Bab #9

48 6 0
                                    

' Harusnya gue gak meng-iyakan ajakan Bara untuk kepantai, harusnya kemarin gue abaikan saja pesannya ' Batin Senjana

Saat ini Senjana bersama Bara tengah berjalan di tepi pantai, menikmati setiap hembusan angin yang datang, deburan ombaknya juga memanjakan mata. Situasi ini seharusnya sangat menyenangkan untuk pasangan, Namun ini berbeda dengan apa yang di rasakan Senjana. Baru kali ini, dia datang kepantai dengan perasaan sebal. Bukan karena sebal dengan pantainya, tetapi sebal dengan orang yang mengajaknya kemari.

Sepanjang perjalanan mereka habiskan dengan berdiam diri, tidak ada obrolan sama sekali, ini suasana yang terlihat canggung untuk pasangan yang harusnya bisa menghabiskan waktunya untuk bermesra mesraan.

" Sayang , apa kamu menikmati pantainya ?" Bara berinisiatif untuk mengawali pembicaraan agar suasananya tak semakin canggung.

"......" Senjana tak merespon, dia hanya diam dan menikmati hembusan angin.

" Mau sampai kapan kamu akan mendiamkanku seperti ini, Na ?"

" Apa kamu tau kesalahanmu ?" Tanya Senjana, namun atensinya tetap pada pantai. Dia tak ingin menatap wajah maupun mata Bara.

" Karena melupakan hari jadi kita "

" Hanya itu ?" Ucap Senjana, sekarang pandangannya jatuh pada mata Bara.

"Karena mengatakan hal yang buruk kemaren malam " imbuh Bara lagi.

" Sungguh, Hanya itu yang kamu tau ?"

" Apa sebenarnya kesalahaku ? Tolong katakan sebenarnya agar aku bisa memperbaikinya " Pinta Bara sedikit memohon agar kekasihnya itu mau menjelaskan letak kesalahan Bara yang sebenarnya.

" Lupakan saja, toh itu sudah berlalu "

" Kamu mau memaafkanku ?" Ucap Bara memastikan.

" Iya "

Bara yang mendengarnya langsung tersenyum bahagia, matanya berbinar seperti sedang memenangkan tender dan berhasil mengalahkan para pesaingnya.

Akhirnya dia bisa berbaikan juga, sebenarnya Bara sedikit tersiksa dengan sikap acuh tak acuh Senjana belakangan ini. Bukan hanya acuh, bahkan Senjana kerap mengabaikan dirinya maupun pesan yang ia kirim kan.

Ketika Bara ingin menggenggam tangan milik Senjana, gadis itu dengan cepat menarik lengannya ke atas. Walaupun Senjana sudah mau memaafkan, bukan berati dirinya mau di sentuh oleh Bara.

" Mau jalan jalan kesana, disana spot terbaik untuk melihat matahari terbenam dengan Indah " Bara menunjuk ke sudut tempat yang sebenarnya tempat yang ia tunjuk itu adalah tempat dimana Alka dan Senjana sering menikmati matahari terbenam.

" Tidak, aku tidak mau. Aku hanya ingin jalan jalan disini saja, aku ingin pulang "

Senyuman Bara yang sedari tadi mengembang lantas luntur begitu saja bersama dengan kalimat penolakan dari Senjana. Bukan apa apa, Bara rela mengambil cuti libur sehari dan meluangkan waktu kesibukannya demi berjalan jalan ke pantai bersama kekasihnya.

" Kenapa ? Kenapa ingin pulang ?" Tanya Bara dengan wajah introgasinya

" Aku hanya sedikit tidak enak badan, aku ingin pulang sekarang." Pinta Senjana dengan sedikit memaksa.

Bara hanya bisa mengalah, mau berdebat pun dia juga tidak bisa. Dia sadar gadis yang bersamanya saat ini mempunyai watak yang sangat keras kepala, mau seberusaha apapun jika Senjana bilang tidak ,ya pastinya tidak. Ini sulit mengubah sifatnya ..

Selama di perjalanan, ponsel Bara terus bergetar dan sesekali ada dering panggilan telephone.

" Angkat saja dulu, siapa tau itu penting !" Titah Senjana.

" Tidak ada yang lebih penting dari kamu, ayo ku antar pulang dulu." Final Bara.

Setelah sampai di appartemen Senjana, Bara berpamitan untuk segera 'pulang' . Ia bergegas mengemudikan mobilnya. Namun, bukan pulang ke arah Appartemen miliknya melainkan menuju ke arah bandara.

40 menit berlalu, dia tiba di bandara halim perdana kusuma. Bara turun dari mobilnya dan berjalan ke arah penjemputan untuk menjemput seseorang.

Terlihat seorang gadis dengan paras cantik sedang melambai ke arah Bara ketika ia menyadai lelaki yang ia tunggu sudah datang.

" BARA, DISINI " Teriak gadis itu sambil melambai.

" Kamu kenapa dadakan ngabarinnya ?"

" Kenapa ? Kamu gak suka aku datang menemuimu ?" Rajuk gadis itu.

" Bukan begitu, Grey. Ah yasudah, kita pergi dulu dari sini " Bara mengambil alih koper yang di bawa Grey, dia menggenggam tangan milik Grey dan berjalan bersama.

" Kita ke appartemenku ya ?" Pinta Grey yang membuat Bara mengernyit.

" Appartemen ? "

" Iya, aku membeli unit appartemen yang dekat denganmu. Aku tidak ingin jauh darimu, Bara "

Bara yang mendengar itu hanya dapat menghela nafas panjang, bisa makin runyam masalahnya kalau sampai ketahuan Senjana.

Selama perjalanan mereka hanya diam. tidak ada obrolan sama sekali, rasanya sedikit membosankan, tetapi saat ini di kepala Bara masih terdapat banyak masalah. Dia tidak punya mood untuk meladeni ocehan gadis yang saat ini tengah duduk disebelahnya.

" Kekasihmu namanya siapa, Bara ?" Tanya Grey untuk yang kesekian kalinya.

" Namanya Senjana " Balas Bara singkat.

" Nama yang bagus, apa dia lebih cantik dariku ?"

" Apa bisa kamu diam sebentar, aku sedang fokus untuk menyetir " Geram Bara

" Kamu kenapa marah marah terus daritadi, kamu tidak suka aku datang ?" Rajuk Grey dengan wajah yang di buat buat seolah ingin menangis.

" Bukan seperti itu, ah sudahlah kepalaku sedang pusing saat ini "

Akhirnya Grey memutuskan untuk diam dan memandangi pemandangan dari jendela mobil Bara. Grey tau, jika Bara sudah seperti ini berati dia sedang marah besar. Dan dia tidak ingin menjadi pelampiasan kemarahan Bara.

Sampailah mereka berdua di appartemen milik Grey, appartemenn ini cukup sederhana dan jauh dari kesan mewah. Untuknya yang tinggal sendirian, appartemen seperti ini yang tidak terlalu luas akan sangat nyaman untuk dia tinggali.

" Sejak kapan kamu mempersiapkan ini ?" Selisik Bara, dia memang penasaran sejak Grey memberitahunya saat di bandara tadi.

" Satu bulan yang lalu, aku ingin memberikanmu kejutan "

" Ohh "

" Hanya Oh saja ?"

" Aku harus pulang sekarang, banyak masalah yang harus aku selesaikan " Pamit Bara seraya meletakkan koper milik Grey.

" Terima kasih, Bara."

Setelah Bara berpamitan, Grey meletakkan barang barang miliknya di kamar. Dia lantas melihat ke arah jendela. Terlihat jelas Bara saat ini tengah berjalan menuju mobilnya.

" Suatu hari nanti, gue bakal dapetin Hati lo lagi, Bar "

" Gue akan buat lo jatuh cinta lagi seperti dulu dan maaf Senjana, apa yang gue punya akan kembali lagi gue rebut " Seringaian muncul dari wajah milik Grey.

Sementara Bara saat ini tengah menyenderkan kepalanya di stir mobil miliknya, dia benar benar bingung dengan kondisinya yang seperti ini. Dia mencintai Senjana, namun disisi lain dia tak munafik jika hatinya masih mencintai Grey Anastasya, masa lalunya yang dulu pernah menghancurkan hatinya hingga berkeping keping. Bukannya membenci, tapi Bara malah ingin kembali lagi bersama Grey. Lantas bagaimana dengan Senjana ? Bagaimana dia akan menjelaskan pada gadis itu ? Saat ini dia benar benar kalut, ada dua pilihan yang sulit di tangannya. Bara takut jika nantinya akan membuat keputusan yang salah.

SKY OF LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang