"Kita mencoba untuk waras namun orang-orang disekitar kita terus mencoba membuat kita gila."
•Kucinggarong___
"Lo sering ngalamin panik kayak tadi?" tanya Algra.
Mereka kini sudah duduk di bangku panjang yang tersedia di dekat salah satu ruang rawat rumah sakit.
"Nggak juga," jawab Glory. Cewek itu dari tadi menunduk.
"Emm ... L-lo dengar semuanya?" tanya Glory tanpa menatap Algra.
"Iya__ maksud gue ... Maksud gue_" Glory menatap cowok itu hingga membuatnya tidak bisa mengelak lagi bahwa ia mengikuti Glory tadi dan mendengar semua percakapan antara Maria dan Glory.
"I-iya," jawab Algra pelan.
Glory menghela nafas berat, ia sangat malu sekarang. Kini Algra sudah tau jika Maria perebut suami orang, entah mau simpan di mana wajahnya sekarang, apa ia akan di sebut-sebut lagi sebagai anak pelakor? Glory sangat malu apalagi Hanin adalah sahabat Maria sendiri. Entah apa yang akan difikirkan Algra, mengingat posisi Glory sebagai anak dari wanita yang tidak tau diri.
"Harusnya lo nggak usah nguping," ucap Glory menahan isakan tangisnya.
"Gue hanya penasaran, makanya gue ikutin lo. Maaf." Algra jadi ikut merasa bersalah.
"Tapi ... Apa itu benar?" tanya Algra.
Glory tidak bisa menyembunyikannya lagi dari Algra bahwa ia adalah anak dari seorang pelakor.
"Seperti yang lo dengar," ucap Glory.
"Lo bisa sembunyi kan itu semua? Gue nggak mau satu sekolah tau, kalau gue ... Gue anak dari pelakor." Glory menutupi wajahnya dengan kedua tangan, tidak bisa di bayangkan bagaimana nasib nya nanti jika mereka tau, apa mungkin kejadian di Lentera Bangsa akan terulang kembali, padahal Glory sudah nyaman di sekolah baru nya.
Glory membuka kembali tangannya dari depan wajahnya. Rupanya ia sudah menangis hingga membuat wajahnya memerah.
"Gue hanya pengen hidup tenang, gue mohon sama lo."
Algra tersenyum. "Tenang saja, rahasia lo aman di gue. Tapi, bukan itu sebenarnya yang gue tanyakan."
"Apa?" Glory menoleh, ia menarik ingusnya dengan mata sembab, hal itu membuat Algra terkekeh.
"Gue cuman penasaran, apa benar hubungan orang tua kalian yang membuat lo putus dengan Hugo? Gue kira ada masalah lain."
"Haiss! Lo emang nggak bisa di ajak serius!" ucap Glory kesal sembari menghapus air matanya.
"Gue udah serius__."
"Makanya kalau nanya itu yang jelas! Hais!"
"Sungguh kisah cinta yang rumit. Apa lo masih cinta sama Hugo?"
Glory diam, tapi dengan cepat ia menggeleng. "Gue nggak ada rasa lagi sama dia," ucap Glory. Entah itu benar atau tidak, Glory juga bingung tapi ia akan menguatkan hatinya untuk tidak pernah luluh lagi dengan Hugo.
"Ya, memang benar. Mengingat lo berteriak waktu itu gue rasa memang benar. Tapi, gue nggak yakin kalau hubungan orang tua kalian yang membuat lo sampai nggak ada rasa lagi sama dia apalagi sampai membencinya."
"Lo nggak tau apa-apa, jadi berhentilah menyimpulkan sesuatu yang nggak lo tau sama sekali," ucap Glory.
"Apa dia selingkuh?" tanya Algra tak mengindahkan peringatan dari Glory.
"Gue udah bilang kan, nggak usah menyimpulkan yang nggak lo tau!" ucap Glory yang mulai marah.
"Rasanya di khianati itu sakit, Ma! Apalagi dia itu sahabat sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) okay
Teen FictionMengubah diri itu perlu, walaupun terkesan jahat di mata orang lain