37. La Hija

5.5K 628 26
                                    

Stephanie

Carlos bergerak gelisah di sampingku, membuatku mati-matian menahan diri yang juga khawatir. Hari ini jadwal USG. Aku dan Carlos memutuskan untuk mencari tahu jenis kelamin bayi ini.

Laki-laki atau perempuan bukan masalah. Kalau boleh jujur, hidupku akan sangat sempurna kalau dianugerahi bayi perempuan.

Mini Fani, sesuai sebutan Carlos.

Ketika dokter masuk untuk memeriksa, aku ikut dilanda panik. Ini bukan USG pertama, tapi USG kali ini berbeda. Ini kali pertama aku bertemu dengan anakku setelah mengetahui jenis kelaminnya.

Dokter Raya dengan cekatan memeriksa. Setiap pertanyaannya kujawab dengan jujur. Aku tidak bisa menyembunyikan perasaan lega ketika Dokter Raya memberitahu bayiku baik-baik saja.

Sebentar lagi, aku akan bertemu dengan bayiku.

"Kalian sudah siap mengetahui jenis kelaminnya?" tanya Dokter Raya.

Aku dan Carlos saling berpandangan. Dia sudah tidak lagi bergerak gelisah. Ekspresi wajahnya penuh tekad. Tatapan matanya menghunus tajam ke layar tempat hasil USG terlihat. Dia tersenyum dan mengangguk kecil ketika bersitatap denganku.

"Ready," jawabku.

Carlos menggenggam tanganku erat. Suasana ruangan begitu hening. Berbanding terbalik dengan jantungku yang berderu kencang. Aku yakin siapa pun bisa mendengarkan debar jantungku yang bertalu-talu.

"Kamu lihat bagian ini?" tanya Dokter Raya.

Carlos mencondongkan tubuhnya hingga lebih dekat ke monitor. Aku juga memfokuskan penglihatan ke bagian yang ditunjuk Dokter Raya.

"Ini notch caudal, tonjolan di ujung tulang belakang. Kalian lihat kan dia mengarah ke bawah?"

Aku dan Carlos semakin memusatkan perhatian pada bagian yang ditunjuk Dokter Raya. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Butuh waktu sampai bisa memahami bagian mana yang dimaksud Dokter Raya.

"Ini tanda yang menunjukkan janin ini berjenis kelamin perempuan."

Aku terkesiap. Selama beberapa saat, aku hanya bisa terdiam setelah mendengarkan penuturan Dokter Raya.

"Selamat." Dokter Raya menatapku dan Carlos berganti-gantian.

Aku kembali menatap monitor. Jantungku semakin riuh. Di sana ada bayiku. Bayi perempuan. Buah hatiku.

Air mata yang menggenang di pelupuk mata, perlahan jatuh mengaliri pipi ketika Carlos mencium keningku. Dia menggenggam tanganku erat. Tanpa suara, Carlos memelukku.

Dokter Raya meninggalkanku dan Carlos. Aku masih terisak dalam diam, sementara Carlos tidak mengurai pelukannya.

"Mini Fani," bisiknya.

Aku tertawa di sela isak tangis.

Semuanya terasa kian nyata. Rasanya baru kemarin aku terombang ambing antara kenyataan dan keinginan bahwa ini semua hanya mimpi. Sekarang semuanya sudah jelas, sangat nyata. Ada bayi perempuan yang tumbuh di rahimku. Aku sudah mendengar detak jantungnya. Aku melihat perkembangannya hingga jadi sebesar ini. Dan sekarang aku mengetahui jenis kelaminnya.

"Mini Fani," ulangku.

Ada perasaan hangat di hati saat di benakku berputar bayangan demi bayangan di masa depanku. Me and my daughter, we will conquer the world.

***

"Kamu sudah punya nama?" tanya Carlos.

Aku mengerang dan menggeleng. "Bingung. Kamu?"

Yes, DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang