu hingga membuatnya tidak mampu untuk menjawab. Hugo panik seketika karena tangan Glory sangat dingin. Wajah cewek itu juga sudah sangat pucat, berbeda dengan tadi. Tidak sampai di situ, Hugo juga meletakkan punggung tangannya pada dahi Glory. Suhu tubuhnya makin naik, Hugo makin di buat panik olehnya, bingung apa yang harus ia lakukan untuk menolong cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) okay
Teen FictionMengubah diri itu perlu, walaupun terkesan jahat di mata orang lain