"aku akan memulai dari awal lagi, menjadi diriku sendiri tanpa memikirkan penilaian orang lain."
_Glory Marseille Osmond_
"Mama! Ampun Ma!" teriak anak kecil itu di sertai tangisan pilu nya.
Maria tidak henti-hentinya memukul Glory, ia juga mencubit pipi Glory kuat-kuat. Mata Maria menatap tajam seakan ingin menelan Glory hidup-hidup.
"Suamiku mencampakkan aku gara-gara kamu! Kenapa kamu terus saja membuat masalah untuk ku?" ucap Maria geram.
"Glory minta maaf, Ma, Glory minta maaf!" teriak Glory memohon.
Maria melepaskan cubitan nya di pipi Glory, wanita itu berkacak pinggang untuk mengontrol emosinya.
"Pergi dari hadapanku!" ucap tegas Maria.
"Mama maafin Glory ya, Ma," ucap gadis kecil itu sembari memegang tangan Maria.
"Pergi dari hadapanku, Glory! Apa kamu tidak bisa mendengar?" Glory melepaskan genggamannya pada Maria dengan perasaan takut.
Kaki kecilnya melangkah mundur sembari menghapus air matanya. Glory memilih untuk pergi menuju kamarnya, namun saat berada di lantai dua ia tak sengaja menabrak Bara.
Tubuh Glory terduduk di lantai, matanya menatap Bara takut-takut.
"Lain kali gunakan matamu!" ucap anak laki-laki itu lalu pergi meninggalkan Glory di sana.
....
Glory menatap satu persatu teman-temannya yang mendapatkan jemputan dari ayah atau ibu mereka. Hatinya sedih, ia ingin juga seperti itu. Saat berlarian keluar dari gerbang sekolah dasar ia tidak pernah mendapati Maria ataupun Rey di sana. Yang ada hanya...
"Glory, ayo!" seru Ail menyadarkan lamunan Glory.
Glory berlari kecil menghampiri Ail. Dengan wajah polos nya ia menatap ibu dari sahabatnya itu, rasa iri di hatinya meronta-ronta ingin menangis.
"Ayo!" Ail menggenggam tangan Glory hangat.
"Tante, apa Mama tidak datang menjemput ku?"
Pertanyaan itu sering di lontarkan Glory setiap kali Maya menjemput Ail dan sekalian menjemput Glory. Maya hanya akan tersenyum untuk menanggapi pertanyaan itu, lalu dia akan menjawab.
"Mama kamu sepertinya sibuk, jadi dia menyuruh Tante untuk menjemputmu, kamu tidak keberatan kan?"
Glory mengangguk singkat, namun dalam pikiran gadis kecil itu tau jika ibunya tidak pernah mengatakan hal itu. Saat tiba di rumah bukan sambutan hangat yang di dapatnya melainkan hanya pertengkaran antara Maria dan Rey.
"Apa kamu senang sekarang?" tanya Bara pada Glory, mereka berdiri menyaksikan pertengkaran yang terjadi di hadapan mereka.
Glory mendongkak menatap Bara. "Maaf," ucapnya. Selalu kata itu yang keluar dari mulut Glory setiap kali Bara menyalahkan gadis kecil itu.
Anak-anak di usia sepertinya berperilaku seperti hal nya anak kecil lainnya, bermain, belajar bersama, bersikap manja kepada ayah dan ibu mereka. Namun, di usia seperti itu Glory harus di paksa dewasa oleh keadaan.
Berulangkali ia mendapatkan penghargaan tidak cukup puas bagi Rey untuk melontarkan kata "Papa bangga."
Glory iri setiap kali melihat sentuhan hangat yang di dapat Ail dari ayah dan ibunya, Glory tidak suka mendengar anak-anak lain menceritakan liburan akhir pekan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) okay
Teen FictionMengubah diri itu perlu, walaupun terkesan jahat di mata orang lain