35. Beautiful Soul

5.7K 559 7
                                    

Stephanie

This is the most beautiful things I've ever see when I open my eyes in the morning. Cahaya matahari mengintip masuk dari gorden yang tersingkap jatuh tepat di tubuh Carlos. Dia tidur menelungkup, dengan selimut yang tersampir seadanya sehingga tidak bisa menutupi tubuhnya.

Tubuhku masih pegal akibat percintaan semalam. Setelah selama ini menahan diri, seakan ada yang membuka keran sehingga aku dan Carlos jadi lepas kendali. Dia tidak henti-henti melambungkanku ke puncak kenikmatan. Tubuhnya membuatku candu, aku tidak akan pernah bisa puas. Kata cukup tak ada dalam kamusku, karena aku selalu menginginkan lebih dan lebih.

Menjelang subuh, ketika tak ada lagi tenaga tersisa, aku meringkuk di pelukan Carlos dan menjadikan dadanya sebagai bantal. Meski tubuhku lelah, batinku merasa damai.

Cahaya matahari membuat kulitnya berkilauan. Sulit untuk mencegah tanganku agar tidak menyentuh rambutnya. Mataku turun ke pundaknya, juga punggungnya yang liat. Otot-ototnya berkedut seiring dengan desahan napasnya. Aku menurunkan tatapan hingga berakhir di bokongnya. Baik punggung maupun bokongnya sama-sama memerah. Aku yang mengakibatkan ruam itu, ketika mencengkeramnya erat-erat setiap kali gelombang orgasme menguasai. Kalau aku perhatikan dengan saksama, aku bisa melihat jejak kuku tertinggal di bokongnya.

Wajahku memerah saat teringat percintaan semalam. Carlos membangunkan sisi liar di dalam tubuhku, sisi yang tidak pernah kusadari kehadarannya. Dia menyadarkanku akan apa yang kuinginkan, juga dibutuhkan.

I want to spend the rest of my time with him.

Keinginan itu sangat tidak masuk akal. Namun pagi ini, tidak ada ketakutan atau keinginan untuk mengusirnya jauh-jauh. Sebaliknya, aku membiarkan diriku larut dalam fatamorgana tersebut.

Carlos membalik tubuh hingga berbaring telentang. Tubuh telanjangnya begitu menggiurkan. Rasanya ingin menyalahkan perubahan hormon akibat hamil, itu alasan masuk akal mengapa aku berubah menjadi binatang liar. Namun aku yakin, sekalipun aku tidak hamil, aku tak akan pernah imun oleh pesonanya.

Dorongan dari dalam diriku begitu kuat. Aku beringsut mendekat. Perutku yang besar membuatku cukup kesulitan mencari posisi yang nyaman. Aku berbaring di dekat pinggulnya, dengan begitu aku bisa menyentuh kejantanannya.

Meski menggunakan kedua tangan, aku tidak bisa menangkup sepenuhnya. Carlos begitu besar. Dalam keadaan 100% sadar, aku terpana oleh betapa besarnya dia. Besar dan tebal, dengan urat-urat bertonjolan yang membuatnya semakin perkasa. Aku hanya mengusapnya sebentar dan penisnya membesar dan mengeras dengan sendirinya.

"Selamat pagi juga," bisiknya. Suaranya terdengar serak akibat baru bangun.

Aku menoleh sekilas. Wajahnya begitu bersinar pagi ini. Seumur hidup, dia pria paling tampan yang pernah masuk ke dalam hidupku.

Aku beringsut kian dalam hingga mulutku berada di dekat penisnya. Aku menjulurkan lidah dan mengusapnya. Carlos mendesis untuk meningkahi jilatanku. Selama ini aku tidak begitu suka mengulum penis, karena itu hal paling intim dalam seks. Carlos mengubah sudut pandangku, karena sekarang aku tidak ingin melepaskannya.

Hasrat dan gairah membuatku melumat penisnya. Mulutku terasa penuh saat Carlos berada di dalam sana. Aku menggerakkan kepala naik turun dengan penisnya menggauli mulutku. Carlos turut mendorong tubuhnya hingga penisnya menguasaiku. Dia sengaja berlama-lama di dalam mulutku, penisnya yang besar bahkan menjangkau pangkal tenggorokanku. Aku cukup kesulitan menarik napas, tapi juga menikmati sensasi ini. Saat melepaskannya, aku terengah-engah.

"Sebaiknya kamu duduk," ujarnya. Carlos membantuku duduk bersandar di headboard. Meski masih ingin melumat penisnya, posisi tersebut membuatku tidak nyaman.

Carlos berdiri di depanku dengan menekuk lutut sehingga penisnya berada di depanku. Dia meraih wajahku dan menyurukkan penisnya ke dalam mulutku. Tangannya menahan bagian belakang kepalaku sehingga aku tidak bisa beranjak. <ulutku melahapnya dengan liar, tanganku mengusap buah zakarnya dengan penuh gairah.

Geraman penuh nafsu keluar dari mulutnya. Aku kian terpacu, melahapnya dengan liar. Nafsu menguasaiku, membuatku menyentuh tubuhku sendiri. Sudah lama sejak kali terahir aku menyentuh tubuhku, pagi ini aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Carlos mendorong penisnya hingga menguasai mulutku, dan aku menyambut dengan lahap. Jari-jariku semakin liar menguasia kewanitaanku.

"Fuck. You're so damn hot." Carlos menampar payudaraku, memberikan rasa perih yang membuatku menggila.

Gerakan tubuhnya makin tak terkendali. Begitu pun denganku. Diiringi geraman kasar, Carlos menumpahkan hasratnya di dalam mulutku sementara aku menjemput puncak kenikmata bersamanya. Aku menahan Carlos hingga tak ada yang cairan yang terbuang.

"Kamu menelannya?" tanyanya.

Aku membuka mulut dan menjulurkan lidah agar dia melihat tak ada yang tersisa.

"Shit. You're so fucking sexy."

Carlos bergerak turun. Matanya mengalirkan rasa panas yang membakar tubuhku. Begitu juga dengan usapannya. Setiap sentuhannya seperti bara api yang membuatku terpanggang.

"Aku akan memuaskanmu," janjinya. Carlos menciumi wajahku, membuatku mengerang geli. Carlos tidak berhenti, ciumannya turun ke leherku. Dia bahkan mengisap kulitku, seakan jejak yang ditinggalkannya belum cukup.

Pagi seperti ini hanya ada dalam bayangan. Dia memberikan pagi panas bergelora yang akan selalu kuingat. Seandainya aku bisa merasakan pagi seperti ini di seumur hidupku.

Carlos meraup payudaraku. Dia memberikan gigitan kecil di putingku yang keras. Carlos melirikku, binar matanya yang lembut membuatku terpaku.

Rasa panas masih terasa setiap kali dia mencumbuku, tapi aku juga merasakan kelembutan di baliknya. Baru beberapa saat yang lalu dia menggauliku dengan kasar, sekarang dia memperlakukanku dengan lembut.

Hatiku menginginkan kelembutan ini.

"Baru sama kamu aku suka menyusu seperti ini." Carlos terkekeh. Dia menudungiku, kedua tangannya meremas payudaraku. "Kalau anak kita sudah lahir, aku enggak bisa menyusu lagi. Aku harus puas-puasin sekarang."

Perutku bergetar, seperti ada ribuan kupu-kupu mengepakkan sayapnya secara bersamaan. Setiap kali dia menyebut anak kita, aku tidak bisa menahan hati agar tidak merasakan lebih. Dia menyentuhku begitu dalam. Carlos membuatku tidak lagi bisa mengelak bahwa aku membutuhkannya.

Bukan hanya untuk anak ini. Namun untuk diriku sendiri.

"Carlos, make love to me," bisikku.

Carlos mengangkat wajah. Tatapannya yang lembut kembali menatapku. "Kamu mau bercinta denganku?" tanyanya.

Aku mengangguk.

"Bercinta seperti apa?" tanyanya lagi.

Aku membalas tatapannya, berharap dia bisa membaca keinginan yang tersimpan di balik tatapanku.

"Bercinta denganku seolah-olah aku perempuan terakhir untukmu."

Senyum lebar terkembang di wajahnya. Ada yang berbeda di balik senyum itu, sebab hatiku menghangat saat melihatnya. Juga ada yang berbeda dalam tatapannya, karena dia tidak pernah menatapku selembut ini.

"Kenyataannya, kamu perempuan terakhir untukku. Aku tidak yakin hati dan tubuhku masih bisa berfungsi untuk perempuan lain," bisiknya.

Aku ingin bertanya untuk mempertegas maksud ucapannya, tapi lidahku mendadak kelu.

Kedua tangannya menahan wajahku. "Bercinta denganku, Fani," bisiknya, diikuti sentakan yang melambungkanku ke atas awan.

Aku tidak bisa melakukan apa-apa selain membalas tatapannya.

"Bercinta denganku," ulangnya.

Carlos mengutarakan hal yang sama setiap kali menyentakku. Ucapannya seperti musik yang membelai telingaku. Pun dengan tatapannya. Tanpa bisa kucegah, dia menawan hatiku sepenuhnya.

Ini salah. Perasaan ini tidak seharusnya ada.

Namun, akal sehatku tidak bisa diajak bekerjasama. Hatiku mengambil alih keadaan. Dan hatiku menghendaki kebersamaan ini.

Selama sejenak, aku membiarkan hati yang mengendalikan.

Yes, DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang