"Selamat pagi tuan putri, kamu terlihat begitu cantik setiap kali sedamg tidur, Na. Tapi bukan tidur seperti ini yang aku harapkan, mau sampai kapan kamu akan tertidur ? Apa kamu begitu lelah hingga tak ingin membuka mata ?" Ucap Alka sembari mengusap surai lembut milik Senjana.
Sudah sejam lebih Alka hanya duduk dan memandangi sahabatnya itu, banyak sekali rasa penyesalan yang ada di benaknya. Andai saja dia tidak menyembunyikan masalah Bara, andai saja dia berada di samping Senjana hari itu, andai saja dia tidak mendengarkan ucapan Senjana dan terus menemani Sahabatnya itu, mungkin kejadian seperti ini tidak akan terjadi. Alka selalu menyalahkan dirinya yang tidak becus untuk menjaga sahabatnya tersebut.
"Apa kamu tidak merasa lelah sedari malam menjaga Senjana, kamu juga butuh istirahat, Ka." Ucap Ayana yang baru saja tiba
"Andai saja aku tidak menyembunyikan semuanya, mungkin kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi, Yan." Balas Alka, namun sorot matanya tetap menuju ke Senjana.
"Jangan terlalu menyalahkan keadaan, Ka. Tidak sepenuhnya kesalahanmu. Mental Nana memang lemah sejak lama."
"Maksudnya ? Sebenarnya apa yang terjadi pada Senjana ?" Tanya Alka dengan serius.
"Sebelumnya aku ingin bertanya tentang kondisi Senjana saat ini, apa dia sudah melewati masa kritisnya ?"
"Kondisinya belum stabil, dia belum melewati masa kritisnya"
"Maksudmu dia mengalami koma ?" Tanya Ayana dengan raut wajah yang tidak percaya.
"Benar sekali."
"Bagaimana bisa? Bukankah dia hanya mengiris lengannya, mengapa bisa koma seperti ini ?"
"Apa kamu tidak melihat betapa banyaknya darah yang keluar dari kepala Senjana ? Apa kamu juga tidak menyadari banyaknya noda di bajumu waktu itu ? Sebelum dia mengiris lengannya, dia membenturkan kepalanya berkali kali di tembok, itu membuat sarafnya terganggu apalagi dia baru saja mengalami kecelakaan yang melibatkan benturan keras di kepalanya " Penjelasana Alka membuat Ayana sedikit terkejut, dia tidak menyadari saat itu kepala Senjana mengeluarkan banyak sekali darah. Yang Ayana perhatikan hanyalah luka goresan di lengan sahabatnya tersebut.
"Lantas bagaimana, Alka ?"
"Kita lihat perkembangannya nanti setelah Senjana sadar, aku belum bisa memastikan kondisinya saat ini. Berdoa saja, semoga tidak akan terjadi apa apa."
"Semoga dia baik baik saja dan bisa melewati kritisnya "
"Sebenarnya apa yang terjadi, Yan. Apa karena Bara, dia jadi nekat melakukan ini ?" Tanya Alka secara tiba tiba.
"Ikut aku ke ruanganku sebentar, ada yang ingin aku jelaskan padamu tentang kondisi Senjana yang sebenarnya "
Sebenarnya apa yang terjadi ? Tidak mungkin hanya karena Bara, Senjana jadi nekat seperti ini. Alka tahu betul, jika Senjana tidak benar benar mencintai Bara. Banyak sekali pertanyaan pertanyaan yang menghinggapi kepala Alka, hingga dirinya tidak sadar bahwa dia sudah sampai di ruangan psikiater milik Ayana.
"Duduk, Ka " Ucap Ayana sembari mempersilahkan Alka masuk dan duduk.
"Jadi apa yang terjadi ?" Tanya Alka to the point.
"Kondisinya seperti ini bukan karena Bara, namun karena dia memiliki trauma yang mendalam tentang orang orang yang meninggalkannya "
"Bisa jelaskan secara detail, aku tidak paham tentang psikologi "
"Kondisi seperti ini disebut Fear of abandonment atau ketakutan ditinggalkan. Bukan hanya sekadar takut atau kecewa biasa, orang yang mengalaminya akan merasakan ketakutan luar biasa jika orang terdekatnya akan pergi."
"Jadi ini yang menyebabkan dia menjadi depresi ?" Tanya Alka seakan akan tidak bisa mempercayai ucapan Ayana.
"Dia selalu mengaggap dirinya gadis pembawa sial, makanya ia di tinggalkan oleh orang orang terdekatnya. Aku sudah sering kali menyuruhnya untuk terapi, namun dia bersikeras mengatakan bahwa dirinya baik baik saja. Kondisi seperti ini jika di biarkan akan berakibat fatal "
"Aku tidak tau jika Senjana memiliki trauma sedalam ini. aku pikir, akulah yang paling tau tentang Senjana, nyatanya aku tidak tau apa apa " Sesal Alka, dia merutuki kebodohannya sendiri.
"Sudahlah itu bukan kesalahanmu, saat ini yang terpenting adalah kesembuhan Senjana terlebih dahulu. Kita bagi dua, kamu fokus dengan kesembuhan fisiknya, sedangkan aku kesembuhan mentalnya "
"Aku bersyukur Senjana memiliki sahabat sebaik dirimu, Yan. Terima kasih "
"Untuk apa berterima kasih ? sebelum mengenalmu, aku lebih dulu mengenal Senjana. Jadi sudah sewajarnya aku seperti ini "
"Aku tau, tapi tetap saja aku ingin mengucapkan terima kasih. Kalau begitu aku pamit, masih banyak sekali pekerjaan yang harus ku kerjakan " Pamit Alka.
Alka keluar dari ruangan itu dengan muka di tekuk, ia terus saja merutuki kebodohannya. Dia bersahabat dengan Senjana lebih dari 6 tahun, namun bodohnya dia tidak mengetahui apapun tentang psikis Senjana yang begitu lemah dan rapuh. Sahabat macam apa sebenarnya aku ini ?
Alka berjalan ke arah kantin rumah sakit, mungkin mengisi perutnya dapat membantu konsentrasi. Dia baru ingat terakhir makan adalah kemarin siang sebelum kejadian buruk yang menimpa sang sahabat. Saat Alka tengah menikmati makanannya, seseorang memghampirinya dan mendudukan pantatnya di kursi depan Alka. Saat ini posisi mereka saling berhadapan.
"Gimana kabar lo ?" Tanya orang tersebut pada Alka
"Kenzio ? Jangan sekarang, gue lagi banyak masalah " Ucap Alka pada orang tersebut yang ternyata adalah Kenzio.
"Kenapa ?gue kan cuma nanya kabar lo, salah ?"
"Gue gak lagi berminat untuk berdebat apapun sama lo, tolong ngertiin gue untuk saat ini "Ucap Alka sembari memasukam suapan nasi kedalam mulutnya.
"Ngertiin kondisi lo ? Atas dasar apa gue harus ngertiin lo ? Lo siapa, kita juga tidak ada hubungan garis darah, jadi kenapa gue harus ngertiin lo ?" Ucap Kenzio yang membuat Alka mengehentikan aktifitas makannya.
"Setidaknya dulu kita pernah bersahabat."
"Persetan dengan persahabatan, gue sudah membuang semua itu. Buat apa bersahabat dengan seorang pembunuh ?" Ucap Zio dengan sorotan mata penuh kebencian.
"Harus berapa kali gue bilang, bukan gue pembunuh Olla, kenapa lo terus terusan nyalahin gue ?" Ucap Alka tak kalah emosi, saat ini kondisi emosinya sedang memuncah malah Kenzio ikut menyulutkan api emosi yang membuatnya semakin terbakar.
"Memang bukan lo yang membunuh, tapi gara gara lo, Olla nemuin bokap gue dan terbunuh di tangan bokap gue sendiri. Andai saja lo bisa membalas perasaan adik gue, dia gak bakalan seperti ini." Ucap Zio sembari mencengkeram kerah pada jubah dokter milik Alka.
"Perasaan itu tidak bisa di paksakan, Zio " Balas Alka sembari melepas cengkrama tangan Zio.
"Kalau gadis itu tidak hadir di hidup lo, pasti Olla masih hidup sampai sekarang. Lo hanya fokus pada Senjana, gadis picik itu "
"SUDAH CUKUP, JANGAN MEMBUAT KESABARAN GUE HABIS, ZI "Teriak Alka yang menggema membuat atensi para pengunjung rumah sakit mengarah padanya.
"Benar ucapan gue, Kan ?"
"Lebih baik lo pergi dari sini sekarang juga " Usir Alka.
"Baik, gue akan pergi. Tapi ingat, gue gak akan biarin lo bahagia diatas penderitaan gue, Ka " Ucap Kenzio sembari meninggalkan kantin rumah sakit tersebut.
Sepeninggal Kenzio, Alka jadi tidak bernafsu lagi untuk melanjutkan makan, apalagi atensi orang orang memgarah padanya karena masalah dengan Kenzio tadi. Dia memutuskam untuk pergi dari kantin itu meskipun dengan kondisi perut yang masih sangat lapar. Tujuan Alka bukan ke kantornya, melainkan pergi ke ruangan milik Senjana. Dia membuka pintunya perlahan, dan mendudukan dirinya di kursi samping ranjan. Dengan senyum lembut, Alka mengusap kepala Senjana dengan pelan.
"Aku janji, aku bakal selalu jagain kamu. Akan aku hadapi sekalipun 100 orang mengincar nyawamu. Aku janji, setelah ini tidak akan ada yang berani menyakiti kamu. Kamu harus bangun ya, katanya kamu menginginkan pelangi ? Aku akan bawakan pelangi terindah untuk kamu." Ucap Alka dengan mengecup dahi Senjana
![](https://img.wattpad.com/cover/350796686-288-k891188.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SKY OF LOVE
Fiksi PenggemarKisah Cinta yang di iringi banyak sekali Air mata mungkin akan cocok untuk di deskripsikan dalam lembaran kisah cinta ini.