"Hati-hati di jalan, jangan lupa kabarin Mama kalau udah nyampe di sana. Sampaikan salam Mama kepada Manda dan sampaikan kepada Elsie, Mama belum bisa jenguk ke sana."
"Mama tenang aja, nanti Sifa sampaikan. Kalau gitu Sifa berangkat ke bandara, bentar lagi mau take-off." Sifa menyalami tangan mamanya.
"Nak Adit, Tante titip Sifa ya. Jaga dia baik-baik, jangan lecet sedikitpun!"
Sifa cemberut, mamanya sangat cerewet padahal dia ke Singapura hanya beberapa hari. "Iya, ma. Sifa pasti bisa jaga diri baik-baik," ujarnya.
"Siap, Tan. Adit akan jaga putri Tante dengan baik. kalau begitu kami pamit, Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."
Mobil mereka meninggalkan pekarangan rumah Sifa, mobilnya melaju cepat ke bandara karena semua temannya sudah menunggu.
Tiba di bandara, Sifa dan Adit disambut oleh keramaian teman-teman mereka yang sudah menunggu.
"Akhirnya, yang di tunggu datang. Kalian dari mana sih?" Bayu berkacak pinggang menatap kedatangan Adit dan Sifa.
"Sabar, sih. Kami aja gak lama-lama amat, cerewet Lo kayak cewek," sinis Sifa sembari menggandeng tangan Adit.
"Udah siap semuanya?" Angga melihat satu persatu temannya, siapa tau ada yang belum datang.
"Kayaknya udah datang semua, yuk berangkat! Gue gak sabar," ucap Sifa bersemangat.
"Yuk, jangan lama-lama. Nanti ketinggalan pesawatnya," seru Varo sambil mengajak semua bergerak ke pintu keberangkatan.
Pesawat mereka sudah take-off, dan suasana di dalam pesawat terasa hangat meskipun udara di luar sedang dingin. Sifa duduk di sebelah jendela, menatap pemandangan langit yang biru. Adit duduk di sebelahnya, sementara teman-teman lainnya tersebar di sekitar kursi mereka.
"Keren ya pemandangan dari atas sini," ujar sifa sambil menatap langit yang tak berujung.
"Kayak gak pernah naik pesawat aja," cibir Bayu.
"Terserah gue dong, dari tadi rese amat hidup Lo. Gak ada teman ngobrol ya." Menjulurkan lidahnya pada Bayu.
"Udah, gak usah di ladeni!"
Sifa terdiam, begitu juga dengan yang lainnya.
"Kenapa?" Tanya Angga saat melihat Siska yang hanya melamun, dengan tatapan kosong.
Siska menggeleng dan menyandarkan kepalanya di bahu Angga, entah apa yang dia rasakan saat ini. Antara takut, cemas dan juga khawatir.
Selama Manda dirawat di Singapura, ini pertama kali mereka menjenguknya. Bukan karena tidak mau, tapi mereka masih sibuk dengan kegiatan sekolahnya.
Matanya terpejam, berharap agar semuanya baik-baik saja. Tak lama Siska terlelap setelah bergelut dengan pikirannya sendiri.
Angga hanya mengusap dan menepuk kecil kepala Siska, mencoba memberikan kenyamanan.
Dia mengambil selimut kecil dan memakaikan nya di badan Siska.Lagu terus berputar di earphone nya, dia tidak bisa menikmati perjalanan ini. Dia ingin cepat-cepat tiba di Singapura dan segera memeluk adiknya.
Angga dan Afrel sudah sering ke Singapura, mereka berdua bahkan seminggu sekali pasti datang untuk melihat Manda. Dia juga sempat ingin menghentikan kuliahnya hanya ingin menemani Manda, tapi tidak di perbolehkan oleh keluarganya.
Setelah melewati perjalanan selama dua jam, mereka tiba di apartemen yang sudah disiapkan sebelumnya. Suasana tenang dan nyaman di apartemen tersebut menyambut kedatangan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afma
Teen FictionManda Aurellia, gadis cantik yang menginginkan kebahagiaan, kasih sayang dan pelukan penenang dari papanya setelah kepergian bundanya yang membuatnya sangat terpuruk. Namun, harapan itu tidak sesuai dengan kenyataan. Bukan kebahagiaan yang ia dapat...