"Apa pasien pernah mengidap penyakit leukemia sebelumnya?"
'Deg'
Kenapa perasaan Angga mulai tidak enak, pikiran yang tidak-tidak muncul di otaknya. "Iya, Dok. Dulu dia pernah mengidap penyakit itu, Dok."
"Apa kamu tau kalau penyakit itu belum sepenuhnya sembuh, bahkan belum sampai setengahnya?"
Angga spontan berdiri dan menarik kerah baju yang berprofesi sebagai dokter itu."Gak mungkin, dia udah sepenuhnya sembuh beberapa tahun yang lalu. Lo jangan macam-macam, gue bisa aja bunuh lo sekarang."
"Tenang dulu! Biar saya menjelaskan semuanya secara detail." Akhirnya cengkraman itu terlepas, dokter itu bernafas lega.
"Karena penyakit itu belum sepenuhnya sembuh dan pasien sengaja mengabaikannya, berakibat penyakit tersebut bertambah parah, berisiko tinggi dengan kesehatan pasien. Bahkan, dapat membahayakan nyawa pasien sendiri," jelas dokter itu dengan hati-hati apa lagi melihat tatapan tajam kakak dari pasiennya tersebut.
Dengan tangan mengepal, matanya setajam elang, " Dokter Brian, gue gak main-main. Kalau sampai dia kenapa-kenapa lo habis sama gue," desisnya tajam membuka pintu dengan kasar.
Brak..
Sementara dokter Brian yang di dalam mengelus dadanya sabar, dia sama sekali tidak marah. Ini lah resiko menjadi dokter, dia juga tak masalah karena bertahun-tahun dia menjadi Dokter banyak menemukan orang seperti itu.
"Dasar anak muda jaman sekarang, gak ada hormat-hormat nya sama yang lebih tua," ucapnya pelan melanjutkan pekerjaannya, untuk memeriksa pasien lainnya.
"Lo sakit apa sih?"
"Mungkin gue kecapean aja, gak usah terlalu khawatir gitu. Gue gak akan mati," ucap Manda bercanda.
"Tapi kenapa lo tiba-tiba pingsan gitu apalagi hidung lo sampe keluar darah, lo gak liat muka Kak Angga?"
Keningnya mengerut heran, "Kenapa sama kak Angga?"
"Muka panik banget, Man. Sebenarnya hubungan kalian itu apa sih? Khawatir banget tau?"
"Jelas lah kak Angga khawatir kan dia udah anggap gue adiknya sendiri, kenapa lo mikir aneh-aneh sama gue ya?" Selidik Manda menatap Sifa tajam.
"Enggak juga sih, tapi iya. Lo gak cemburu Sis, ya walaupun Angga udah anggap Manda adiknya tapi kan bukan adik kandung, Apa lo gak takut kalau kak Angga berpaling sama Manda? Secara kan lo pacar kak Angga?"
Manda mendelik kesal, lalu beralih menatap Siska menunggu pendapat sahabat itu.
"Gak mungkin gue cemburu, gue tau betapa berharganya Manda bagi kak Angga. Walaupun dia pacar gue, tapi gue hanya orang baru dalam hidupnya. Gue juga percaya Manda gak sejahat itu," ucap Siska santai menatap Sifa.
"Tuh denger, gue gak mungkin jadi pelakor."
"Iya-iya kalian sahabat ter the best gue. Kita gak boleh bertengkar hanya karena cowok," ucap Sifa.
Cklek...
Ketiganya menoleh saat mendengar pintu terbuka, menampilkan Angga dengan wajah dinginnya.
"Kak Angga, apa kata dokter? Manda sakit apa? Parah gak? Apa...
"Shut, diam. Gimana kak Angga mau jawab kalau lo ngomong terus, gak takut apa liat mukanya udah mau nerkam gitu. Gue baik-baik aja, cuman kecapean," ucap Manda tersenyum manis.
"Gue nanya sama kak Angga ya bukan sama lo, gimana kak, apa kata dokter?"
"Gue itu kecapean, Sifa. Iya kan kak?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Afma
Teen Fiction📖 JUDUL: [ Afma ] ✨ "Ketika luka menjadi bagian dari perjalanan, mampukah cinta menyembuhkannya?" ✨ Manda Aurellia, seorang gadis cantik yang kehilangan ibunya, berharap mendapat kasih sayang dari papanya. Namun, yang ia terima hanyalah bentakan, m...