35| ALGRA

438 65 63
                                    

"menjadi terlalu baik untuk orang lain hanya akan membuat mu di injak-injak."

_Glory Marseille Osmond_






_______

Sedari tadi mata Glory tidak henti-hentinya menatap cowok itu.  Dia tentu pasien rumah sakit ini, dilihat dari pakainya memang seperti itu tapi apa yang dilakukannya di sini. Pandangan mereka beradu, satu menit, dua menit belum juga ada tanda-tanda untuk mengalihkan pandangan.

Tidak lama setelahnya cowok itu memulai langkahnya untuk lebih dekat dengan Glory, tangan kanannya tidak lepas menyuapi mulutnya ketika roti yang ia kunyah sudah habis.

"Nggak usah teriak-teriak ," ucapnya tiba-tiba. "Datang saja pada nya lalu bilang langsung. Lo teriak di sini yang ada suara lo habis!"

Ia berhenti tepat di hadapan Glory, hanya menyisakan jarak tiga langkah dari cewek itu. sementara Glory masih diam di tempatnya mengamati cowok itu.

"Jangan terlalu di tatap, gue tau kalau gue itu tampan," ucap cowok itu dengan percaya diri.

Glory menatap sinis cowok itu, dalam hati ia sudah mengatai cowok itu.

"Dih, PeDe!" ucap Glory.  Glory menatap malas cowok di depannya itu.

"Nggak sekalian loncat di sini?" ucap cowok itu.

"Apa?"

"Dari pada lo teriak mending loncat aja. Cewek yang bunuh diri itu biasanya kebanyakan lagi putus cinta, lo pasti baru putus, kan?" ucap nya lalu menyuapi lagi mulutnya.

"Jadi, gue akan menonton dari sini. Pasti sangat seru!" Dengan mulut penuh dia masih terus berusaha untuk berucap.

"Lo gila?" tanya Glory, tanpa di sangka-sangka cowok itu menjawab dengan gelengan.

"Seperti yang lo liat, gue masih waras. Kalau gue gila, gue nggak mungkin ada di sini, pasti di rumah sakit jiwa," ucap cowok itu dengan santai.

"Tapi dari yang gue liat lo itu kurang waras!" ucap Glory kesal.

"Ayolah! Gue lagi butuh tontonan seru nih," ucap cowok itu dengan membuat wajah cemberut.

"Kenapa nggak lo aja yang lompat dari sini?" tanya Glory makin kesal. Dalam hati cewek itu sudah mengumpat mati-matian untuk cowok di depannya itu.

"Orang tampan seperti ku kalau mati dunia akan menangis." Glory menghembuskan nafas kasar. "Gue nggak mau nanti terjadi tsunami hanya karena gue mati."

"Hello! Bukan nya menangis yang ada dunia itu bakal senang!" ucap Glory pada cowok itu

"Tuhan, kenapa juga gue harus ketemu cowok seperti dia." Glory bergumam.

"Lo itu harusnya bersyukur bisa ketemu sama gue yang ta_."

"Stop!" potong Glory.

Cowok itu terkekeh melihat reaksi kesal dari Glory. Matanya turun ke bawah melihat banyaknya rambut yang di gunting Glory tadi, lalu ia beralih menatap Glory lagi. Hasil potongan Glory sedikit rapi, Glory terlihat berbeda sekarang.

Cowok itu lebih dulu tiba di roof top sebelum Glory, ia membawa sekantong cemilan dan juga beberapa kaleng minuman soda, sangat aneh bukan, mana ada dokter yang mengizinkan pasiennya makan makanan seperti itu di saat sakit. Dan itu merupakan alasan utama ia kemari dengan sekantong cemilan serta roti yang di makannya saat ini, entah ia dapat dari mana tidak mungkin jika ia keluar dari rumah sakit untuk membeli itu semua dilihat dari kondisinya yang masih belum mencabut selang infus dari tangannya. Pasti ada orang lain yang membelinya.

I'm (not) okayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang