14 | MAAF

683 82 63
                                    

"kamu datang kepadaku itu merupakan kesempatan emas yang tidak akan aku sia-siakan.."



_Glory Marseille Osmond_









Glory menggeleng dan menutup matanya. "Nggak! Gue nggak mau!!"

Cup

Glory melotot saat Hugo menempelkan bibirnya pada bibir Glory. Di waktu yang sama tangan Hugo mulai sedikit memutar pergelangan kaki Glory, Glory refleks menggigit bibir bawah Hugo dengan tangan mencekram erat bahu cowok itu.

Dapat di dengar suara tulang pergelangan kaki Glory menyatu kembali. Hugo memejamkan matanya menahan sakit di bibirnya. Saat di rasa kaki Glory sudah membaik Hugo melepaskannya, nafas Glory memburu menahan sakit di kakinya dan rasa terkejutnya saat Hugo menciumnya.

Glory refleks mendorong tubuh Hugo, ia lalu memegang bibirnya sendiri. Apa yang Hugo lakukan tadi, apa ini mimpi, Hugo menciumnya? MENCIUM BIBIR NYA!!??

"Nggak sakit, kan?" tanya Hugo tanpa dosa.

Glory masih diam terpaku menatap Hugo. Perlahan-lahan matanya turun menatap bibir Hugo yang sedikit terluka.

"Sakit ya Kak Hugo? Ma-maaf, gue nggak sengaja," ucap Glory. Tangannya terulur mengusap pelan bibir cowok itu.

Glory menurunkan pelan tangannya. Rasa canggung tiba-tiba saja hadir tanpa di minta.

"Itu salah Kak Hugo ya. Siapa suruh Kak Hugo...Kak Hugo..." ucap Glory tampak ragu melanjutkan ucapannya. "Kak Hugo cium gue," gumam Glory.

"Kalau gue nggak lakuin itu, lo bakal teriak, kan?" tanya Hugo dengan senyum mempesonanya.

Entah kenapa cowok itu hari ini begitu banyak memberikan Glory senyum nya, tidak seperti biasanya.

"Tapi.. tapi. Ini nggak adil tau nggak!!" protes Glory.

"Yang penting udah bisa jalan, kan?"

Glory menatap kaki nya, saking terkejutnya dengan ciuman tadi cewek itu sampai lupa dengan kaki nya yang sedang sakit. Glory sedikit memberikan gerakan dan sudah tidak terlalu sakit seperti tadi. Glory menutup mulutnya dengan tangan karena terkejut, Hugo benar-benar bisa mengurut kaki nya. Apa Hugo diam-diam mendaftarkan diri menjadi tukang urut.

Glory menurunkan kaki nya. Dengan bertumpu di pinggir ranjang ia berdiri, satu langkah berhasil ia loloskan, rasa sakit nya sudah berkurang kali ini ia tidak perlu lagi meminta bantuan siapapun untuk berjalan. Glory tertawa girang, ia menatap Hugo tak percaya bahwa ia bisa menyembuhkan kaki nya.

"Waahh!! Aku bisa jalan lagi, Kak Hugo sejak kapan bisa urut?"

"Kak Hugo belajar dari mana?"

"Kok bisa sih."


++++++



Hugo mengantar Glory hingga sampai di depan kelas cewek itu. Glory hanya tersenyum kaku pada Hugo, jika begini mana berani ia menjauhi Hugo.

"Makasih ya, Kak Hugo udah mau bantu gue tadi. Amm, makasih juga udah mau nganterin sampe kelas," ucap Glory, Hugo hanya mengangguk.

"Oh iya, tunggu di sini bentar," ucap Glory. Tanpa menunggu Hugo menjawab cewek dengan rambut terurai itu melangkah masuk ke dalam kelas dengan tertatih-tatih.

"Glo, gimana kaki lo?" tanya Cika menghampiri Glory.

"Udah baikkan," jawab Glory sembari melangkah menuju meja-nya.

Ia membuka tas miliknya dan mengeluarkan jaket hitam milik Hugo. Glory kembali keluar, ia tersenyum hangat ternyata Hugo masih setia menunggu di sana.

"Ini jaket Kak Hugo, kemarin nggak sempat ngasi."

I'm (not) okayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang