Enam Puluh Dua.

4.8K 441 74
                                    



Satu minggu berlalu begitu cepat bagi Adel, tak terasa sudah h-10 pensi sekaligus event terakhirnya. Tak menyangka masa periode kepemimpinannya akan berjalan secepat ini, rasanya gadis itu belum puas mengikuti organisasi yang digadang babu sekolah ini sejak kelas 10.

"ngapain?" sewot Adel melihat Zee yang sudah duduk di ruang tamunya dan memakan roti di tangannya.

"ya jemput lo lah??" jawabnya.

Adel turun tangga menghampiri meja makan dan ikut memakan roti berisi selai coklat yang sudah disiapkan maminya. "ck kan gue udah bilang berangkat sendiri aja" katanya.

"kalian ini kaya kucing sama anjing, nggak pernah akur" celetuk Jinan yang sudah siap pergi ke kekantor.

"iya ya sayang? nggak berantem kayanya gak tenang hidup mereka" sahut Cindy diangguki Jinan.

"iya lo anjingnya" kata Adel kemudian berpamitan dengan kedua orang tuanya.

"gapapa lah gue jadi anjingnya, kalo kucingnya kaya lo sih gue rela jadi anjing"

"izin membawa calon istri ya tante hehe" kata Zee ikut berpamitan dengan Jinan dan Cindy.

"idih najis amat" celetuk Adel mendengar ucapan Zee tadi lalu berjalan duluan ke mobil Zee.

"Maafin Adel ya Zee, tenang aja tante sih restuin kamu 1001 persen pokonya" kata Jinan menepuk punggung gadis didepannya.

"Iya anak itu kebanyakan denial nya, sabar ya sayang Mami, Mami juga setuju kok" sahut Cindy membuat Zee tersipu malu.

"Jadi, kapan bisa ke kantor tante?" Celetuk Jinan membuat Zee sedikit bingung.

"Eh?"

"Iya, kata Mami kamu ka-"

"ZEE! cepet atau gue tinggal?!" teriak Adel dari luar membuat ketiganya kaget.

"Udah sana sana, tuh singa udah ngamuk" canda Jinan membuat Zee tertawa kecil.

"Zee pamit ya tante" katanya diangguki oleh keduanya. Zee bergegas menghampiri kekasihnya yang mungkin saat ini sudah manyun dan melipat kedua tangan nya didepan dada atau opsi keduanya ia akan diomelinya sepanjang jalan.

"Hati-hati" seru keduanya menatap punggung Zee yang perlahan hilang dimatanya.













"Kenapa sih lo marah-marah mulu sama gue?" tanya Zee pada gadis disebelahnya yang sibuk dengan ponselnya.

"Playlist lo jelek" asal jawab gadis berambut panjang itu membuat Zee memberikan ponselnya dengan maksud membiarkan gadis itu memilih sendiri lagu kesukaannya.

Adel mengambil ponsel Zee dan mulai memilih lagu berikutnya. Tanpa menunggu waktu lama mood Adel berubah ketika lagunya terputar.

"Zee" panggil Adel membuat Zee menoleh dan mengangkat alisnya.

"Mau kuliah dimana?" tanya nya.

"Di tempat lo kuliah"

"Hah kenapa?" bingungnya mendengar jawaban kekasihnya itu.

"Gue gamau jauh dari lo dan gak bisa juga. gue juga gamau lo kepincut sama orang lain selain gue, lo cuma boleh cinta sama gue atau gue bakal gila" jawabnya dengan pandangan lurus kedepan menatap jalanan yang cukup macet.

"Kalau gue cinta sama orang lain, gimana?" tanya Adel membuat Zee langsung menengok kearahnya.

"Siapa?"

"Kan kalau..."

"Nggak boleh, cinta lo harus habis di gue karena lo cuma punya gue dan harus jadi punya gue selamanya del. Jangan gila"

Love Hate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang