"Morning." Sapaan itu hal pertama yang kudengar begitu membukakan pintu dan mendapati Carlos menunggu.
Detik selanjutnya, dia mendorongku dan bibirnya membungkamku.
Sampai detik ini, aku masih bertanya-tanya apakah ini keputusan yang tepat. Aku belum menemukan jawaban. Saat bibir Carlos mencumbuku, aku membungkam semua peringatan yang hadir dan membiarkan tubuhku mengambil alih.
"Kamu sendirian?" Tanyanya.
Aku mengangguk kecil.
"Good."
Aku mendesah saat bibirnya menari di leherku. Aku menelengkan kepala, membuat leherku terbuka sepenuhnya dan membiarkan Carlos meninggalkan kecupan demi kecupan di sana.
Seharusnya ini hanya sebatas seks, tapi aku tidak keberatan dengan foreplay. Malah sebenarnya, aku merindukan keintiman seperti ini.
"Fani..." Suaranya terdengar serak saat menyerukan namaku.
Carlos mendorongku hingga bersandar ke dinding. Kedua tangannya meremas payudaraku dengan keras, membuat tubuhku menggelinjang akibat sentuhan yang sudah lama hilang dari hidupku. Aku melenguh penuh kenikmatam meningkahi rangsangan yang diberikannya.
"Angkat tanganmu." Aku mengikuti perintahnya dan Carlos meloloskan pakaianku. "Shit, I forgot how beautiful you are."
Aku kembali mengerang saat Carlos menenggelamkan wajahnya di payudaraku. Desah napasnya terasa menggelitik. Bibirnya meninggalkan kecupan demi kecupan, yang berakhir dengan hisapan di kulitku.
Dengan cekatan, dia membuka kaitan bra, meninggalkanku mengenakan celana dalam saja. Aku mendesiskan namanya saat dia meraup payudaraku ke dalam mulutnya. Tangannya yang bebas meremas payudaraku dengan penuh nafsu.
"Kalau aku menyusu begini, aku yakin bisa membuatmu basah detik ini juga," kekehnya.
Not that I doubt it. Permainan lidah dan bibirnya yang mencumbu payudaraku membuatku sadar akan banyak hal yang terlewat dalam hidupku
"Touch me," pintaku.
Carlos menyelipkan tangannya ke balik celana dalamku, menyentuh titik sensitif di tubuhku. Seketika tubuhku menegang akibat sentuhan yang begitu intim.
He's so good. Aku menerima setiap sentuhan dan cumbuannya dengan gejolak hebat di dalam diriku.
He got paid to do this. Seharusnya aku tidak heran jika dia bisa melambungkanku hanya dengan lidah dan jarinya.
"Kamarku di sana," ujarku dengan susah payah.
Carlos melirik pintu kamar yang terbuka. "Later, Bello."
Aku terpekik saat Carlos meninggalkan gigitan ringan di payudaraku. Detik setelahnya, dia berlutut. Wajahnya berada tepat di depan kewanitaanku. Carlos menarik turun celana dalamku yang sudah sangat lembap akibat nafsu yang tak terbendung. Rasanya begitu sensual saat melihat Carlos berlutut di depanku. Dia menghirup aroma yang tertinggal di celana dalamku, sebelum menyimpannya ke dalam saku celana.
"Sekarang ini jadi milikku. Tapi..." Carlos merenggangkan kakiku agar ada celah untuk tubuhnya yang besar itu. "Aku mau mencicipimu di sini."
"Oh God!" Aku terperangah saat lidahnya menyentuhku. Rasanya begitu geli, juga sensual.
Aku menekan kepalanya, mengaitkan jariku di rambutnya yang tebal, sementara lidahnya terus menyerbuku. Carlos tak henti mencumbuku, membangkitkan gejolak dari dasar hatiku.
Apa yang terjadi di Bali tidak sebanding dengan yang kurasakan sekarang. Tidak ada yang memburu, bahkan waktu. Aku menikmati setiap detik yang berlalu dengan terus merintih agar dia tak berhenti mencumbuku. Eranganku berpadu dengan kecupan yang ditinggalkannya. Tubuhku seperti digelitik ketika jari-jarinya dengan liar mengoyakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Darling
Любовные романыSetelah sepuluh tahun menikah tanpa cinta akibat dijodohkan, Stephanie memutuskan untuk bercerai. Tak ada waktu untuk masalah hati, karena posisi sebagai CEO Kawilarang Group menyita semua waktu. Untuk merayakan kebebasannya, Stephanie menghabiskan...
