Dua puluh Delapan.

4.8K 339 17
                                    


Zee mendadak merasa pusing karena kekasihnya itu mencuekinya padahal juga salah dirinya sih. Ia tidak ingin melakukan kesalahan kedua kalinya, ia menunggu Adel didepan kelasnya.

"Ngapain?" tanya Adel jutek yang melihat Zee ada didepan kelasnya.

"Ayo pulang" ajak Zee semangat menarik tangan Adel.

"Gamau, ck zee lepasin gak!"

"Zee stop"

"Gue mau pulang sendiri"

"Zee!"

racau Adel sepanjang jalan keparkiran namun tidak di gubris sama sekali oleh Zee, Zee terus menggenggam tangan Adel.

Sudah sampai di depan motor, Zee memberikan helm kepada Adel namun tak diambil olehnya. Zee pun memasangkan helmnya ke kepala Adel.

"Naik" ucap Zee namun dihiraukan oleh Adel.

"Naik" tambahnya dan tetap tidak di gubris oleh Adel.

Zee mengalihkan pandangnnya pada Adel yang masih terdiam di tempat. Menghela nafas panjang lalu turun dari motornya dan menghampiri Adel, mengambil tangannya dielusnya lembut.

"Ayo kita pulang, kalau mau marah marahin gue aja dirumah ya? Jangan disini ngga enak diliatin yang lain" ucap Zee lembut pada Adel.

Adel pun akhirnya naik ke motor Zee dan ikut pulang bersamanya. Selama di perjalanan pulang, Adel sama sekali tak menggubris banyaknya pertanyaan dari mulut Zee bahkan ia tidak memeluk pinggang kekasihnya itu.

Sampai pada rumah Adel, disana sepi tidak ada orang sama sekali. Ntahlah kemana perginya orang orang dirumah Adel. Adel pun segera naik ke atas menuju kamarnya diikuti oleh Zee.

Saat ini Zee merasa gelisah sekali kekasihnya itu marah kepadanya, ia tak akan pulang sebelum kekasihnya memaafkannya perihal tadi di Sekolah.

Zee memberanikan diri memasuki kamar Adel, dibukannya pintu kamar itu dengan perlahan.

"Del" panggilnya.

"Duduk" ucap Adel menyuruh Zee duduk di bangku meja belajarnya.

Saat ini Zee sedang keringat dingin, aura Adel benar benar dingin sekali membuatnya takut.

Adel berdiri di depannya menyilangkan kedua lengannya di dada dengan tatapan tajam tanpa berbicara apapun. Hal itu membuat bulu kuduk Zee berdiri.

"Bundaaaaa tolonggg takut banget sumpah cewe gue mode kaya ginii" batin Zee.

"M-maaf" ucap Zee pelan sambil menundukan kepalanya memainkan ujung bajunya tak berani menatap mata Adel.

"Hey" ucap Adel mengangkat wajah Zee agar melihatnya. Adel melihat mata Zee sudah berkaca kaca pun ingin tertawa namun ia tahan.

"Muka doang sangar diomelin dikit nangis" batin Adel.

"Kamu tau kan kamu salah?" tanya Adel lembut dan diangguki oleh Zee.

"Terus?" tanya nya lagi.

"Zizi minta maaf sama Adel sebisa mungkin zizi nggak bakal ngulangin lagi kok" ucap Zee tersedu sambil menahan tangisnya namun air mata itu tetap mengalir membasahi pipinya. Adel yang melihat Zee pun merasa gemas.

"Utututu sayang aku gemasnyaaaa" ucap Adel mengelap air mata Zee.

"Nggak boleh lagi ya? Zizi kan anak baik" ucap Adel.

"Dikurangin juga ya ngerokoknya? Bunda kan udah kasih tau Zizi juga buat jaga kesehatan Zizi kan? Kalau Zizi sakit siapa yang jagain aku?" tambahnya dan diangguki oleh Zee.

Love Hate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang