""Kadang, kamu harus kehilangan seseorang sebelum akhirnya menyadari betapa berartinya dia dalam hidupmu."
•Kucinggarong___
Glory menatap dirinya sendiri pada cermin besar di depannya itu sembari merapikan dasinya. Seragam baru yang di kenakannya cukup pas di tubuh cewek itu. Glory mengambil jas hitam sebagai pelengkap seragam tersebut lalu memakainya. Rupanya bukan saja seragam, Broto juga membelikan Glory buku, tas, sepatu serta keperluan sekolah Glory yang lainnya. Cewek itu membiarkan rambutnya terurai, tak lupa ia memakai sedikit pemerah bibir dan menambahkan sedikit bedak pada wajahnya. Sempurna.
Glory meraih tas serta ponselnya, sebelum keluar dari kamar ia terlebih dahulu memakai sepatu putihnya itu.
"You look very beautiful," ucapnya pada cewek yang ada di pantulan cermin itu.
Glory membuka pintu dan bertepatan juga dengan Hugo yang baru keluar dari kamarnya. Saat menoleh, Glory cukup terkejut saat mengetahui rupanya kamar mereka bersebelahan. Bukan hanya itu, Glory menatap cowok itu dari bawah hingga atas, pasalnya Hugo memakai seragam yang sama dengannya.
"Gue mimpi?" gumam Glory tak percaya.
Hugo membalas tatapan Glory, cowok itu terlihat biasa saja seperti tidak memiliki beban apapun.
"Ada hal yang harus lo tau," ucap Ail sembari menatap manik mata Hugo.
Hugo menghela nafas. "Apa?" tanya cowok itu singkat.
"Tapi sebelum itu, gue mau lo jujur sama gue sekarang." Hugo mengerutkan kening tidak mengerti.
"Lo ... Lo sebenarnya cinta kan sama Glory?" Pertanyaan itu sontak membuat Hugo diam mematung, bingung.
"Maksud lo apa? Lo tau sendiri kalau gue cinta nya itu sama lo!" bantah Hugo. Ail menelan ludah mencoba menyembunyikan sakit hatinya.
"Bohong!"
Hugo menghembuskan nafas kasar benar-benar bingung dengan pertanyaan cewek di depannya itu.
"Dari cara lo natap dia, ngomong sama dia, senyum sama dia itu beda sama cara lo natap, ngomong, senyum ke gue! Perlakuan lo ke dia beda dengan perlakuan lo ke gue!" ucap Ail dengan suara tertahan seperti menahan tangis.
"Ail, lo mungkin lagi ada masalah. Sebaiknya tenangin diri lo dulu dan lupakan soal pertanyaan bodoh mu itu," ucap Hugo. Saat hendak pergi Ail dengan cepat menahan tangan cowok itu, ia ingin masalah ini segera selesai.
"Gue memang ada masalah," ucap Ail sembari mengatur emosinya. "Gue ada masalah dengan hati dan pikiran gue sendiri, gue pengen masalah ini cepat selesai. Gue cuma pengen tau lo sebenarnya benar cinta kan sama Glory! Gue cuma pengen tenang walaupun mungkin jawaban lo akan sakit gue dengar."
"GUE CINTA SAMA LO BUKAN SAMA GLORY! UDAH, PUAS?" ucap Hugo emosi.
"Tapi hati lo nggak bilang itu, kan?" Hugo diam tak bergeming.
"Tanpa lo sadari lo udah jatuh cinta sama dia, Hug."
"Lo nggak pernah sadar tentang bagaimana khawatir nya lo saat dia di kelurkan dari sekolah ini! Lo nggak sadar rasa marah dalam diri lo saat liat dia berduaan sama cowok lain, lo bahkan perkenalkan dia pada nyokap lo bukan sebagai teman melainkan sebagai calon pacar lo! Lo bawa dia ke apartemen lo, terus lo nanyain dia saat dia nggak masuk sekolah, setiap kali lo jalan sama gue lo lebih sering ceritakan tentang Glory. Apa itu kurang cukup untuk membuktikan kalau lo sebenarnya cinta sama dia?" tanya Ail lagi, lagi, dan lagi Hugo berhasil dibuat diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) okay
Teen FictionMengubah diri itu perlu, walaupun terkesan jahat di mata orang lain