Enam Puluh Satu.

5K 403 61
                                    


Dua minggu lamanya Zee bersekolah di rumah alias ia tak boleh pergi kemana-mana sama Maminya sampai ia benar-benar sembuh. Ya, Mami over protektif dengan kesehatan anak-anaknya. Meski setiap hari Zee bertengkar dengan Maminya bahkan Zee juga turut mendiamkan Maminya selama itu, namun tak juga membuat Shani berubah pikiran akan keputusannya itu. Jadilah mereka berdua perang dingin.

Malam ke-tujuh belas Zee dirumah ia bersama Christy, Shani dan Gre duduk di meja makan melangsukan makan malam. Malam itu Shani pulang lebih awal jadi bisa makan bersama keluarga.

"Kakak ayam bakar atau sei?" tanya Gre memegang piring Zee.

"Bun, aku mau nugget aja, Boleh?" tanya Zee hati-hati.

"Bo-"

"Makan yang ada" kata Shani menyela pembicaraan. Ketiganya dapat melihat mood Zee yang langsung berubah.

"Boleh, bunda airfry dulu sebentar ya kak. Kakak mau makan apa dulu buat nunggu?" kata Gre cepat agar mood anaknya itu tak semakin memburuk. Zee menggeleng.

"Gapapa Bund, aku makan ayam bakar aja" kata Zee sambil mengambil piringnya yang masih stay di tangan sang Bunda dan mengambil Ayam Bakar untuk lauk makan malamnya hari ini.

Gre merasa sedikit bersalah, ia beranjak dari meja makan untuk menggorengkan anaknya itu nugget namun tangannya ditahan oleh Shani menyuruhnya untuk tetap berada di tempat.

"Tawarin Christy mau apa" kata Shani dingin membuat Gre segera mengambil piring untuk si Bungsu dan menoleh kearahnya.

"Adek mau apa?"

"Dua duanya nda, tapi nasinya dikit aja" kata Christy diangguki oleh Gre. Mata Gre dan Zee bertemu, Zee menggeleng kecil dan tersenyum seakan bilang dia tak apa-apa pada sang Bunda.

"Selamat makan dek, Kakak" kata Gre kemudian mendudukan dirinya disamping Istrinya.

Selama berlangsungnya makan malam, tak ada satupun suara lain selain suara nyaring sendok beradu dengan piring. Kondisi seperti ini membuat Gre merasa kurang nyaman, apalagi kedua dari keempatnya saling diem-dieman.

"Zoy udah boleh sekolah Mi? kan dia udah nggak kenapa-kenapa tinggal fisioterapi aja" tanya Christy memecahkan keheningan. Dengan cepat Gre menatap kearah Shani, semoga ia tak marah si bungsu bertanya hal itu. Zee yang kaget mendengar adikknya bertanya hal yang setiap harinya jadi bahan ribut pun melempar tatap menyuruh adiknya untuk diam aja.

"Mi? Gapapa kan? Kata Dokter juga fine-fine aja kok waktu terakhir kontrol, kan aku yang anter sama Bunda" tanya nya lagi.

Pertanyaan itu membuat suasana menjadi tegang, Zee bersumpah akan memarahi adiknya nanti kalau Maminya marah perihal pertanyaan ini. Tangan Gre mengulur ke lengan Shani, dielusnya lembut lengan itu membuat Shani menarik nafasnya dalam.

"Boleh" kata itu terdengar membuat ketiganya saling menoleh, Gre memeluk Shani erat sebagai rasa senangnya. Christy dengan cepat memeluk Zee yang masih terpaku. Mungkin sebagian orang ini hal yang biasa, tapi bagi Zee setelah melewati banyak emosi dan pertengkaran akhriya si keras kepala itu menyetujui.

"Bener mi?" tanya Zee diangguki oleh Shani.

"Dengan syarat, ngga boleh bawa kendaraan sendiri dan TIDAK berkelahi Zeexa" kata Shani membuat Zee menggaruk tengkuknya, pasalnya terakhir kali Shani mendapat teguran dari BK karena anak sulungnya itu menonjok hidung adik kelasnya. Alasannya karena Zee tak suka Adel nya itu hampir terkena lemparan sepatu. padahal saat itu juga mereka belum ada hubungan. Zee memang Adel defender.

"Iya Mi, aman aja pokonya dia kalo macem-macem di sekolah Adek pukul kepalanya pake botol minum ungu punya Bunda" kata Christy sembari merangkul sang kakak.

Love Hate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang