Bab #57 ( Seperti tiada habisnya )

35 4 0
                                    

"Sayang, apa kamu melihat bulan malam ini ? Bulannya begitu cantik, dulu kita sering melihat bulan dari balkon appartemenmu. Menghabiskan satu malam hanya untuk menikmati cahaya bulan itu." Ucap Alka seraya memandangi bulan dari kamarnya.

Entah sudah keberapa kalinya setiap malam selalu ia habiskan untuk memandangi sinar cahaya rembulan. Menurutnya selain langit senja, bulan adalah pemandangan terindah nomer 2. Bulan memang memiliki sisi romantis tersendiri bagi penikmatnya, sinarnya yang cantik membuat perasaan jadi tenang.

Sebenarnya Alka bukanlah orang yang romantis, dia tidak pandai merangkai sebuah kata yang indah, Ia tak pandai membuat syair puisi. Hanya satu yang membuatnya tertari pada hal hal yang berbau romantis. Yah, sudah pasti itu karena kekasih yang sangat ia cintai, Senjana..

"Ikatan kita terlalu kuat bukan ? Aku yakin, saat ini di tempatmu berada, pasti kamu juga sedang memandangi cahaya bulan, kan ?"

Meskipun dia selalu mengatakan bahwa dirinya baik baik saja, sorot matanya selalu berkata hal lain. Rasa rindu itu selalu menjalar di hatinya, senyuman yang biasa menghiasi hari harinya, sudah sejak lama tak ia lihat lagi. Sepanjang hari, waktunya hanya ia habiskan untuk melamun. Beruntung Arthur dan Calvin mau secara bergantian menjaganya, setidaknya ada yang mengalihkan fikirannya walaupun hanya sesaat. Tunggu sebentar, mengapa hanya berdua ? Itu karena Zaquel sedang di sibukkan oleh bisnis keluarganya sedangkan Bryan entah tidak ada yang dimana keberadaanya. Saat Alka menikmati sinar rembulan, seseorang masuk kedalam kamarnya.

"Apa bulannya begitu cantik ?" Ucap seorang pemuda yang baru saja masuk kedalam kamarnya.

Alka hanya melirik sebentar, dari suaranya ia sudah tau siapa pemiliknya.

"Gue bertanya tanya, waktu selama dua bulan ini lo habiskan untuk apa saja, ternyata untuk memandangi sinar rembulan." Ucap pemuda itu.

"Lantas gue harus ngapain ? Ngebunuh orang ? " Sarkas Alka membuat orang itu terkekeh.

"Ternyata benar kata Arthur, selama di rumah sakit ini lo banyak mengalami perubahan."

"Lo tau apa tentang gue ? Gue gak suka sama orang orang yang sok tau apa isi hati gue, Zio."

" Setidaknya perasaan kita saat ini sama."

"Sama ?"

"Bukannya kita berdua sama, Sama sama di tinggalkan orang yang kita sayangi." Ucap Zio dengan lembutnya.

"Naomi ?"

"Kenapa bahas Naomi ? Gue sedang membahas Olla saat ini. Dulu gue juga pernah ada di posisi lo saat ini, hari hari gue habiskan untuk meratapi kepergian adik gue satu satunya. Itu seperti mimpi yang gue alami sepanjang malam."

"Lo mau nyalahin gue lagi ? Gue udah lelah untuk membahas ini, bukannya gue udah nerima balasannya ? Kaki ini apa masih kurang untuk menebus kesalahan gue di masa lalu ? Jadi mau sampai kapan kalian nyalahin gue atas kematian Olla ? Gue udah engga sanggup untuk memikirkan hal hal seperti ini." Ucap Alka sembari meremat selimut yang menutupi kakinya

Melihat itu, Zio menggenggam tangan Alka, Berusaha untuk melepaskan rematan tangan Alka yang sangat kuat itu. Perasaan Alka memang tengah sensitip saat ini, satu kalimat saja dapat mempengaruhi perasaannya.

"Tenang dulu, Ka. Kedatangan gue bukan untuk ini."

"Gue lelah untuk disalahkan semua orang, otak gue cuma satu dan bahu gue tidaklah sanggup untuk memikul beban seberat itu. Kenapa semuanya di limpahin ke gue, Zio ?"

" Gue minta maaf karena udah menyinggung tentang olla. Iya gue salah, jadi tolong berhenti bersikap seperti ini."

"Apa menurut lo, gue selemah itu ? Sampai semua orang mengasihani gue."

SKY OF LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang