10 | DONAT MINI

631 106 443
                                    


"Jangan terlalu memuji-ku, aku takut jika nanti kamu tau sisi jahat-ku kamu akan pergi dan tidak berniat kembali."

_Hugo Damian Adhitama_




_____

[Gue udah di depan.]

Pesan yang masuk tanpa permisi di hp Glory itu membuat Glory panas dingin saat membacanya. Jantung nya berdetak kencang menatap gerbang rumahnya. Cewek itu mengatur nafasnya agar tidak gugup, lalu ia berdiri dan melangkahkan menghampiri gerbang.

"Aduhh jangan gugup dong," gumam Glory menyapu dadanya.

Saat menekan tombol yang ada samping gerbang, pintu yang tinggi dan lebar itu secara otomatis terbuka lebar. Pandangan Glory langsung fokus pada cowok yang tengah duduk di atas motornya, dengan setelah yang selalu cewek itu suka.

"Hai," sapa Glory gugup.

Hugo turun dari motornya lalu menghampiri Glory, cowok itu tidak datang dengan tangan kosong melainkan membeli sesuatu tadi untuk di berikan pada Glory. Harum parfum dari Hugo selalu berhasil membuat Glory terpaku di tempatnya, saat ini bahkan Glory tidak tau harus memuji Hugo seperti apa lagi. Di matanya Hugo sudah sangat sempurna walaupun tidak ada manusia yang sempurna.

"Udah sembuh?" tanya Hugo pada Glory.

Jarak Hugo sangat dekat dengannya membuat Glory menelan ludah susah. Cewek itu mengangguk dengan senyum yang selalu membuat Hugo nyaman melihatnya, entah kenapa tapi seperti itu kenyataannya.

"Udah agak mendingan, udah nggak pusing lagi cuman masih hangat dikit," jelas Glory, Hugo hanya mengangguk memang wajah Glory masih belum menunjukkan bahwa ia sudah sepenuhnya sembuh. Hugo menyodorkan kotak donat yang ia bawa tadi.

Glory membelalak tak percaya melihat donat mini kesukaannya, bagaimana mungkin Hugo tau apa yang di suka cewek itu.

"Donat? Serius buat gue?" tanya Glory pada Hugo, lagi-lagi cowok itu mengangguk meng-iya-kan.

Glory mengambil kotak donat itu dengan senyum mengembang. Hugo ikut tersenyum melihat cewek itu begitu bahagia.

"Makasih Kak Hugo. Aduh gue jadi nggak enak sama Kak Hugo, udah yuk kita duduk di sana." Glory menunjuk ayunan yang tadi ia duduki. Hugo hanya mengekor pada cewek itu, senyum Glory tidak pernah pudar di wajah cantiknya. Hugo berfikir lagi apa sebahagia itu Glory saat bersamanya.

Glory membuka kotak donat itu setelah duduk di ayunan bersama Hugo tentunya. Sejak tadi pandangan Hugo tidak pernah lepas dari wajah Glory. Senyum manis, wajah gemasnya saat melahap donat itu dengan nikmat.

"Ummm enak banget. Kak Hugo mau?" tawar Glory pada Hugo.

"Gue bukan anak kecil," ucap Hugo datar.

"Emang yang makan donat hanya anak kecil apa?" ucap Glory tersinggung dengan ucapan Hugo tadi yang tak langsung menyebutnya 'anak kecil' pasalnya ia begitu suka dengan donat.

"Dari yang gue tau gitu," jawab Hugo membuat Glory kesal di buatnya.

Namun Glory langsung menepis kekesalannya itu karena donat yang ada di tangannya begitu menggiurkan. Tidak perduli jika Hugo mengatainya anak kecil yang terpenting sekarang ia bisa makan donat.

"Kok bisa Kak Hugo tau kalau gue suka donat," ujar Glory menatap Hugo dengan tatapan mengharap kan jawaban cowok itu.

"Lo kan kayak bocah, jadi gue beliin donat siapa tau suka dan benar suka kan?" ucap Hugo membuat Glory menatap Hugo kesal.

"Enak aja, gue bukan bocah," protes Glory lalu lanjut menggigit donat yang ia pegang.

"Makasih ya Kak Hugo." Glory berhenti mengunyah.

I'm (not) okayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang