62. Set Me Free

7.3K 732 9
                                        

Stephanie

Tiga bulan kemudian

Akhirnya hari ini datang juga. Hari yang sudah kutunggu selama tiga bulan belakangan. Hari ketika aku bisa merdeka sepenuhnya.

Tiga bulan belakangan berlalu seperti rollercoaster. Pengunduran diriku mengakibatkan terjadinya friksi di dalam perusahaan. Belakangan aku tahu bahwa tidak semua mendukung Om Richard.

Dari kabar yang masuk ke telingaku, mereka terbagi ke dalam dua kubu. Om Richard dan antek-anteknya yang selama ini diam di bawah pimpinan Papa karena tidak punya kuasa untuk melawan. Om Richard memanfaatkan kesempatan untuk menghasut. Om Richard dan Tommy menampilkan diri sebagai sosok penyelamat. Om Richard juga didukung oleh mereka-mereka yang haus akan harta dan tidak memikirkan etika.

Di sisi lain ada kelompok Pak Arief. Beliau sudah lama bekerja di perusahaan ini. Beliau tidak ingin perusahaan berakhir di tangan Om Richard. Itulah yang membuatnya ngotot membujuk Stevie kembali, karena hanya Stevie yang bisa mengalahkan dukungan untuk Om Richard.

Pada akhirnya, Om Richard mendapatkan ambisi yang selama ini tertahan. Setelah kepergianku, Tommy yang menggantikan.

Ada rasa tidak rela, juga kekhawatiran perusahaan ini tidak akan bertahan di tangan Tommy. Bukannya maju, perusahaan yang susah payah didirikan kakek akan hancur. Seharusnya aku bertahan, melawan mereka semua demi mempertahankan perusahaan keluarga.

Namun, aku tidak punya kekuatan untuk melakukannya. Sudah cukup aku mengorbankan hidupku dan tidak dihargai. Sudah cukup aku membuang waktu selama ini.

Senyum terkembang di wajahku saat menatap foto di meja kerja. Fotoku dan Carlos yang menggendong Alba dengan latar belakang pantai. Sekarang aku mengerti perkataan Carlos, karena setelah berpikir keras, aku bisa melihat wajah sedih itu.

Sekarang tak lagi sama.

Tak ada lagi kesedihan di wajahku, berganti dengan senyum bahagia seperti yang terlihat di foto.

Carlos berada di Bali. Dia bekerja di restoran milik Jihane. Carlos tampak lebih bahagia, karena berada di tempat seharusnya dia berada. Jihane mengambil keputusan yang tepat, karena restoran itu langsung menarik perhatian pecinta kuliner. Bahkan, restoran di Bali itu jauh lebih terkenal dibanding restoran bernama sama yang sudah lebih dulu didirikan Jihane dan Luca di Jakarta. Luca berbesar hati dan mengakui kesalahannya. Kalau saja dia memilih Carlos, restoran itu akan lebih terkenal.

Selama tiga bulan aku dan Carlos berjauhan. Aku hanya bisa menghampiri di akhir pekan, karena restoran dalam keadaan sibuk sehingga tidak memungkinkan Carlos ke Jakarta. Tadinya Carlos akan menyusul ke Jakarta dan membantuku di hari terakhir bekerja tetapi restoran disewa untuk acara pertunangan sehingga Carlos tetap berada di Bali. Kemarin aku menemuinya dan meninggalkan Alba besamanya.

Baru terpisah satu hari dengan Alba, aku sudah uring-uringan. Rumah yang biasanya kosong tidak pernah mengusikku, tidak kali ini. Rumah yang kosong membuatku tersadar betapa hidupku begitu menyedihkan. Aku menginginkan rumah yang wangi oleh aroma masakan Carlos dan riuh oleh tawa Alba.

Besok pagi, begitu semuanya selesai, aku akan pulang ke Bali. Menemui keluargaku.

Aku membuka laci untuk memeriksa agar tidak ada yang tertinggal. Saat itulah mataku tertumbuk pada kotak biru berisi cincin.

Entah apa yang merasukiku ketika membeli cincin itu. Aku membelinya tanpa pikir panjang. Di benakku hanya ada Carlos.

Hubungan ini tidak berjalan normal seperti pasangan pada umumnya. Jadi, apa salahnya jika aku yang melamar Carlos?

Bunyi pintu yang terbuka membuatku refleks menyimpan cincin ke dalam tas. Kebahagiaanku mendadak hilang begitu Tommy masuk ke ruangan ini. Dia menatap sekeliling, wajahnya begitu jemawa. Senyum di wajahnya lebih terlihat seperti seringai. Dia merasa di atas angin karena berhasil mendapatkan keinginannya. Tommy menganggap dirinya berhasil mengalahkanku, menutup mata dari fakta bahwa aku mengundurkan diri.

Yes, DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang