"Aku harap ini terakhir kalinya aku melihat air mata menetes dari mata indah mu, aku tidak akan membiarkan seorang pun menyakiti kamu lagi seperti apa yang sudah aku lakukan."
_Varo Michael aderald _
🍁🍁🍁
_Happy Ending_
Setelah acara pertunangan itu selesai, Manda beserta kedua sahabatnya dan juga Varo dkk memilih pergi ke pinggiran pantai.
Mereka berjalan menyusuri pantai, sesekali mereka bermain kejar-kejaran.
Saat ini mereka duduk berdampingan di pinggir pantai, rasanya sudah lama mereka tidak berkumpul seperti ini.
"Wah, bagus banget ya kalau malam gini suasana di pantai," ucap Sifa yang duduk berdampingan dengan Adit.
"Bagus, gue udah lama banget gak ke sini lagi. Biasanya gue pergi ke pantai sama kakak, tapi sekarang kakak gue lagi sibuk," ucap Siska.
"Sekarang pokonya kita harus lebih sering keluar bareng kayak gini nih. Pasti seru jangan pas liburan aja," usul Sifa.
"Ide bagus tuh, biar gue bisa pdkt sama neng siska," ujar Adit mendapat tatapan tajam dari Siska dan Angga.
"Kok lo natap gue kayak gitu sih, Ga. Oh lo cemburu ya gue mau pdkt sama neng siska."
"Apa-apa sih lo," ucap Siska sinis menatap Adit.
"Siska pacar gue, jangan ganggu."
"WHAT THE .....Omg gue gak salah denger nih," heboh Sifa.
Sedangkan Manda langsung menatap Siska tak percaya, benarkah ini tapi sahabatnya itu tidak pernah cerita apapun.
"Bener?"
Siska terdiam sesaat, dia menatap tajam Angga. Sedangkan, Angga hanya menatap Siska lalu menatap kearah depan lagi.
"Wah, gak bisa di biarin nih. Lo nikung gue nih ceritanya, padahal kan gue mau ngebet neng siska," ucap Adit setelah menetralkan kagetnya, wajahnya dibuat sesedih mungkin.
"Mana mau sahabat gue sama lo," ujar Sifa.
"Mulutnya, lo gak diajak. Diam aja," ujar Adit menatap sinis Sifa. Sifa pura-pura tidak melihat, dia males berdebat dengan Adit yang tak akan ad habisnya jika di lanjutkan.
"Lo utang cerita sama gue," ucap Manda menunjuk Siska dengan jari telunjuknya.
"Oke-oke, nanti gue cerita kok," ujar Siska pelan.
Varo sedari tadi hanya menatap lautan tanpa menghiraukan perbincangan mereka, dia menatap ke depan dengan raut wajah yang serius dan datar. Entah apa yang sedang ia pikirkan sekarang.
"Var, lo kenapa?" Manda menyentuh bahu Varo.
Varo terkejut, lalu menatap Manda yah sedang menatapnya. Dia menetralkan wajahnya dan tersenyum kearah Manda.
"Kenapa?"
"Lo yang kenapa, kok gue perhatiin dari tadi bengong mulu," ucap Manda.
"Cie, perhatian nih ceritanya."
"Gue serius Var, lo kenapa? Cerita sama gue," ujarnya.
"Gue gak papa, Man. Gue cuman bingung aja."
"Bingung, bingung kenapa?"
"Bingung sama semuanya."
"Kalau lo mau cerita, cerita aja. Gue pasti dengerin kok," ujar Manda mengelus bahu Varo.
"Makasih, Man. Gue beruntung bertemu kalian, Terutama lo Man."
"Lo juga kalau ada masalah, cerita sama gue. Gue akan selalu ada di samping lo, boleh kan sekarang gue anggap lo sebagai adik gue sendiri," ucap Varo menatap Manda serius.
"Makasih, Var. Lo udah ada buat gue. Gue seneng banget kalau lo anggap gue adik, gue seperti punya pelindung disaat keluarga gue gak anggap kehadiran gue," ujar Manda meneteskan air matanya.
"Gue janji akan melindungi lo seperti adik gue sendiri. Makasih udah mau jadi adik gue man," ujar Varo memeluk Manda.
Manda sangat bahagia, dia menangis di pelukan Varo. Sedari dulu dia menginginkan sosok kakak yang selalu melindunginya, kini ia punya tiga kakak yaitu Varo, Angga dan Adit.
Kedua sahabatnya, Angga dan juga Adit sudah pergi tanpa sepengetahuan mereka. Mereka memberikan ruang untuk Manda dan varo berbicara.
Mereka berdiri tak jauh dari sana, siska sampai tak bisa menahan air matanya, mengingatkannya pada keluarga nya yang sudah rusak akibat perceraian. Dia hanya memiliki kakak saat ini, sebenarnya hidup Manda dan Siska tak jauh berbeda, mereka sama-sama anak broken home.
"Gue gak tega liat Manda kayak gitu," ujar Sifa mengusap air matanya.
"Gue juga," ujar Adit.
"Udah kita pergi aja, biarkan mereka berbicara berdua," ujar Angga mengandeng tangan Siska.
Manda dan varo mengabiskan malam ini dengan bahagia, mereka berbincang-bincang ria.
Manda merasa bosan duduk di sana, dia mengajak Varo mencari makanan karena perutnya sudah berbunyi dari tadi.
"Lo duduk aja disini, biar gue yang cari makanan," ujar Varo, mereka sepakat untuk memakai aku-kamu bukan Lo-gue lagi.
"Gak mau, bosen disini terus. Ayok, gue ikut."
"Ya udah yuk," ujar varo menggandeng tangan Manda meninggalkan tempat itu.
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang sedang melihat mereka dari kejauhan, dia mengepalkan tangannya kuat sampai tangannya berdarah.
Dia menonjok pohon kelapa di depannya kuat, sampai jarinya berdarah banyak bahkan sampai menetes.
"Argh, sial."
Dia menatap Varo dan manda yang sudah jauh di depan sana, rahangnya mengeras.
"ARGH," teriaknya memukul kembali pohon kelapa itu, untung saja di sana sepi.
Dia segera meninggalkan tempat itu, dia menatap sekelilingnya memastikan tidak ada yang melihatnya.
"Gue kasian sama lo, lebih tepatnya sama kisah cinta kalian. Gue harap kalian bisa lewati ini semua, maaf gue gak bisa bantu apapun untuk kalian berdua," ujar seseorang yang menyaksikan semuanya dari awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afma
Teen FictionManda Aurellia, gadis cantik yang menginginkan kebahagiaan, kasih sayang dan pelukan penenang dari papanya setelah kepergian bundanya yang membuatnya sangat terpuruk. Namun, harapan itu tidak sesuai dengan kenyataan. Bukan kebahagiaan yang ia dapat...