39 | SATU RUMAH

420 33 5
                                    

"Aneh ya, dulu ketika aku mendekat kamu  memilih menjauh tapi sekarang ketika aku menjauh kamu malah mendekat."


_Glory Marseille Osmond_







_____

"Iya Mas, tenang saja. Aku pasti akan membujuk Glory untuk itu."

"Apa kamu meragukan kemampuan ku? Hahaha! Ayolah, siapa yang meluluhkan hati mu kalau bukan aku."

"Aku sangat pintar dalam hal membujuk, hahaha, padahal aku ingin mendapatkan tepuk tangan darimu, kamu sangat tidak peka."

Glory membuka matanya pelan saat suara itu mengganggu tidur nyenyak nya, sepagi ini Maria sudah telfonan dengan sang calon suami. Apa mereka tidak puas bertemu tadi malam? Batin Glory.

Glory beranjak duduk, melihat kamarnya yang cukup berantakan. Botol obat ia simpan sembarang di lantai, bando serta gaun yang di kenakannya semalam ia hambur begitu saja, hp nya pun ia tidak tau ada di mana sekarang ini. Yang ada di tubuhnya hanya tank top dan celana pendek di atas lutut. Sudah menjadi kebiasaan cewek itu jika penyakitnya kambu ia akan kepanasan ketika tidur walaupun ruangan itu ber AC.

Hal pertama yang di lakukan Glory adalah ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi, setelah itu Glory melangkah keluar dari kamarnya menghampiri Maria yang masih tertawa santai dengan orang di sebrang telfon.

"Ya, ya, tentu saja. Pesta semalam sangat berkesan untuk ku. Aku harap pernikahan kita juga tidak akan kalah meriah nya seperti tadi malam."

Glory hanya memutar mata jengah lalu membuka kulkas. Mengambil susu dan roti lalu membawanya di atas meja makan yang berukuran sedang. Setiap gigitan dinikmati nya tanpa perduli dengan tatapan Maria seperti akan memakannya hidup-hidup, padahal wanita itu sedang mengobrol dengan Broto lewat telfon.

Lima menit berlalu Glory menghabiskan susu di gelas kaca dan Maria juga baru menutup telfon nya. Baru akan berucap Glory lebih dulu berbicara.

"Glory tau kalau Mama akan membujukku tapi aku tetap tidak akan setuju," ucap Glory membuat Maria geram di tempat nya.

"Kamu lupa dengan perjanjian kita?" tanya Maria.

"Tentu saja aku ingat, Ma. Tapi aku tetap nggak setuju dengan keputusan yang sudah Mama buat semalam. Mama kira aku akan nurut tinggal bersama dengan Om Broto?"

"Glory Ma__."

"Aku tau Ma, aku tau Mama itu cinta sama calon suami Mama itu tapi nggak kayak gini juga, Ma. Masa iya tinggal bersama sebelum menikah, apa Mama pikir itu hal baik?"

"Mama kan udah bilang ini urusan Mama kamu ngikut aja apa susahnya sih?"

Glory menarik nafas dalam-dalam, entah apa yang ada di dalam pikiran wanita itu sampai-sampai sangat keukeh ingin tinggal bersama Broto.

"Lagi pula sekarang yang akan biayain kamu itu Mama!"

"Apa nggak cukup kita tinggal di sini? Kenapa Mama harus keukeh ingin tinggal di rumah Om Broto? Kalau Mama udah nikah, oke, aku bisa paham tapi ini? Ma, aku nggak mau hidup dari belas kasihan orang lain, kita masih punya apartemen."

Maria menepuk pelan pipi Glory. "Keputusan Mama sudah bulat, tidak bisa di bantah."

"Oke, oke! Gini deh. Mama silahkan tinggal sama tunangan Mama, aku akan tetap di sini!" ucap Glory, dari pada berdebat panjang lebar mungkin itu keputusan yang baik.

"Mana bisa begitu, Glory. Calon suami Mama pengennya kamu juga ikut sama Mama!"

"Tapi aku nggak mau!"

I'm (not) okayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang