63

29 2 0
                                    

_Tidak ada tempat seperti rumah, tempat di mana cinta dan kedamaian hidup bersama keluarga." 🏡💕

      •°Manda aurelia°•


Bahagia itu sederhana, tetapi terkadang kita tidak bisa merasakannya. Bahkan, hal-hal kecil pun bisa membuat kita bahagia.

Kapan aku bisa merasakan kebahagiaan?

Kapan aku bisa seperti dia?

Mengapa aku tidak bisa merasa bahagia seperti dia?

Apakah ada yang salah? Jelas, yang salah adalah dirimu.

Orang-orang sering mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Mereka melihat orang lain yang tampak bahagia dengan hidupnya dan dia merasa iri.

Cobalah untuk tidak membandingkan dirimu dengan orang lain. Setiap orang memiliki ukuran kebahagiaan tersendiri.

Kebahagiaan bukanlah sebuah kompetisi. Jadi, jangan terlalu keras pada dirimu sendiri.

"Hati yang tenang adalah kunci kebahagiaan."

•~(๑˙❥˙๑)~•




"Manda, kamu yakin disini?"

Manda mengangguk cepat, "Iya, Bun. Manda sama kak Raya udah janjian ketemu disini, mungkin bentar lagi mereka datang. Bunda deg-degan?"

Elsie menatap Manda dan dia mengangguk, "Sedikit," ujarnya.

"Bunda tenang aja, ada Manda, kak Angga dan yang lainnya. Setelah ini kita bisa hidup normal lagi," ucap Manda menyemangati bunda.

"Elsie," suara seseorang yang sangat di kenali nya, dia menolehkan kepalanya ke belakang.

Badannya menegang kaku, padahal dia sudah menyiapkan mental. Tetap saja dia masih sedikit trauma, melihat mantan suaminya.

"David," lirihnya.

"Raya, ini maksudnya apa?"

Raya menuntun papa untuk duduk di kursi yang telah disiapkan sebelumnya, di depan Elsie.

"Selesaikan masa lalu Papa," ujar Raya meninggalkan tempat itu, di ikuti oleh Manda. Mereka memantau dari jarak jauh.

David duduk dengan kaku di hadapan Elsie, tanpa sadar ia mengeluarkan air matanya. Dia tidak pernah menyangka bahwa Elsie masih hidup. Bukan berarti dia mengharapkan Elsie mati, tapi dia hanya terkejut. Bukan kah berita itu mengatakan kalau Elsie sudah meninggal akibat kecelakaan itu?

"E-elsie aku bahagia ka-kamu masih hidup," ujarnya terbata-bata.

"Kamu mengharapkan aku mati, bukan? Namun semesta berpihak pada ku. Dia tidak membiarkan aku mati begitu saja. Apa kamu terkejut? Atau merasa gagal karena rencana kamu tidak berjalan dengan sempurna?"

David dengan cepat menggeleng, mana mungkin dia berpikiran seperti itu. Selama ini dia sudah merenungkan semua kesalahannya, dia sungguh sangat menyesal.

Setelah beberapa saat terdiam, David mencoba mengumpulkan keberanian untuk melanjutkan percakapan.

"Maafkan aku, Elsie. Aku tidak pernah bermaksud melakukan itu. Aku bodoh karena mau mengikut apa yang di katakan Sinta, aku minta maaf."

AfmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang