Bab #7

69 7 0
                                    

- Pagi -

" Hah, kenapa dia tidak pergi saja ?" Ucap Senjana ketika Bangun pagi dan melihat Bara masih tertidur di sofa miliknya.

Bara yang mendengar suara Senjana langsung menengok ke arah belakang, dimana Senjana tengah memandanginya dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.

" Sayang, kamu sudah bangun ?" Tanya Bara, namun atensinya beralih pada mata sembab milik kekasihnya itu, terlihat bengkak disana. Pasti sedari malam, Senjana hanya menangis dan tidak tidur.

" ....." Tak ada jawaban dari Senjana, rasanya malas sekali untuk sekedar membalas ucapan Bara.

" Sayang, mau kemana ? Aku antar ya ?"

" Gak perlu, aku sudah dewasa dan mandiri. Tidak akan bertingkah seperti anak kecil lagi dan membebanimu. Kamu senang, kan ?" Sinis Senjana yang membuat Bara sedikit terkejut.

" Kamu masih sakit hati atas ucapanku semalam ? Aku minta maaf, tidak seharusnya aku berbicara seperti itu. Tidak seharusnya juga aku melampiaskan kekesalanku, aku hanya sedang banyak pikiran saat ini." Mohon Bara dengan memelas, berharap kekasihnya untuk memaafkan kesalahannya kali ini

" Bisa kamu lepaskan tanganku ? Aku ingin berbelanja. Kamu tidak perlu mengantarku, aku sudah terbiasa mandiri " Dengan kasar Senjana menghempaskan tangan milik Bara.

" Yasudah, besok aku kesini lagi. Sekarang aku harus ke kantor." Pamit Bara, saat hendak mencium kening Senjana. Gadis itu mundur secara tiba tiba dan menjauhkan diri dari jangkauan Bara.

Senjana lantas pergi meninggalkan Bara yang masih tercengang disana. Baru kali ini dia melihat gadis itu semarah ini padanya, dia harus menebus kesalahannya dengan cara apapun. Biar bagaimanapun, ini mutlak kesalahnnya. sudah 3 tahun dia mengabaikan hari jadi mereka, pantas saja jika kekasihnya marah. Kesabaran orang memang ada batasnya.

Di sepanjang perjalanan Senjana terus saja menangis, Rasa sakit itu masih saja terbayang di benaknya.

" Kamu jahat. benar benar jahat, Bara " Geramnya

Sebenarnya Senjana tidak ingin memikirkannya, tapi kalimat kalimat itu selalu saja terbayang diotaknya.

" Astaga aku lupa, hari ini ada perilisan buku baruku. Tapi dengan penampilanku seperti ini, apa bisa aku menghadirinya?"

Mari kita lihat penampilannya saat ini, matanya membengkak karena ia menangis semalaman, belum lagi kulitnya yang kusam efek begadang setiap malam. Ah menambah kesan kumal pada dirinya.

" Sudahlah, nanti pakai kacamata saja untuk menutupi mata "

*****

Tibalah dia pada acara perilisan buku barunya di sebuah gramedia yang tak jauh dari rumah sakit tempat Alka bekerja.

" Terima kasih saya ucapkan untuk kalian semua yang telah berkenan untuk datang di acara perilisan buku terbaru saya yang berjudul ' SKY OF LOVE ' buku ini berisi tentang kisah cinta antara dua orang sahabat yang terhalang oleh keadaan. Karya ini, saya persembahkan untuk kedua orangtua saya dan juga orang orang yang mencintai saya secara tulus. Saya berharap, agar semua pembaca dapat menyukai karya saya ini. Sekian dan terimakasih "

Perilisan buku ini berjalan lancar dan khidmad tanpa ada hambatan apapun. Semuanya yang datang sangat menikmati acaranya, ada acara fans sign juga disana.

3 Jam berlalu dan acara telah selesai..
Ingin rasanya dia mengunjungi makam orangtuanya di Bandung. Namun, dia tidak mungkin datang kesana sendirian. Senjana tidak memiliki keberanian seperti itu.

Setelah lama berpikir, akhirnya dia teringat dengan Alka, sahabatnya. Dia memutuskan untuk mengajak Alka untuk menemaninya. Semoga saja, Alka tidak sibuk hari ini.

Senjana merogoh tasnya dan mengambil ponsel miliknya, mencari kontak nama Alka. Setelah menemukan, dia mengetikan sebuah pesan yang menginginkan agar Alka menemaninya ke Bandung untuk mengunjungi makam kedua orangtuanya.

5 menit berlalu, sebuah pesan masuk dari Alka terkirim di ponsel. Buru buru Senjana membuka isi pesan tersebut, senyum indah terukir dari bibirnya. Alka setuju untuk menemaninya ke Bandung.

" Sudah menunggu lama, Nona ?" Sebuah mobil fortuner berwarna hitam menghampiri Senjana, itu tak lain adalah Alka.

" Gue pikir lo bakal jemput gue pake Motor Ducati lo itu, Ka " Gurau Senjana.

" Emang lo mau encok sebelum nyampe Bandung ?"

" Dih, ya enggaklah. Mending gue naik Bus aja kesana."

" Makanya diem, kita berangkat sekarang "

" Gass "

" Pakai dulu sabuk pengamannya" Ucap Alka sambil memasangkan sabuk pengaman milik Senjana. Namun tak sengaja tatapan mata mereka bertemu, hembusan nafas lembut Alka sangat terasa di wajah Senjana. Membuat keduanya merasa salting bersamaan.

" Gue bisa pakai sendiri " Tutur Senjana kikuk.

" Makanya jangan ceroboh " Ucap Alka sambil menyentil jidat milik Senjana.

Selama di perjalanan, mereka habiskan dengan bercanda gurau, menikmati musik kesukaan mereka. beruntunglah, selera musik mereka sama. Jika tidak, mungkim akan ada perdebatan panjang selama perjalanan.

" Kenapa pakai kacamata mulu sih ?" Heran Alka, tumben sekali Nana memakai kacamata dan tak ingin melepasnya.

" Ini tren tau "

" Apa bara berulah lagi ?" Introgasi Alka yang membuat Senjana langsung diam.

" ... "

" Ternyata benar, itu ulah Bara. Kenapa, Na ?"

" Apa dimatamu gue kekanak kanakan, Ka ?"

" Engga. bagi gue, lo itu ngegemesin malahan "

" Kata Bara, gue kekanak kanakan dan tidak bisa dewasa "

" Jangan dengarkan, lo sempurna dengan sifat lo saat ini "

Ucapan Alka membuat Senjana tersenyum kembali. memang tidak salah, meskipun mulut Alka kasar, Namun di saat seperti, ucapannya bisa melembut dan membuatnya nyaman.

Setelah sekian lama perjalanan, akhirnya mereka tiba di kota Bandung. Alka dan Senjana mengunjungi makam orantua Senjana. Senjana memanglah anak yatim, piatu sejak kecil ia sudah di tinggalkan oleh kedua orang tuanya.

" Ayah, Ibu.. Ini Nana. Nana kemari bersama Alka, Ayah dan ibu tau ? Nana sekarang sudah menjadi penulis terkenal sesuai impian Nana. Nana harap, Ibu dan Ayah akan bangga pada putrimu ini."

Seperti tak ada habisnya Alka dibuat jatuh cinta pada sosok gadis di depannya ini. Gadis ini terlalu sempurna dimatanya. Bagaimana bisa Bara menyakiti gadis sebaik dan semanis ini ?

" Lo laper gak, Na ?" Tanya Alka ketika merika telah selesai berziarah di makam kedua orang tua Senjana.

" Keliatan ya ? Gue belum makan dari tadi pagi, Ka."

" Kan udah gue bilang, lo itu punya asam lambung. Kenapa ngeyel mulu dan nunda nunda makan terus sih ?" Geram Alka, sudah sering Senjana seperti ini. Jika imunnya kuat, mungkin itu tidak akan masalah. Namun, kondisinya benar benar lemah, jika dia seperti ini terus menerus, itu akan berdampak bahaya pada kesehatannya.

" Ayo makan dulu sebelum pulang " Ajak Alka, mau tidak mau Senjana harus menurut. Jika Alka sudah berganti mode Dokter, ini akan jauh lebih sulit jika mengajaknya berdebat.

" Bakso ya, Ka." Tawar Senjana.

" Makan nasi, perut lo bakal perih kalau gak di isi nasi. Lagian lo bakso mulu, katanya takut gendut tapi makannya lemak mulu" Cibir Alka sambil memutar bola matanya malas.

SKY OF LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang