55

31 1 0
                                    

"Jangan pernah menilai seseorang dari luarnya saja, tapi liat lah kepribadian nya."

.
.
.


"Gak mau, jangan maksa deh!"

Afrel menghela nafas sabar, sepertinya dia harus menyetok kesabaran. "Minum obat dulu ya, apa kamu gak mau sembuh?"

"Gak," jawabnya.

"Kamu gak mau mencari tahu dan mendengar semua kebenaran yang selama ini mereka sembunyikan. Kamu gak rindu sama dia?"

Manda terdiam, banyak sekali pikiran yang mengganggunya saat ini. Ketika dia sadar, begitu banyak kejutan yang ia dapat, begitu banyak hal yang terjadi.

"Sekarang kenapa lagi? Apa kamu gak pengen sekolah lagi, kamu gak pengen main bareng sahabat kamu?"

"Rindu," ucapnya.

"Ya udah kalau kamu rindu, kamu harus sembuh. Kalau mau sembuh ya harus rajin minum obat! "

"Kamu tau gak, kalau Varo gak mengkhianati aku sama sekali?  Kamu tau kalau Varo tidak selingkuh sama Feny? Kamu tau kalau mereka hanya di jebak?"

Kini giliran Afrel yang terdiam, dia sudah mengetahui semuanya. Dia juga sudah mencari tahu tentang masalah ini. Ya benar, kalau itu terjadi hanya karena kesalahpahaman.

Begitu banyak hal yang dia takutkan, ada banyak hal yang mengganggu pikirannya dan ada banyak hal-hal yang negatif muncul di otaknya.

"Menurut kamu apa yang harus aku lakukan?"

"Kamu nya mau gimana?"

"Afrel, kamu tau dengan begini aku udah nyakitin dua cowok sekaligus, kamu dan Varo. Kesalahan pertama aku adalah tidak mencari terlebih dahulu kebenarannya, gue langsung menuduh Varo gitu aja. Tapi, kalau aku percaya gitu aja, aku gak mungkin ketemu kamu. Aku gak mungkin bisa kenal bahkan bisa pacaran sama kamu."

"Aku bingung, aku udah nyakitin Varo dan sekarang tanpa kusadari aku juga nyakitin kamu."

"Kamu masih cinta sama dia?" Akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulutnya, sedari tadi dia ingin bertanya tapi masih dia tahan.

"Susah buat aku bisa melupakan Varo, gue butuh waktu bertahun-tahun. Terlalu banyak hal yang udah aku lewati bersama dia, terlalu banyak kenangan indah jika di ingat---"

Afrel memalingkan wajahnya dari Manda, saat mendengar pacarnya mengatakan hal itu. Cowok mana yang tidak sakit hati, mendengar pacarnya sendiri membahas masa lalu bersama mantannya.

"Tapi semuanya berbeda ketika gue bertemu dengan sosok laki-laki yang bisa membuat aku sedikit demi sedikit melupakan trauma itu, dia orang bisa membuat aku jatuh cinta lagi disaat hati aku udah mati rasa," ucapnya menerawang kejadian itu, masih ingatkan ketika bertemu di taman.

"Aku memang menyayangi Varo tapi hanya sebatas adik-kakak, aku udah anggap dia sebagai keluarga aku sendiri. Hanya Afrel, hanya Afrel Zidan fransdava yang menempati tahta tertinggi di hati Manda," ucapnya mengelus pipi Afrel, bibirnya tersenyum menatap mata Afrel yang begitu menenangkan.

Wajah afrel yang semula khawatir, takut kini berubah menjadi bahagia. Bibirnya melengkung ke atas, di langsung membawa Manda ke pelukannya.

AfmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang