"sekali dia, maka akan tetap dia..."
_Hugo Damian Adhitama_
"Benar," jawab Hugo.
Didengar dari suaranya itu serius, mimik wajah cowok itu pun tidak menunjukkan sedikit pun kebohongan. Glory menelan luda susan seraya mengalihkan pandangannya dari Hugo, jantungnya berdegup kencang, dadanya begitu sesak seperti mendapatkan hantaman besar, air matanya terbendung hingga siap akan keluar.
Glory secara perlahan menyingkirkan tangan Hugo dari pinggangnya, cewek itu lalu berdiri sedikit menjauh. Jujur begitu kecewa mendengar Hugo menjawab itu, selama lima tahun ini cewek itu menunggu Hugo tapi Hugo malah menyetujui perjodohan itu.
Terdengar suara kekehan dari Hugo, ia menoleh menatap cowok yang sudah tertawa terbahak-bahak sembari memukul bahu sofa. Apa ada yang lucu? Apa melihat kesedihan di wajah Glory membuat Hugo ingin tertawa.
Ting
Tong
"Pesanan anda!"
Glory membuka pintu dengan perasaan kesal. Setelah membayar, Glory kembali menutup pintu. Menatap Hugo yang masih tertawa di sana membuat Glory geram.
"Lo kesal?" tanya Hugo membuat Glory ingin sekali menendang cowok itu keluar. Bagaimana bisa ia bertanya jika sudah tau jawabannya.
"Nggak," jawab Glory singkat. "Cuma marah aja."
Glory menyimpan pesanannya dengan kasar di atas meja. Ia lalu pergi ke dapur untuk mengambil piring. Saat kembali, Hugo masih terlihat ingin tertawa.
"Lo percaya aja gue bohongin," ucap Hugo sembari menatap Glory. "Gue cuma mau nikah sama lo, mana mungkin gue terima perjodohan itu."
Hugo mengambil piring dari tangan Glory, pasalnya cewek itu masih diam menatap datar Hugo. Cowok itu balas menatap Glory, suasana manjadi hening dalam seketika, keduanya hanya diam sembari menatap satu sama lain. Hugo dengan nakal mengedipkan sebelah matanya hingga membuat Glory mengalihkan pandangannya.
Setelah makan, mereka duduk santai di balkon sembari menatap indahnya bintang yang bertaburan menghiasi gelapnya langit. Glory menoleh, menetap Hugo lalu tersenyum. Ia senang karena apa yang dikatakan Maria tentang Hugo rupanya hanya kebohongan semata ya walaupun Hugo sempat mengerjainya tadi.
"Lo tetap nolak perjodohan itu, walaupun tau dia adalah Ail?" tanya Glory tiba-tiba.
Hugo menunjukkan senyumnya, ia makin menggenggam erat tangan Glory lalu mengecupnya pelan. Rupanya cewek di sampingnya itu masih ragu dengan perasaan Hugo, padahal berulang kali Hugo mengatakan jika hanya Glory yang dicintainya. Bagi Hugo, Glory adalah segala-galanya, setelah Hanin meninggal, Glory menjadi seutuhnya dunia cowok itu. Tidak perduli dengan Broto dan Maria yang menentang hubungan mereka, Hugo sudah melangkah jauh mengambil keputusannya sendiri dan ia tidak akan pernah mengambil keputusan lain.
Hugo menaruh tangan Glory di dada-nya. "Selain Mama, nama lo juga ada di sini."
Hal itu tidak mampu membuat Glory untuk bisa menahan senyumnya cukup lama.
"Lima tahun lo nggak ada kabar, mana bisa kalau gue nggak ragu," ucap Glory sembari menarik tangannya dari genggaman Hugo, namun bukan hal mudah untuk Hugo membiarkan lepas begitu saja, ia menarik tangan Glory lagi untuk bisa terus menggenggamnya.
"Gue kira lo ngejauh dan ... Benci lagi sama gue," lanjut Glory dengan nada sendu di akhir kalimatnya.
"Nggak ada lagi yang bisa buat gue benci sama lo, keputusan gue untuk cinta sama lo itu udah bulat dan nggak bisa diubah," ucap Hugo seraya merapikan anak rambut Glory, ia beralih mengusap pipi cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) okay
Teen FictionMengubah diri itu perlu, walaupun terkesan jahat di mata orang lain