"Setiap orang pasti memiliki sisi yang berbeda, begitupun denganku. Jadi, jangan dulu menyimpulkan jika aku orang baik.."
_Glory Marseille Osmond_
___________
Setibanya Glory langsung turun, pandangan Glory langsung tertuju pada pekarangan rumah. Di sana terparkir beberapa motor anak-anak Aderfia.
"Banyak tamu kayaknya," ucap Algra, Glory menatapnya.
"Paling teman-teman Hugo," jawab Glory. "Oh iya, makasih ya untuk hari ini," ucap Glory lalu tersenyum pada Algra.
"Gue akui walaupun lo ngeselin tapi lo juga baik.
Padahal, hari ini bukan ulang tahun gue tapi lo seperti kasi gue kado yang paling indah. Dalam hidup gue, gue nggak pernah tau gimana rasanya kasih sayang seorang ibu tapi berkat bantuan dari lo, gue bisa rasakan itu. Rasanya sangat sejuk, makasih ya," ucap Glory lagi.Algra melipat tangan di depan dada. Menatap wajah Glory lebih dalam lagi, ia cukup lega akhirnya cewek itu bisa bahagia juga mungkin dengan cara tadi Glory bisa melupakan semua kata-kata Maria semalam.
Tidak lama kemudian, Algra mengulurkan tangannya di depan Glory. Glory turun menatap tangan itu bingung.
"Mau berteman denganku?" Glory menatap sinis Algra tapi setelahnya ia terkekeh.
"Sebenarnya gue males temanan sama lo tapi boleh deh," ucap Glory lalu menjabat tangan Algra.
Algra menyeringai. "Terima kasih atas izin nya," ucap Algra membuat Glory mengerutkan kening kebingungan.
"Izin? Maksud lo?"
"Karena lo bakal jadi bahan jahil-an gue!" Algra terkekeh setelahnya membuat Glory langsung melepaskan cepat jabat tangannya, cewek itu melampiaskan kekesalannya dalam bentuk pukulan di lengan Algra.
"Sialan lo!" umpat Glory, Algra makin tertawa dibuatnya. Cowok itu memakai kembali helm nya. Setelah menyalakan motornya Algra kembali menatap Glory, lama terdiam, cowok itu dengan sengaja menarik hidup Glory pelan.
"Itu pembalasan dari gue!" ucapnya di serai kekehan melihat wajah Glory yang kesal. Tanpa merasa berdosa sama sekali Algra melaju pergi meninggalkan Glory, ia tak mau mengambil resiko karena sudah membuat cewek itu marah.
"Brengsek lo Algra!!!" teriak Glory kesal.
"Berteman atau tidak apa bedanya!! Dasar cowok sialan!" ucap cewek itu lalu masuk ke dalam pekarangan rumah.
Baru sampai di teras rumah Glory memastikan terlebih dahulu jantungnya, entah kenapa ia gugup takut di tanya Hugo ataupun teman-temannya nanti. Setelah merasa sedikit lega, ia memutuskan untuk masuk, rumah tampak sepi seperti tidak ada siapa-siapa namun saat membawa kakinya untuk masuk lebih dalam lagi ia di suguhkan dengan kelima cowok yang tengah duduk di sofa panjang. Ada yang aneh,mereka sama sekali tidak ribut, mereka malah sibuk, jika biasanya setiap kali mereka berkumpul akan ada keributan ini sama sekali tidak ada, tenang apalagi melihat Yonatan dan Stefan, kedua cowok itu selalu gelud tapi kali ini mereka malah menangis, apa yang terjadi?
Glory masih belum sadar sama sekali, namun saat melihat Hugo yang menutup matanya di sana membuat jantung Glory makin berdebar tak karuan, apa yang terjadi?
"Hug, lo kok bisa gini sih!" Dengan tangisnya Yonatan memeluk Hugo yang sama sekali tidak bergerak untuk mendorong tubuh Yonatan.
Glory menghampiri, tidak terjadi apa-apa dengan Hugo, kan? Tapi melihat kondisinya tidak memungkinkan jika tidak terjadi apa-apa dengan cowok itu.
"H-Hugo kenapa?" tanya Glory masih mencoba tenang.
Semua menoleh, melihat mata mereka memerah akibat menangis menandakan memang terjadi sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) okay
Teen FictionMengubah diri itu perlu, walaupun terkesan jahat di mata orang lain