"Pertemuan singkat itu ternyata memberikan luka yang sangat dalam."
_Glory Marseille Osmond_
"A-aa ini, gue bisa jelasin," ucap Glory sembari melepas pelan genggaman tangan Hugo.
"Ini nggak seperti yang kalian pikirkan, semalam nggak terjadi apa-apa antara gue sama Hugo, serius!" Yang di beri penjelasan pun masih tetap diam, pandangan mereka dari tadi hanya fokus pada Glory dan Hugo.
"Jadi ..." Glory menghela nafas, ia jadi gugup apalagi di sana ada Bara, entah apa yang akan dilakukan kakak-nya itu nanti, apa akan marah? Selain Bara, ia juga harus bisa memberikan penjelasan pada Abang tirinya yang lain, Arash. Jika saja cowok itu melapor pada Broto dan Maria yang ada akan jadi sangat repot, Maria tentu tidak akan tinggal diam.
"Kami memang tidur di satu ruangan yang sama tapi sungguh kami nggak ngelakuin apapun!"
Dilihatnya Bara berdiri, dengan tatapan tajamnya Bara menghampiri keduanya. Glory langsung maju di hadapan Hugo, takut-takut Bara akan menyerang Hugo.
"Sungguh, Kak Bara, kami nggak nge__."
Bara langsung memeluk Glory saat itu juga.
"Lo baik-baik aja?" Glory diam, jadi Bara bukan menyerah Hugo melainkan hanya memeluk Glory. Jantung Glory sudah mau copot saking takutnya tadi.
Bara melepaskan pelukannya. "Gimana ceritanya itu bisa terjadi?"
"Lo tau seberapa khawatirnya gue saat tau apa yang terjadi kemarin? Semalam bahkan lo nggak telfon gue," ucap Bara terdengar kesal.
"Kalau gue telfon, Kak Bara akan datang?"
"Ya, gue akan datang."
Suasana jadi mencekam dalam sekejap namun tidak berselang lama Glory terkekeh untuk membuat semuanya tampak baik-baik saja.
"Ayolah, gue nggak pa-pa. Kak Bara nggak perlu khawatir, seperti yang Kak Bara tau, kalau gue itu kuat," ucap Glory sembari tersenyum namun Bara sama sekali tidak tersenyum, ia hanya menampakkan ekspresi datarnya.
Monica dan Gina menghampiri Glory sembari menunduk, mereka merasa bersalah gara-gara kejadian kemarin Glory hampir saja mati jika tidak ada Algra yang menolongnya.
"Glo, gue minta, ya. Gue nggak sengaja senggol lengan lo kemarin," ucap Monica. Glory hampir dibuat tidak percaya, sungguh dia adalah Monica? Monica yang kasar, ketua geng pembullyan itu meminta maaf padanya?
Monica meraih tangan Glory. "Lo mau kan maafin gue? Mau ya, ya, ya! Kalau nggak ..." Monica menggantung ucapannya sembari menoleh pada Bara yang menatapnya tak suka.
"Kalau nggak, gue bakal mati kayaknya di tangan Abang-abang lo. Lo liat sendiri kan, Bara kayaknya mau makan gue hidup-hidup terus Arash juga. Gue nggak mau jadi tumbal," ucap Monica membuat Glory terkekeh.
"Gue maafin lo kok, lo kan nggak sengaja."
"Serius?" Glory mengangguk antusias.
"Makasih ya Glo." Monica beralih pada Bara. "Lo dengar sendiri, kan? Dia mau maafin gue, jadi jangan jadikan gue tumbal, ya."
"Serius Monica mau di makan?" tanya Astrid polos. "Git, jawab dulu!"
"Itu cuman perumpamaan, Astrid!"
"Gue lega dengarnya, gue kira Arash sama Bara tu kanibal." Astrid memasang senyum tanpa dosa nya setelah mengatakan itu hingga membuat Arash gemas dengan cewek itu.
"Glo, gue juga mau minta maaf," ucap Gina dan Glory mengangguk sebagai jawaban.
"Tapi ... Kalian udah baikkan, kan?" Monica dan Gina saling melirik satu sama lain, bagaimana bisa mereka tidak berbaikan Arash sudah mengancam akan membubarkan Black Angel.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) okay
Teen FictionMengubah diri itu perlu, walaupun terkesan jahat di mata orang lain