Lima Puluh Tiga.

3.5K 379 46
                                    


"Apaansih stop! Lepasin Zee" ucap Adel menarik tangannya paksa dari genggaman Zee. Keduanya sekarang berada dibelakang kantin. Adel meringis memegangi pergelangan tangannya yang sudah memerah.

"M-maaf del, maafin gue" ucap Zee tersadar Adel mengelus tangannya itu segera membawa tangan Adel dalam genggamannya, mengelusnya dan mencium  punggung tangan itu dengan cepat. Adel menarik tangannya kasar.

"Jangan sentuh gue, sekarang lo mau apa lagi?" tanya Adel yang sudah kesal memberikan jarak antara keduanya.

"Del please dengerin gue dulu sekarang, terserah lo mau benci gue atau gimana tapi dengerin penjelasan gue dulu del" ucap Zee menangkupkan kedua tangannya memohon kepada Adel untuk mendengarkan penjelasannya.

"Apalagi sih yang mau dijelasin Zee?? Gue ngeliat dengan mata kepala gue sendiri Zee, mata kepala gue sendiri!" tegas Adel menunjuk nunjuk kedua matanya, kini emosinya kian meningkat.

"Iya del, tapi dengerin gue dulu gue mohon" ucap Zee dengan suara bergetar dan mulai menitihkan air mata.

"Zee mohon del" ucap Zee menundukan kepalanya kemudian menangis.

"Lo nggak boleh egois, lo nggak boleh selalu tutup kuping, lo juga harus mulai peka sama sekitar" nasehat Gita ketika Adel berpamitan pulang.

"Waktu gue gabanyak" ucap Adel menatap kearah Zee meminta gadis itu segera menceritakan kepadanya.

Zee segera membenarkan posisinya, ia berdiri tegap menatap lekat kedua mata indah Adel. Perlahan Zee menjelaskan kejadiannya, mulai dirinya masih ada dikamar sampai ada dikamar Ashel. Tak ada satupun runtutan kejadian yang ia lewatkan pada saat menjelaskan ke Adel, semua yang ia ceritakan persis apa adanya.

"Maafin Zee del...ma-maaf..." ucapnya kini semakin menangis.

"Zee dijebak Ashel, demi Tuhan del aku nggak sama sekali cheating dibelakang kamu.."

"Adel boleh tampar Zee, boleh pukul Zee, tapi jangan putusin Zee del.... Zee nggak bisa jauh dari Adel... Zee kehilangan setengah nyawa Zee del..." ucap Zee kini semakin terdengar tangisnya.

"Zee mohon.. jangan pergi dari Zee.."

Adel mendekat kearah Zee, mengelus pipi Zee dengan lembut, mengusap air matanya yang membasahi pipinya itu. Ia menatap kedua mata Zee yang terlihat amat lelah dan penuh harap itu, Adel tersenyum kepadanya.. dan..

Plak!

"Bangsat! Lo pikir gue percaya sama lo?! Lo pikir gue percaya?! LO PIKIR GUE PERCAYA ZEE?!"

"Gue ngga percaya Zee, Ngga percaya sama sekali.. gimana mau gue percaya hah?! LO SAMA ASHEL CUMA BERDUA DI KAMAR, CUMA BERDUA???? KAYA WAKTU ITU ZEE.."

"Oh, bisa aja kan lo sama Ashel kerja sama seolah-olah ini jebakan Ashel terus lo minta maaf sama gue, gue maafin lo dan lo main dibelakang gue sama Ashel. Iya gitukan Zee?!"

"DEL! Demi Tuhan del, Demi Tuhan... semua yang ada dipikiran kamu salah del... aku nggak sama seperti apa yang kamu kira del.. aku sayang kamu del.."

Zee semakin menangis begitupun juga Adel yang ikut menangis. Keduanya sama sama menangisi keadaan yang kian terasa semakin rumit.

2 menit, keduanya hanya sama-sama menangis saja berargumen dengan pikirannya masing-masing.

Adel menyeka kasar kedua matanya, menghadap mata Zee dengan lekat tak membiarkan sang lawan berpaling dari tatapannya.

"Zee.. sekarang lepasin gue.. kita berjalan sendiri-sendiri.. jangan bikin gue ngerasa bersalah.. gue ikhlas lo sama ashel.. ashel gadis yang baik zee.. dia kan temen deket kita dulu kan?" ucap Adel sembari tersenyum.

Love Hate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang