Tiga puluh Sembilan.

4.8K 372 17
                                    




"Iya niel, gue langsung turun" ucap Adel kemudian menutup telfonnya.

"Gue kebawah dulu, lo mau disini apa gimana?" tanya Adel pada kekasihnya yang masih memeluknya dari belakang.

"Mau tidur tapi nanti cewe gue kenapa-kenapa lagi karna gak diawasin gue gimana?" ucap Zee yang menaruh kepalanya di bahu Adel.

"Kan disana banyak yang jagain, tenang aja. udah lo tidur aja gapapa" Perintah Adel.

"Gapapa?" tanya Zee memastikan.

"Gapapa sayang" jawab Adel mengelus tangan Zee yang berada di pinggang rampingnya itu.

"Apaansih lo" sewot Zee melepaskan pelukannya.

"Apaan?" tanya Adel balik karna bingung.

"Ngapain sayang sayang???!" ucap Zee.

"Lah kan kita pacaran" jawab Adel kemudian berdiri bersiap-siap.

"Ya tapi gue mau meninggal dibilang sayang" ucap Zee.

"Lemah amat" ucap Adel melempar remot tv ke arah Zee.

"Udah ah gue mau turun" tambahnya sambil mengambil handphone lalu menguncir rambutnya.

"Dadaaah ziziii sayaaangggg" ucap Adel seperti anak kecil.

"Tungguuuuu" panggil Zee menahan Adel yang sudah memegang gagang pintu itu.

"Apalagi?" tanyanya malas sambil membalikkan badan.

"Mau peluk boleh?" ucap Zee yang duduk bersila di tengah kasur sambil merentangkan kedua tangannya. Adel yang mendengar itupun tersenyum, menghampiri kekasihnya dan memeluknya erat. Terkahir, Zee mengecup semua bagian di wajah kekasihnya itu.

"Jangan lama-lama, nanti aku kangen sama adeell" rengek Zee terdengar seperti anak kecil.

"Iya bayiiii, nanti kalau adel belum selesai zizi kebawah aja ya?" ucap Adel diangguki oleh Zee.

"Udah sana tidur ah, bawel banget sih lo" ucap Adel kemudian meninggalkan Zee di kamar sendirian.

Adel turun menaiki lift ke lantai 10 untuk melihat Ballroom yang akan digunakan pada hari H nanti. Pada saat di lift, ia bertemu dengan Ashel.

"Eh del, gimana punggung lo?" tanya Ashel yang melihat Adel masuk ke dalam lift. Ashel juga berada di lokasi kejadian saat Adel tersiram kuah panas tadi pagi.

"Better" ucap Adel lalu tersenyum dan diangguki oleh Ashel.

"Kangen main bertiga kaya dulu nggaksih del?" tanya Ashel tiba-tiba. Adel menjawab dengan anggukan dan senyuman aja.

"Oh iya, sorry ya buat waktu itu. Congrats for ur relationship with Zee.. langgeng ya" ucap Ashel mengelus pundak Adel. Adel yang mendapat perlakuan tersebut sontak kaget.

"Ah iya sel, thankyou ya.. thanks juga udah bantu Zee waktu gue gak ada" ucap Adel diiringi senyum manisnya.

"Bukannya itu tugas gue sebagai sahabat terbaiknya saat itu ya? Heheheh, sekarang kan ada lo. Zee masih suka minta peluk nggak kalo mau tidur? Dulu selalu peluk gue sampe ngedusel di dada gue, sekarang Dia bisa minta peluk sama lo, ga sama gue lagi deh.. sedih gue jadinya" ucap Ashel yang membuat jantung Adel berpacu cepat.

"Apa maksutnya ya dia ngomong kaya gitu?" Batin Adel.

Ting!

"Shel gue duluan ya" ucap Adel berpamitan ketika pintu lift tersebut sudah terbuka.

Ia memikirkan setiap kalimat yang Ashel keluarkan tadi sebelum ia mengakhiri percakapannya. Hal itu membuat Adel sangat tergganggu.

"Oi! kenapa?" tanya Flora yang melihat Adel melamun dan menepuk pundak Adel dari belakang.

Love Hate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang