Bab #78

287 14 11
                                    

Setelah menempuh jarak yang lumayan lama, mobil pajero yang di kendarai Dr. Edward akhirnya berhenti disebuah faskes satu satunya yang berada di desa tersebut. Faskes atau yang biasa orang awam menyebutnya puskesmas ini letaknya berada di pinggiran kota, puskesmas ini seperti gedung tua yang tak berpenghuni dan tidak terawat yang terlihat dari luar.

"Kita sampai " Ucap Dr. Edward pada Herdian.

"Ini faskes ?" Tanya Calvin saat ia membuka pintu dan melihat keadaan sekitar yang banyak di tumbuhi tanaman ilalang persis seperti bangunan yang tidak berpenghuni.

"Satu satunya faskes terdekat ada disini, tapi saya juga ragu apakah puskesmas ini berpenghuni atau tidak." Jawab Dr. Edward yang juga ikut kebingungan.

"Daripada banya bertanya, alangkah lebih baik kita masuk kedalam dan mencari sesuatu." Usul Herdian yang di setujui Dr. Edward dan juga Calvin.

"Vin, kamu jaga Alka dulu biar Papah dan Austin yang masuk kedalam." Ujar Herdian sambil menepuk bahu putranya.

"Tapi disini tidak akan ada mbak kunti dan juga mas pocong kan, Pah ?" Saut Calvin yang sembari memegang tengkuk lehernya yang terasa merinding.

"Ngapain takut ? Orang kamu lebih bahaya dari setan. Kamu itu kan rajanya setan." Goda Herdian yang membuat Calvin cemberut dan merajuk gemas.

"Sudah sudah, ini bukan waktunya bercanda. Sebaiknya kita lekas cek kedalam gedungnya." Lerai Dr. Edward yang sudah jengah dengan candaan dua orang ini.

"Paman dokter benar, sebaiknya Papah segera mengeceknya."

Setelahnya, Dr. Edward beserta Herdian masuk kedalam untuk melihat keadaan di dalam seperti apa, sementara Calvin kembali masuk ke dalam mobil untuk menemani Alka yang sejak dalam perjalanan tadi sudah tertidur pulas. Entah itu karena efek kelelahan atau efek demam tinggi yang sedang ia alami.

"Syukurlah, panasnya sudah turun " Ujar Calvin saat ia mengecek dahi milik sahabatnya itu.

"Na, Senjana.. Senjana, Sayang " Racau Alka di tengah tengah tidurnya.

"Bahkan saat seperti ini yang lo inget cuma Senjana, Ka." Ujar Calvin yang menatap Alka dengan perasaan iba.

"Na, kapan kamu pulang ? Alka kangen, Sayang pulang ya, Alka kangen sama Nana." Masih dengan racauan yang sama.

"Penderitaan lo kapan berakhirnya, Ka ? Gue lama lama gak tega lihat lo begini, dari kecil sampai sekarang lo gak pernah ngerasain bahagia sama sekali. Gak keluarga, gak pacar semuanya ninggalin lo, bahkan sahabat yang lo anggap saudara sendiri sampai tega nyakitin lo. Hampir saja gue juga khilaf nyakitin lo jika saja Papah tidak peka dengan kecemburuan gua terhadap lo." Ujar Calvin, ia menyenderkan punggungnya di senderan kursi mobil sembari menghela nafas panjang. Matanya menatap ke arah langit langit mobil dengan perasaan yang teramat bersalah pada sahabat yang sudah ia anggap adik kandungnya itu.

"Lo kasihan sama gue, Vin ?" Ucap Alka , namun ia masih enggan untuk membuka matanya. Alka sebenarnya sudah sadar sejak tadi, tapi ia enggan untuk membuka mata. Karena setiap ia membuka mata, yang ia lihat hanya sebuah kesedihan dan rasa bersalah dari orang orang.

"Lo sudah sadar ? Coba sini gue cek dulu suhu lo." Saut Calvin dan dengan cepat ia membalikkan tubuhnya menghadap kesamping ke arah Alka.

"Gue sudah sadar sejak tadi." Jawab Alka yang masih menutup matanya.

"Lalu racauan lo tentang Senjana tadi ?"

"Gue kangen sama Senjana, Vin. Dia kapan pulang ya ? Gue beneran rindu dan pengen meluk dia." Jawab Alka, tanpa Calvin sadari air mata Alka menetes dari sudut matanya.

SKY OF LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang