29 | RAHASIA LAIN (?)

436 29 0
                                    

"Setiap bab dalam cerita pasti akan memberikan kemenangan untuk peran antagonis, sementara yang baik hanya akan menang di bagian akhir. Bukan kah itu tidak adil?"

_Glory Marseille Osmond_






_______

Hari demi hari Glory menjadi semakin diam, kemana perginya keceriaannya saat itu? Apa sudah menghilang bersama perginya Hugo dari kehidupan cewek itu. Ail cukup jelas merasakan perubahan yang di alami Glory, bukan saja Ail tapi teman-teman sekelasnya pun merasakan hal yang sama.

Putusnya hubungan Hugo dan Glory menjadi berita paling utama di sekolah Lentera Bangsa. Ada banyak yang senang namun sebagian juga merasa sedih karena hubungan keduanya harus kandas di tengah jalan.

"MEREKA EMANGNYA PUTUS KENAPA?"

"NGGAK TAU, MUNGKIN AJA HUGO UDAH SADAR! NGAPAIN COBA PACARAN SAMA CEWEK KAYAK GLORY!"

Telinga Ail sampai panas mendengar perbincangan hangat siswa siswi akhir-akhir ini. Ia ingin sekali menyumbat mulut mereka dengan cabe rawit agar tidak sembarang berbicara.

Glory hanya di sibukkan dengan buku nya, saat istrahat ia tidak ke kantin melainkan hanya duduk diam di kelas. Bahkan kadang ia sampai tertidur di kelas karena terlalu lelah dengan semuanya.

Brak!

Glory maupun Ail sontak terkejut saat mejanya di gebrak Pak Dimas. Cewek itu menangkap sempurna guru matematika yang berdiri di samping meja dengan ekspresi tegas. Mata Glory yang masih ingin tertutup langsung melebar menatap takut-takut Pak Dimas.

"Berani sekali kamu tidur di jam pelajaran saya," ucap Pak Dimas galak pada Glory.

Glory menunduk. "Maaf, Pak," ucap Glory pelan.

"Tidak ada maaf-maaf, sekarang kamu berdiri di depan kelas sampai jam pelajaran saya selesai!" ucap tegas Pak Dimas.

"Tapi, Pak."

"Cepat! Atau kamu mau saya surati orang tua kamu!" Glory langsung menggeleng cepat, ia berdiri lalu menatap Ail. Gerak bibir cewek itu mengatakan "maaf"

Ail merasa bersalah karena tidak membangunkan Glory tadi, Glory hanya tersenyum lalu mengangguk pelan, ini bukan salah Ail. Ail ikut berdiri ingin memberikan ruang agar Glory bisa keluar dari tempat duduknya, dengan langkah malas Glory keluar dari dalam kelas. Berulang kali ia menghela nafas berat lalu duduk di salah satu anak tangga yang ada di depan kelasnya.

Matanya fokus menatap ke lapangan, terik matahari membuat ia menyipitkan mata karena silau. Bayangan-bayangan kecil saat di hukum bersama Hugo waktu itu tiba-tiba saja muncul tanpa di minta. Glory rindu dengan Hugo, rindu mendengar suara cowok itu, rindu dengan sikap hangat cowok itu.

Apa masih bisa ia dapatkan itu? Menatap Glory saja Hugo merasa jijik apalagi akan memperlakukan cewek itu dengan hangat seperti sebelumnya.

Masih tetap dengan posisinya tadi, Glory merasakan ada yang berdiri tepat di sampingnya. Cewek itu mendongkak untuk melihat siapa itu, saat tau bahwa itu adalah cowok yang sangat di bencinya Glory langsung memalingkan wajahnya.

"Lo liat sendiri kan sekarang? Hugo itu nggak benar-benar cinta sama lo," ucap Dilan namun Glory masih tetap diam.

"Glo, udah deh. Ngapain coba lo capek-capek ngejar cowok yang jelas-jelas nggak pernah ada rasa sama lo," ucap nya lagi. "Belum juga lama pacaran udah putus aja, karena dia itu udah bosan."

Glory tidak menyahut sama sekali, berucap pun rasanya sudah lelah sekarang. Hidupnya terlalu banyak di kelilingi orang-orang munafik, ia hanya punya satu harapan yaitu Ail.

I'm (not) okayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang