Rasa penasaran kadang menjerumuskan kita pada suatu hal yang tidak terduga, begitu juga dengan apa yang dialami oleh Ashila, Dion, Fadly, Rafa dan juga Tara, mereka tidak sengaja masuk ke dalam sebuah desa yang sudah lama ditinggal oleh penghuninya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Matahari nampak bersinar terang hari ini, barisan awan menyambut untuk memulai hari dengan ramah, sayup-sayup terdengar suara langkah kaki. Dari jauh terlihat seorang gadis dengan penampilan casualnya tengah berlari-lari melewati gerbang kampus. Gadis itu bernama Tara, Tara adalah seorang mahasiswi sastra Indonesia di salah satu Fakultas negeri di daerah Kabupaten Bandung.
Tingkahnya yang percaya diri, cuek dan mudah bergaul membuatnya terkenal di lingkungan kampus. Tak kalah serunya, Tara juga di anugerahi dengan sebutan miss lelet di kampusnya karena keterlambatannya dalam berbagai hal, meski begitu sosok Tara sangat dirindukan oleh teman-temannya sebagai warna tersendiri yang membuat keadaan kampus menjadi lebih menyenangkan.
Sebuah keanehan terjadi hari ini, sifat Tara yang fenomenal dengan kepercayaan dirinya itu nyaris tidak terlihat, Tara terlihat gugup dengan wajah yang pucat dan tatapan mata yang kosong, tangga demi tangga dinaikinya satu persatu.
Usut punya usut, rupanya Tara teringat satu hal yang terus mengganggu pikirannya. Tara baru ingat jika hari ini adalah mata kuliah Pak Haerul, dosen killer yang ditakuti seluruh area kampus. Sosok Pak Haerulmemang tak jarang membuat banyak mahasiswa kapok, selain terkenal dengan hukumannya yang tanpa ampun, Pak Haerul juga tak segan memberikan nilai D bagi mahasiswa yang tidak taat pada aturannya.
"Tok..tok..tok," dengan mengumpulkan semua keberaniannya, Tara mengetuk pintu kelas dengan pelan.
Seseorang dengan tubuh besar dan hentakan keras dari kakinya berjalan mendekati pintu untuk melihat siapa yang ada di balik suara ketukan itu.
"Braakk," suara pintu di buka keras tanpa aba-aba.
Semua mata di dalam kelas tertuju pada sosok Tara yang berdiri tegap di depan pintu kelas, begitupun dengan Pak Haerul, Pak Haerul dengan sigap dan langkah seribu juga amarah yang terpendam segera menghampiri posisi Tara saat itu yang masih berada di luar ruangan kelas, Tara tersenyum kecut bersiap menghadapi hal pahit yang akan terjadi.
"Tara Kirana Arsakala, kamu tau sekarang jam berapa?" tanya Pak Haerul dengan raut wajah kesal dan nada yang cukup memekakan gendang telinga, semua murid tampak terdiam.
"Sekarang jam sepuluh, Pak," jawab Tara tertunduk lemas.
"Jam berapa mata kuliah saya di mulai?" Tanya Pak Haerul kembali dengan lantang.
"Jam...jam sembilan Pak," suara Tara pelan hampir tidak terdengar.
"Bagus-Bagus!" Pak Haerul menepuk tangan dan menggelengkan kepalanya.
"Kamu tau artinya? Kamu sudah terlambat satu jam dalam mengikuti mata kuliah saya, saya paling tidak bisa memberi toleransi pada orang yang mengabaikan kedisiplinan! " kata Pak Haerul dengan wajah yang serius memperingati Tara.
Tara yang enggan memperpanjang masalah keterlambatannya kini hanya bisa tertunduk dan pasrah menanti hukuman yang akan di berikan oleh Pak Haerul.
"Iya pak, maafkan saya datang terlambat dan saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi, saya juga mau pak diminta untuk menyikat wc tapi tolong jangan berikan saya nilai D ya Pak," jawab Tara memohon belas kasihan dari Pak Haerul.
Melihat eksperesi wajah Tara yang ketakutan dan gugup, kontan anak-anak yang berada di dalam kelas dengan kompak meneriaki Tara diselingi dengan tawa mereka yang renyah, tapi tidak enak didengar bagi Tara.
"Huuuuuuuu! Hukum yang berat aja Pak!" suara anak-anak kelas meneriaki Tara.
Pak Haerul yang mendengar kegaduhan yang terjadi dengan segera meminta Tara untuk menempati tempat duduknya sambil terus mengomeli Tara.
"Kamu pikir, kamu masih SMA sampai meminta hukuman seperti itu? Kamu pikir saya main-main? Tara Fransisca sekarang silahkan anda duduk dan temui saya di ruangan dosen, setelah mata kuliah ini selesai!" seru Pak Haerul tegas tanpa kompromi, matanya menampakan sorot mata yang kesal pada Tara.
Tara lalu menuruti perintah Pak Haerul dan berjalan perlahan menuju tempat duduk yang kosong. Tak sedikitpun senyum terlintas di wajah Tara, hanya rasa sesal karena bisa datang terlambat dengan alasan sesungguhnya bergadang menonton siaran televisi bola kesukaannya.
Matakuliah Pak Haerul dilanjutkan kembali, semua mahasiswa terlihat serius memperhatikan pelajaran dan mencatat hal-hal yang Pak Haerul sampaikan, sedangkan Tara pikirannya terbang entah kemana memikirkan hukuman apa yang menantinya nanti.
Kurang lebih dua jam setelah kedatangan Tara, Pak Haerul sudah menutup laptopnya tanda mata kuliah yang disampaikannya sudah berakhir, Pak Haerulpun membereskan barang bawaannya dan bergegas meninggalkan ruangan. Mahasiswa lain menyambut riang berakhirnya jam kuliah Pak Haerul yang selalu menegangkan setiap minggunya tapi sepertinya tidak untuk Tara yang harus segera menyusul Pak Haerul ke ruangannya.
Dengan langkah yang berat Tara berjalan menuju ruangan Pak Haerul lalu mengetuk pintu sambil membayangkan Pak Haerul yang pasti sudah duduk manis menunggu kedatangan Tara di ruangannya.
"Permisi pak, boleh saya masuk?" tanya Tara dengan senyum yang terpaksa.
"Iya, masuk! Silahkan duduk Tara!" Pak Haerul meminta Tara untuk duduk dan memperhatikan beberapa hal yang akan disampaikannya.
"Sudah tau letak kesalahanmu dimana?" tanya Pak Haerul dengan tatapan tajamnya.
"Sudah pak," Tara menjawab dengan pelan bersiap mendengarkan Pak Haerul.
Sebenarnya bagi Tara di hukum dan menjalani hukuman itu adalah hal yang biasa, yang tidak biasa adalah jika Pak Haerul harus menghukum Tara dengan nilai D. Nilai yang ditakuti seluruh mahasiswa seantero kampus tersebut, nilai yang pastinya membuat mahasiswa yang mendapat nilai D harus rela mengulang mata pelajaran Pak haerul di tahun depan dalam artian akan lebih sering bertatap muka dengan Pak Haerul.
Pak Haerul membuka lembar demi lembar buku yang terletak dimejanya, buku tersebut adalah rekapan nilai Tara dari semester awal hingga sekarang
"Nilaimu sebenarnya bagus tapi sayang sekali nilaimu tidak di imbangi dengan perilaku dan ketepatan waktu yang baik," ujar Pak Haerul membuat degup jantung Tara semakin cepat.
Tara hanya bisa tersenyum menanggapi apa yang dikatakan Pak Haerul, senyuman tidak ikhlas mengingat keteledorannya yang membawa dia berada di posisi seperti ini.
Pak Haerul terlihat sedang berpikir keras dengan tangannya yang bergerak melinting kumisnya yang hitam dan tebal. Akhirnya dengan mempertimbangkan beberapa kebijakan, terutama nilai Tara yang selalu di atas rata-rata, Pak Haerul memutuskan untuk memberikan hukuman yang sebenarnya tidak terlalu berat yaitu merangkum semua mata kuliah sastra dari semester pertama hingga semester sekarang lengkap dengan contoh dan sumbernya dengan waktu pengerjaan paling lambat dua minggu.
Ada rasa lega dalam hati Tara, meski waktu pengerjaan yang diberikan Pak Haerul hanya dua minggu dan harus menulis keseluruhan rangkuman lengkap tetapi Nilai D yang menghantui pikiran Tara sedari tadi sepertinya lenyap begitu saja.
Sampai jumpa di Bab selanjutnya ya, jangan lupa tinggalkan jejaknya, minta votenya ya biar penulis bisa lebih semangat dan jangan lupa saling menghargai, semoga kita sukses bersama ya :)