"Lagi," Raya menyerahkan gelasnya untuk meminta minuman lagi.
"Lo kenapa elah, berhenti! Lo udah mabuk," jengkel Sinta pada sahabatnya yang tak berhenti meminum alkohol. Bahkan sudah dua botol habis di minum oleh Raya, tapi dia akui Raya kuat mengonsumsi alkohol yang berdosis tinggi.
"Udah biarin aja!"
"Lo gimana sih, bukannya bantuin malah di biarin. Nanti kalau dia mabuk, kita juga yang repot."
"Kalau mabuk ya tinggalin susah amat," ujar Aurel yang terbata-bata setalah ciuman panas itu terlepas, kemudian dia menyuruh cowok yang berdiri di hadapannya untuk diam.
"Lo kenapa sih Aurel? Raya itu sahabat kita."
"Sahabat terpaksa tepatnya, lo gak ingat dia itu hanya memanfaatkan kita aja untuk menghancurkan Manda. Setelah keinginannya selesai, dia gak akan anggap kita lagi. Udah deh, mending kita pulang aja."
"Tapi, Aurel. Raya gimana, dia udah mabuk banget ini?"
"Tinggalin aja, ah lo lama. Gue duluan, mau ke apartemen cowok gue. Pergi yuk," ucap pada cowok yang ada di hadapannya yang menatapnya sangat intens.
Sinta menatap Aurel yang meninggalkannya dan dia beralih menatap Raya yang ada di dalam pelukannya. Walaupun dia tau Raya hanya memanfaatkan nya, tapi dia tidak peduli. Apa dia kecewa? Pasti dia sangat kecewa, tapi dia tidak akan meninggalkan Raya dalam keadaan seperti ini apalagi Raya seorang diri.
"Lo emang manfaatin gue, Ray. Tapi gue tulus sahabatan sama lo," Sinta menepuk kuat pipi Raya hingga meninggalkan jejak merah, tapi tak membuat Raya sadar.
"Sadar, lo. Mangkanya gak usah minum banyak kalau gak kuat. Jadi gini kan, nyusahin gue. Ayo pulang," Sinta memapah Raya tapi mulutnya tak berhenti mengomel.
Dia hanya bergumam tak karuan, "Hidup gue hancur, gue hancur."
Sinta tak menghiraukan semua lontaran yang keluar dari mulut Raya, dia terus menuntun Raya keluar dari tempat itu. Walaupun kesusahan dia tak menyerah.
"Butuh bantuan, cantik?" ucap seorang laki-laki ingin menggoda keduanya.
"Gak," jawab Sinta ketus.
"Aws galaknya, tapi gue suka yang galak-galak," ucapnya di sambar gelak tawa orang yang ada di sampingnya mungkin temannya.
"Najis," Sinta terus memapah Raya tapi Raya malah berpegangan pada meja, sehingga membuat Sinta kesusahan. "Anjing lo Ray, lo bikin gue tambah susah."
"Gimana butuh bantuan gak, kayaknya temen lo gak mau tu," ucap salah satu dari mereka.
"Kasih ke kita aja, kami jamin ngantar dia pulang dengan selamat," ucapnya, namun Sinta tak menghiraukan mereka, dia masih sibuk melepaskan pegangan tangan Raya di meja.
"Afrell, ini lo kan?" Raya mendekati cowok itu, badannya hampir saja oleng untung di tahan oleh cowok itu.
"Name is Aron not Afrell, baby."
"A-aron," lirihnya.
"Yes, Aron. What is your name, baby?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Afma
Fiksi Remaja📖 JUDUL: [ Afma ] ✨ "Ketika luka menjadi bagian dari perjalanan, mampukah cinta menyembuhkannya?" ✨ Manda Aurellia, seorang gadis cantik yang kehilangan ibunya, berharap mendapat kasih sayang dari papanya. Namun, yang ia terima hanyalah bentakan, m...