Lima Puluh.

4K 412 29
                                    


"Ka Gitaaaaaa" ucap Adel ketika keluar gate melihat Gita yang berada disana sudah menunggungnya, kemudian ia cepat berlari kearah anak buah Maminya yang ia anggap sebagai seorang kakak itu dan memeluknya erat.

Gita membalas pelukan Adel, mengelus punggungnya. Tak lama, Gita melepaskan pelukannya dan menatap lekat kedua mata Adel yang terlihat sangat lelah itu.

"Nanti aja gue jelasin ya? gue nginep di Apart lo gapapa kan?" tanya Adel kepada Gita. Ia yang sudah paham kelakuan gadis yang didepannya ini pun mengangguk. Ia menatap Adel, Adel selalu saja begitu, ia hanya akan berkunjung ke Apart nya ketika ia ada masalah atau ketika ia ngambek dengan kedua orang tuanya karena kemauannya tak dituruti.

Adel hanya gadis yang selalu menjadi anak kecil bagi Gita, beberapa keadaan yang membuat ia sering ditinggal kedua orang tuanya karena pekerjaannya itu membuat gadis didepannya bertumbuh semakin 'mandiri'. Apalagai ia anak tunggal, kepada siapa lagi ia bergantung kalau bukan dirinya sendiri?

"Kak?? Halo?" panggil Adel melambaikan tangannya didepan wajah Gita yang masih menatap dirinya.

"Eh? Iya" kagetnya tersadar kalau sedari tadi ia memandang Adel.

"Ngapain lo liat gue??? Naskir?" ledek Adel.

"Dih males banget sama bocah ingusan kaya lo" ucap Gita menoyor kepala Adel dan memutar kedua bola matanya malas. Adel terkekeh, ia suka sekali mengisengi Gita karena perempuan dewasa itu mudah sekali terpancing emosi.

"Balik yok keburu malem" ucap Gita mengajak Adel, Adel pun mengangguk setuju.

Keduanya berjalan bersamaan menuju mobil Gita. Saat sedang asyik bertukar cerita tiba-tiba keduanya dipanggil oleh seseorang. Adel yang merasa dipanggil pun memberhentikan langkahnya dan menengok ke arah belakang.

"Hey! Tunggu"

"Bos Adeeel"

"Bos! Tunggu bos" teriaknya nya berlari cepat ke arah Adel sembari mengangkat tangannya mengisyaratkan keduanya untuk berhenti.

Adel menatapnya bingung, bukan cuma satu, dua atau tiga tetapi delapan orang sekarang berada didepannya. Kedelapannya berusaha meneteralkan nafasnya, terlihat oleh mata Adel tadi memang mereka berlari-lari ke arahnya.

"Ayo bos pulang ke markas" ucap Dey, anak satu tongkrongannya yang masih mengatur nafasnya. Adel menatap kedelapannya bingung, mengapa mereka semua tahu ia berada di Bandara?

"Kalian balik aja, gue ada urusan" jawab Adel sembari menatap lekat satu persatu mata kedelapan orang didepannya itu.

"Bos besar please jangan gitu dong bos, bisa bisa kita dipenggal kepalanya sama bos Zee kalau ngga bawa pulang bos" ucap salah satu anak Zen kali ini, namanya Vivi. Ia menangkup kedua telapak tangannya didepan dadanya seperti memohon.

"Ck, anak itu lagi ngapain sih" batin Adel ketika mendengar nama 'Zee'.

"Ayo bos ke markas aja, anak anak pada kangen sama bos" bujuk Mira berbohong, Walau ada benarnya dikit.

Namun keputusan Adel sudah bulat, tidak akan menuruti mereka yang pasti disuruh oleh teman-temannya itu.

"Nanti gue main ke markas, kalian balik aja sekarang" ucapnya menolak ajakan keduanya secara halus.

"oh iya, buat lo, sampein ke bos lo itu bilanh sama dia nggak usah sok peduli sama gue" ucap Adel menunjuk ke arah Vivi.

"Ayo del" kali ini Gita yang berbicara, ia menarik lengan Adel spontan tanpa menunggu sang empu memberi jawaban.

"Eh eh eh, Lo siapa???? jangan jangan lo mau nyulik bos gue ya?! Jawab!" ucap Dey yang menahan tangan Gita.

"Sembarangan" jawabnya sambil menatap tajam ke arah Dey, ia tak mau kalah ia menatap lekat kembali menatap mata Gita seolah sekarang menjadi ajang tatap.

Love Hate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang