"Lo kaya Lo aman, gak juga sih!"
•
•
•
•[ Happy reading]
Hari ini, langit terlihat kelabu dan hujan turun dengan derasnya. Di tengah hujan yang membasahi jalanan, Manda duduk di balkon kamar.
Saat ini dia masih berada di apartemen Angga, kedua sahabatnya juga pamit pulang sebentar untuk mengganti pakaian. Dia juga belum siap pulang, dia bahkan tak pernah siap. Namun, dia tak mungkin bukan merepotkan siapapun untuk memberinya tempat tinggal.
Tiba-tiba, Manda merasakan kehadiran seseorang di sampingnya. Manda menghapus air matanya, masih memandang ke depan tak menghiraukan orang yang ikut duduk di sebelahnya.
"Perjalanan hidup seperti mengarungi lautan yang luas. Terkadang kita akan menghadapi badai dan gelombang yang menghantam, namun kita harus tetap berani melangkah ke depan. Kalau Lo ga siap menghadapi semua itu, mati solusinya. Itu kata-kata seseorang yang terngiang di kepala gue," ujarnya.
"Gue gak suka orang yang gue sayang, sedih. Lo tau itu kan," tambahnya.
Manda akhirnya menoleh kesamping, memperlihatkan wajah datar, orang yang sudah dia anggap seperti kakaknya sendiri. Orang yang memberi dia nasihat ketika dia sedang down, orang pertama yang membuat Manda merasakan di lindungi oleh seorang kakak.
"Kakak kurang tidur? Liat, mata kak Angga kayak panda!"
Angga menoleh memperhatikan wajah Manda, wajah yang biasanya ceria kini di ganti dengan wajah tak bersemangat. "Lo boleh nangis, tapi jangan menyerah. Gue gak bisa liat Lo sedih terus menerus, karena gue ngerasa gagal sebagai seorang kakak ngejagain adiknya."
"Kakak gak pernah gagal, aku senang kak Angga selalu ada buat aku. Kakak yang selalu dukung aku, kakak juga orang pertama hibur aku saat bunda pergi dan kakak juga orang yang selalu ada buat aku di saat keluarga Manda sendiri gak pernah mengharapkan kehadiran aku. Itu aja udah cukup bagi aku kak," ujar Manda tersenyum manis memperlihatkan lesung pipit nya membuatnya semakin cantik.
"Lo cantik Man, persis kayak bunda."
"Bunda lebih cantik dari aku," ujarnya menyenderkan kepalanya di pundak Angga.
Manda merasakan usapan di kepalanya, dia mendongak. " Gue yakin Siska cemburu liat aku manja kayak gini," ujar Manda tertawa kecil.
"Dia gak mungkin cemburu," mengecup telapak tangan Manda.
"Gimana hubungan kakak sama Siska?"
"Baik," tangannya yang mengelus rambut Manda beralih mengusap pipi mulusnya.
"Kalo Lo gimana, masih mau sama Afrell atau balikan sama Varo?"
"Gue gak mungkin sama Varo karena Varo udah aku anggap sebagai kakak sendiri sama kayak kak Angga, tapi kalau Afrell aku gak tau," ujarnya menggeleng lemah.
"Lo cinta sama Afrell?"
Manda membawa tangan Angga yang mengusap di pipinya ke dalam genggamannya dan menaruhnya di atas pahanya. "Masih, bahkan aku sangat mencintai Afrell, tapi dia udah tunangan sama Raya."
"Aku gak mau ngerusak hubungan mereka kak, Walaupun aku benci sama Raya tapi aku gak akan berbuat sejahat itu merebut Afrell yang notabene-nya masih tunangan Raya, kakak tiri aku sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Afma
Ficção AdolescenteManda Aurellia, gadis cantik yang menginginkan kebahagiaan, kasih sayang dan pelukan penenang dari papanya setelah kepergian bundanya yang membuatnya sangat terpuruk. Namun, harapan itu tidak sesuai dengan kenyataan. Bukan kebahagiaan yang ia dapat...