Kita punya rencana, tapi Tuhan memiliki rencana yang lebih baik. Mungkin ada momen ketika kita berharap segala sesuatu akan berjalan sesuai dengan rencana kita, tetapi terkadang Tuhan mengubah arah hidup kita untuk memberi kita yang terbaik.
Meskipun pada awalnya kita mungkin sulit untuk menerima perubahan tersebut, tapi kita harus percaya bahwa Tuhan tahu apa yang terbaik untuk kita.
Ketika harapan kita terpatahkan, seringkali kita merasa kecewa dan terpuruk. Karena harapan itu tidak sesuai dengan ekspektasi, terkadang hal yang kita takutkan malah terjadi.
"Kak, ada kabar dari Singapura? Apa ada perkembangan kondisi Manda?"
Sifa menutup matanya sejenak, menikmati sentuhan angin malam yang lembut di wajahnya. Dia merespons dengan suara pelan, "Belum ada perkembangan sama sekali."
Sifa merasa dadanya terasa sesak mendengar kabar tersebut. Dia membuka matanya, memandang ke arah pantai.
"Kenapa belum ada perubahan? Gue takut kak, Gimana kalau terjadi apa-apa sama Manda," gumam Sifa, suaranya terdengar rapuh.
"Lo gak boleh berpikiran yang aneh-aneh, gue yakin Manda orang yang kuat. Kita di sini harus sabar dan tetap berdoa."
Sifa menatap Adit dengan mata berkaca-kaca, "Tapi Manda udah satu tahun lebih di sana, tapi sampai sekarang belum menunjukan perubahan sedikit pun."
Adit menggenggam tangan Sifa erat-erat, bukan Sifa saja yang sedih tapi Adit lebih terpukul apalagi dia mengetahui tentang penyakit yang di derita Manda dari Angga, "Kita harus tetap percaya, percaya bahwa ada harapan di setiap kegelapan. Manda akan berjuang untuk sembuh dan dia gak mungkin ninggalin kita."
"Kenapa selalu ada aja yang terjadi pada Manda? Kenapa ada orang yang jahat sama orang sebaik Manda?"
"Takdir, ini takdir dan tidak ada yang bisa melawan takdir. Takdir kita semua sudah di atur oleh tuhan," ujar Adit.
"Mau makan?" Tambah Adit, dia tidak mau Sifa memikirkan hal yang aneh-aneh.
Sifa mengangguk perlahan, menyambut uluran tangan sang kekasih. Ya tepat lima bulan yang lalu, dia resmi berpacaran dengan Adit. Entah kenapa dia mulai jatuh cinta pada sosok laki-laki di depannya ini.
"Sifa, gue gak tau bilang apa. Mungkin mantan pacar gue banyak, tapi gue gak pernah nembak mereka. Mau gak jadi pacar gue?"
Sifa menggigit bibirnya, menatap Adit tak percaya. Dia tidak menyangka Adit akan menembaknya.
"Sebelumya tidak ada yang bisa membuat hati gue kayak gini, Lo pertama yang berhasil lolos masuk ke hati dan pikiran gue. Gue gak mau berbasa-basi mungkin Lo akan berpikiran kalau gue pintar gombal. Kalau Lo gak mau gue gak mak......
"Gue mau," jawab Sifa memotong ucapan Adit.
Mendengar jawaban Sifa, Adit tersenyum bahagia. "Lo Nerima gue, apa gue gak salah dengar. Lo gak usah kasihan sama gue, kalau Lo gak mau....
"Gue mau, gue mau kok."
Kalau mengingat hal itu membuat Sifa tersenyum malu, dia tidak menyangka karena setiap mereka bertemu pasti selalu bertengkar, semuanya seperti mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afma
Teen FictionManda Aurellia, gadis cantik yang menginginkan kebahagiaan, kasih sayang dan pelukan penenang dari papanya setelah kepergian bundanya yang membuatnya sangat terpuruk. Namun, harapan itu tidak sesuai dengan kenyataan. Bukan kebahagiaan yang ia dapat...