26. Broken Dream

5.1K 445 4
                                        


Carlos

Aku menghadap Edgar dengan jantung berdebar. Perasaanku tidak menentu. Keringat dingin membasahi punggungku. Aku sudah menunggu-nunggu kesempatan ini sejak lama.

Dua hari lalu, Edgar memberiku kesempatan. Aku mengerahkan semua kemampuan yang kupunya. Aku tidak mengincar posisi Executive Chef di restoran baru tersebut. Menjadi Sous Chef saja sudah cukup. Satu langkah awal untuk mewujudkan mimpi.

"Saya punya penawaran untukmu." Edgar berkata to the point. Dia bahkan tidak menatapku, sibuk dengan handphone.

Aku menunggu dalam diam. Momen ini sudah kutunggu sejak lama. Sedikit lagi, aku bisa menggapai impianku.

Jika nanti anakku sudah dewasa dan mengenal ayahnya, dia tidak akan malu punya ayah sepertiku.

"Kamu pernah jadi kitchen assistant di Magdalene." Edgar buka suara.

Sewaktu bekerja bersama Pierre, tidak ada posisi jelas di restoran tersebut. Pierre menjalankan semuanya sendiri, dan aku menjadi tangan kanannya. Aku menempati posisi Sous Chef, Chef de Partie, Commis, bahkan Cook Helper sekaligus. Ketika Ed mengambil alih, dia menegaskan bahwa posisiku hanya Cook Helper atau Kitchen Assistant, posisi paling rendah di dapur. Selama ini aku tidak peduli, bagiku itu hanya formalitas saja.

Namun saat mendengar perkataan Edgar, aku dilanda khawatir.

"Benar," sahutku.

"Saya sudah mencoba masakanmu. Saya akui, kamu punya bakat. Kamu juga kreatif dalam mengolah makanan. Marcell setuju dengan saya," lanjut Edgar.

"Marcell?"

Edgar melirikku dari kacamatanya yang melorot di hidung. "Dia Executive Chef untuk Baroni. Dia yang akan mengepalai restoran itu."

Baroni, restoran baru yang akan dibuka Edgar.

"Ada posisi kosong sebagai Commis. Seharusnya kamu mulai dari bawah, tapi melihat pengalamanmu, saya bertaruh dengan menempatkanmu sebagai Commis."

Commis, yang bertanggung jawab dalam persiapan bahan masakan. Bukan posisi mentereng, hanya level bawah yang tidak memiliki tantangan besar.

"Bagaimana dengan Sous Chef?"

"Tita di sana."

Tita, salah satu Sous Chef di restoran ini. Seorang lulusan sekolah kuliner yang baru bekerja selama tiga bulan. Bukan sekali dua kali Tita melakukan kesalahan fatal. Selama ini aku hanya mengawasi dari jauh, menyesali mengapa Tita bisa mendapatkan posisi tersebut dengan kemampuan yang seadanya? Dan sekarang Edgar memberi kepercayaan lebih untuknya.

"Saya yakin lebih mampu dibanding Tita."

Edgar membenarkan letak kacamatanya. "Saya kagum pada nyalimu, tapi kamu tidak mampu di posisi itu."

"Terakhir kali, Tita hampir membuat pelanggan meninggal karena abai terhadap alergi." Aku mencoba mengingatkannya.

"Semua orang bisa berbuat kesalahan. Tita belajar dari kesalahannya."

Aku mendengkus. Edgar tidak akan memberiku kesempatan jika aku yang melakukan kesalahan seperti Tita.

"Hanya ada posisi itu, so take it or leave it," tegas Edgar.

"Why Tita?"

Edgar menunjukkan wajah malas, tidak menutupi rasa kesalnya.

"Di atas kertas, dia jauh lebih menjanjikan dibanding kamu. Kamu boleh punya pengalaman banyak, tapi kemampuanmu belum teruji. Tita mungkin tidak sejago kamu, tapi dia punya background yang bisa membuat restoran ini dipercayai publik. Sekarang kamu jawab, publik akan percaya pada lulusan Le Cordon Bleu atau lulusan SMK seperti kamu?" tantang Edgar.

Yes, DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang