Empat puluh Sembilan.

4.1K 384 24
                                    


Setelah perdebatan yang cukup menguras emosi dan tenaga bagi dirinya, Adel memutuskan kembali ke Jakarta.

"Pak, Anter saya ke bandara aja ya" ucapnya kepada supir Taksi.

"Nggih mbak" jawab supir taksi tersebut.

Adel tidak membawa apa-apa selain dirinya dan handphone nya itu. Kepalanya penuh, badannya lemas seolah tak bertenaga. Ia memikirkan apa yang ia harus lakukan saat ini.

Adel membuka handphonenya, membuka aplikasi perjalanan untuk membeli tiket penerbangan terdekat.




37 menit perjalanan menuju Bandara,

"Sudah sampai mbak e" ucap supir taksi tersebut dengan logat jawanya.

"Terimakasih pak, sudah saya kirim tip nya ya" ucapnya kemudian membuka pintu.

"Mbak, tunggu. Ini kelebihan ta?" tanya supir tersebut bingung mendapat TIP, seratus ribu rupiah.

"Nggak pak, mari pak" jawab Adel diiringi dengan senyum tipisnya.

"Duh nduk, kamu anak baik, bapak harap kamu baik-baik saja. semoga Gusti Allah selalu jaga kamu ya nduk" ucap supir taksi tersebut ketika Adel meninggalkannya.

Ia masih punya waktu 30 menit sebelum boarding, ia sempatka mampir ke salah satu toko baju disana. Tak mungkin ia pulang dengan Dress dan Heels nya itu, lelah kakinya.

Setelah mendapatkan baju,sendal,topi,kacamata dan masker. ia pergi ke toilet untuk berganti pakaian dan memasukkan dress nya kedalam paperbag belanjaannya tadi.

"terus kalau udah sampe di Jakarta gue kemana? ga mungkin gue pulang, keadaan gue jelek kaya gini bisa-bisa bibi lapor ke Maji" monolognya.

"duh berisik banget sih!" gerutunya melihat notif dari Zee yang terus menanyakan keberadaannya.

"ngapain sih??? sok peduli" ucapnya lagi kemudian memblokir kontak sang mantan.

Adel mengabaikan pesan masuk dari ketiga sahabatnya, ketiga sahabat mantannya, dan adik mantannya itu. Bahkan,

"Lah???????? ngapain tante Shani nanyain gue? dia tau?" bingungnya melihat notif Shani masuk. Ia mengacuhkan pesan dari Shani.

"Males banget!" gerutunya sambil meremas kaleng kopi yang tadi sempat ia beli.

Adel bersandar pada kursi, melemaskan punggungnya. Mulai berpikir lagi, ia harus pulang kemana. Basecamp? Apartnya? atau?

"Oh Gue tau, gue tau harus kemana" ucapnya ketika merenungkan apa yang harus dilakukan dirinya.

Ia membuka handphone nya dan menekan call ke salah satu kontak.



|Dalam Panggilan|

📞A : Kak, tolong jemput gue di Bandara

📞G : Lah? sama Zee?

📞A : Sendiri

📞A : Jangan bilang Maji sama Mami, gue mohon

📞G : hah? Kenapa dah? Kata bos lo sama Zee?

📞A : *hiks hiks* gue sendiri kak, tolong jemput ya *hiks*

📞G : Eh? Lo kenapa anjing??? Kok nangis???

📞A : Nanti gue ceritain, 1 jam lagi gue landing di Halim ya. Gue mau take off, bye kak

|Panggilan Terputus|




Adel mematikan telfonnya dengan Gita, iya Gita yang dihubunginya. Ia menyeka air matanya yang membasahi pipinya itu.

Love Hate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang